SINOPSIS Radiant
Office Episode 1 Bagian 2
Sumber gambar dan konten: MBC
Sepasang
kekasih tengah berdiri di tengah jalan. Si Wanita, Ha Ji Na menuntut supaya
pasangannya mau mengakhiri hubungan mereka. Do Ki Taek tentu saja menolak, ia
membujuknya supaya tenang. Dia yakin dirinya sudah membuat kesalahan, ia pun
meminta maaf jika memang dia berbuat salah.
Ji
Na menegaskan jika ucapannya bukanlah candaan semata. Dia sudah muak menerima
hadiah dari Ki Taek. Mie lobak buat musim panas, udon atau kimbap buat musim
dingin. Ki Taek masih memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja paruh waktu.
Dia tak punya masa depan. Apa masa depannya juga harus hancur karena Ki Taek?
Ki
Tae membujuk Ji Na supaya bersabar sedikit saja. Ji Na kekeuh ingin putus, umur
Ki Taek sudah semakin bertambah tapi dia belum juga lulus ujian PNS. Ki Tae
berjanji akan mencari pekerjaan lain, dia tidak akan ikut ujian PNS lagi.
Memangnya
gampang? Ji Na tetap menolak untuk menjalin hubungan dengan Ki Taek lagi. Dengan
begini, ia harap bisa menyadarkan Ki Taek. Dia berdoa yang terbaik untuknya. Ji
Na pun berjalan meninggalkan Ki Taek. Ki Taek mengejar Ji Na, ia melilitkan
syal ke lehernya sebelum pergi. Namun sayangnya, Ji Na sama sekali tak luluh
dengan perlakuan Ki Taek. Dia malah mengembalikan syal itu dengan kasar pada Ki
Taek kemudian bergegas pergi.
Hari
berganti, Ho Won mengendarai motornya dengan menggunakan helm berhias kepala
ayam. Dia merapikan tatanan rambutnya sebelum masuk rumah makan menemui dua
temannya. Teman Ho Won menyambutnya, dia mengajaknya berkumpul untuk merayakan
keberhasilannya diterima bekerja di sebuah perusahaan.
Ho
Won mengucapkan selamat dan merasa iri dengan temannya. Kedua temannya kemudian
membahas Ho Won yang tidak lulus ujian pra-screening. Mereka menyarankan supaya
dia melamar kerja dimanapun, jangan hanya di perusahaan dengan reputasi tinggi.
“Aku
juga nanti akan mengabari kalian kabar baik.” Ucap Ho Won.
Kedua
temannya yakin jika Ho Won pasti akan segera mendapatkan pekerjaan. Tapi,
bagaimana kalau mereka membalas dendam saja pada Dongki Food sekarang. Ho Won
tidak mengerti arah pembicaraan temannya, apa?
“Mereka
sudah mengumumkannya.”
Ho
Won melongo mengingat pujian yang dilontarkan oleh pewawancara kemarin. Tidak
lama kemudian, Ho Won sudah mengendarai motornya dengan wajah penuh kekesalan
dan kekecewaan. Dia masih meyakinkan dirinya jika ia pasti diterima bekerja.
Tapi naasnya, ketika ia mengecek email masuk, memang ternyata pihak Dongki Food
sudah mengirimkan email penolakan.
Kontan
saja Ho Won kebakaran jenggot apalagi mengingat bagaimana dia dipermalukan
disana dan Woo Jin mengatainya tolol kalau sampai dia mendapatkan penolakan
sebanyak 100 kali. Ia menggeram penuh dendam, dia akan menghancurkan mereka. Ho
Won sudah ada dihalaman gedung Dongki food menggunakan mobil dan menabrak pintu
masuknya.
Tunggu!
Itu nyatanya cuma bayangan Ho Won semata. Dia malah terjatuh dari motornya
akibat melamun membayangkan balas dendam pada Dongki Food. Ho Won pun akhirnya
memasuki Dongki Food dengan alasan ingin mengirimkan pesanan ayam goreng untuk
Ketua Tim Seo.
Bertepatan
saat ia ingin naik lift, Pak HRD tengah berbincang-bincang dengan seseorang.
Dia tertawa mengatakan jika Ketua Tim Seo akhirnya berhenti bekerja. Dengan
nyinyir Pak HRD yakin jika dia tidak akan bertahan lama di perusahaan barunya.
Itu akan menjadi pekerjaan terakhirnya dan tidak akan diterima dimana-mana
lagi.
Ho
Won tertegun mendengar pembicaraan mereka berdua. Ia mengurungkan niatnya
memasuki lift dan meninggalkan Dongki Food dengan perasaan sedih.
“Ketua
Tim Seo Woo Jin berhenti? Aku sampai tak bisa berkata-kata. Lantas kenapa dia
menolak lamaranku? Toh dia juga akan berhenti. Aku juga sebenarnya tak ingin diperlakukan seperti
yang kemarin itu.” Ratapnya sembari mengusap air mata.
Ki
Taek pulang ke kamar kos-nya sambil membawa kantung kresek berisi bir. Dia
menelepon Ji Na dan langsung ngoceh kecewa, Bagaimana bisa cinta berubah?
Memang dia bisa hidup tanpanya?
Ji
Na sudah menebak jika Ki Taek sedang mabuk sekarang. Ki Taek masih berusaha
membujuknya supaya diberikan satu kali kesempatan lagi. Ji Na bersikukuh
menolak, memangnya dia bisa mencintai tanpa modal apa? Latar belakang
pendidikan dan keluarganya juga biasa-biasa saja. Ki Taek sekali lagi
meyakinkan jika ia sangat mencintai Ji Na.
Suara
Ki Taek berbicara terdengar sampai ke kamar sebelah, penghuni kamar sebelah pun
menggedor dindingnya supaya dia jangan berisik. Ji Na bisa mendengar suara
komplain itu, dia bergegas memutus telepon “Baiklah, kalau begitu. Anggap saja
aku tidak mencintaimu.”
Tak
berselang lama, seorang pria datang menghampiri Ji Na. Mereka berdua sepertinya
memang sudah janjian makan malam.
Ki
Taek duduk di kamar sempitnya dengan air mata berderai. Dia juga ingin
membelikan hadiah untuk Ji Na sekaligus. Mengajaknya pergi ke restoran mewah
dan bar mahal. Ki Taek tidak bisa tidur nyenyak malam ini, dia pun meminum
segenggam obat tidur dan menenggaknya dengan bir. Wah!
Sedangkan
Ho Won masih murung karena pekerjaan yang sudah digadang-gadang akan ia
dapatkan nyatanya tidak berhasil. Ia berjalan di pinggiran jembatan sungai han
sambil membaca tulisan-tulisan penyemangat yang terpasang disana. Dia cuma bisa
berdecih sinis membacanya.
“Aku
akan hidup sembarangan. Aku akan menjadi orang yang parah. Apa semuanya
baik-baik saja asalkan kau menjalani hidup yang baik? Lagipula kau juga
berhenti dari pekerjaanmu. Tapi, kenapa kau menolakku? Kenapa? Brngsk! Bjngan!”
Woo
Jin mengorek kupingnya, mungkin bisa merasakan dirinya lagi diomongin. Dengan
kesal dengan membuang semua makanan produksi Dongki Food sambil menggerutui
semua produk itu dan mantan perusahaannya.
Ho
Won naik ke pagar jembatan sambil pergengan pada tiang lampu. Dengan mata
berkaca-kaca, dia berteriak frustasi pada Sungai Han, tidak mengerti kenapa
semua orang seperti padanya setelah semua penderitaan dan perjuangannya selama
ini.
Tepat
saat itu juga, dia ditelepon manajer mini market. Begitu dia mengangkat
telepon, Manager langsung berteriak mengamukinya karena dia belum datang kerja
sampai sekarang. Kesal, Ho Won balas menjerit padanya. Dia tidak mau datang,
lagian Manager juga belum membayar upah lemburnya minggu lalu.
Saking
emosinya, tak sengaja kakinya kepleset dan jadilah dia terjun ke sungai. Dia
langsung pingsan didalam air, tapi kemudian dia membuka mata dan melihat
ponselnya menyala, ada sms yang mengatakan kalau dia diterima.
Hmm...
sepertinya dia cuma mimpi. Saat dia SMA, dia berlari di lorong rumah sakit
dengan senyum bahagia karena akhirnya dia diterima kuliah. Tapi setibanya di
kamar pasien, dia malah mendapati Ayah dan Adiknya tengah menangisi jenazah
Ayahnya.
"Aku
akhirnya bisa kuliah. Padahal Ayah sudah menantikannya. Kenapa Ayah cepat
sekali meninggalkan kami? Aku diterima kuliah. Ayah bilang mau datang ke orientasi
mahasiswa," tangis Ho Won.
Ho
Won dilarikan ke rumah sakit. Keadaannya cukup kritis hingga Dokter harus
berusaha keras memompa jantungnya, mereka bahkan harus menggunakan defibrillator,
tapi tetap saja tak ada perubahan.
Dalam mimpinya, Ho Won tampak berada di
sebuah kamar yang cerah, dia mengambil kertas catatan tentang perekrutan Dongki
Food lalu menyobek-nyobeknya dan menaburkannya ke udara.
Sementara
itu, Woo Jin menemui seorang temannya yang memberinya sebuah dokumen sebuah
perusahaan baru untuk Woo Jin. Dia memberitahu satu-satunya perusahaan yang
cocok dengan Woo Jin hanya perusahaan ini. Reputasi Woo Jin itu yang paling
parah, hanya pengalaman kerjanya saja yang membuatnya bertahan selama ini.
Perusahaan
ini yang paling cocok dengan syaratnya Woo Jin. Pemilik perusahaan tidak
terlibat dengan manajemen. Bahkan karyawan gaji bisa sukses di perusahaan ini.
"Tentu
saja kalau perusahaan ini punya integritas. Jadi, kapan aku bisa mulai
bekerja?"
"Kau
bisa mulai senin depan."
Ho
Won akhirnya terbangun dan mendapati dirinya dirawat di UGD. Dia terisak sedih
saat tiba-tiba saja dia mendengar dua orang dokter sedang membicarakan kondisi
seorang pasien. Mungkin yang mereka bicarakan adalah Ho Won karena Dokter yang
menyelamatkan nyawa Ho Won, Dokter Seo Hyun, berkata kalau si pasien itu pasti
sangat frutasi sampai mau bunuh diri.
"Dia
sakit parah?" tanya Seo Hyun "Apa sudah separah ini?"
Ho
Won sontak bangkit dari ranjangnya. Dokter kedua memberitahu bahwa penyakit
pasien ini sudah memasuki stadium akhir berdasarkan hasil pemeriksaan lab dan
CT Scan. Seo Hyun curiga kalau si pasien ini mungkin mencoba bunuh diri karena
penyakitnya ini.
"Sayang
sekali. Padahal dia masih muda," komentar Seo Hyun "apa dia bisa
bertahan hidup sampai enam bulan?"
Ho
Won semakin tercengang, dia sakit parah? Dia langsung membuka tirainya dan
mengintip keluar... tepat bersamaan dengan dua orang pasien lain, Do Ki Taek
dan Jang Kang Ho. Keheranan, ketiga orang itu sontak menutup tirai
masing-masing.
Rumah
sakit tiba-tiba jadi sibuk dengan kedatangan beberapa pasien. Seorang suster
mendapat kabar ada sebuah kecelakaan di Jembatan Mapo dan para korban akan
dilarikan ke rumah sakit lain. Tapi Seo Hyun malah menolak, suruh saja para
korban dibawa ke rumah sakit lain.
Seorang
pasien ditempatkan di sebelah Ho Won, Dokter berusaha keras menyelamatkan
nyawanya tapi gagal. Keluarga mendiang kontan menangis pilu. Ho Won diam-diam
mengintip dari balik tirainya. Air matanya menetes, teringat pada mendiang
Ayahnya.
Tiba-tiba
dia mendengar seorang suster mengecek Kang Ho dan saat melihatnya sudah sadar,
Suster langsung menyuruhnya untuk mengurus administrasi. Ro Woon langsung panik
mengambil selembar uang dari saku jaketnya. Parahnya lagi, uangnya itu hanya
tinggal 1000 won.
Dari
balik celah, dia melihat Suster berjalan ke arahnya. Panik, dia langsung
berbaring lagi dan pura-pura belum sadarkan diri. Dan begitu Suster sudah
pergi, dia langsung mencabut sendiri selang infusnya dan turun dari ranjangnya,
nekat mau melarikan diri.
Tepat
saat itu juga, dia melihat Ki Taek juga melakukan hal yang sama dengannya.
Sama-sama paham mau melakukan apa, Ki Taek melemparkan jaketnya untuk Ho Won. Ho
Won berterima kasih padanya lalu mereka pun mulai beraksi, saling bekerja sama
mengendap-endap keluar.
Ada
kursi roda di tengah jalan, Ho Won langsung menaikinya pura-pura jadi pasien
dan Ki Taek bergegas mendorongnya keluar secepat mungkin. Seo Hyun sepertinya
sempat melihat mereka, tapi dia tidak curiga.
Sesampainya
di luar, mereka langsung pergi meninggalkan kursi roda itu dan berlari
menyeberang jalan dan baru berhenti setelah cukup jauh. Kejadian barusan
membuat Ho Won ketawa geli sendiri. Tiba-tiba seseorang memanggil mereka, Jang
Kang Ho juga ternyata melarikan diri dari rumah sakit.
Mereka
kemudian duduk bersama di taman sambil mendiskusikan perbuatan mereka barusan.
Kang Ho cemas, apakah perbuatannya barusan melanggar hukum? Mungkin itu bisa
dianggap sebagai kejahatan berat. Ki Taek berkata kalau dia bisa menghindari
setiap tuntutan hukum jika dia kaya. Ho Won menangis, dia pasti sakit parah
karena dia dihukum padahal dia tadi tak sengaja terjun ke sungai.
Ki
Taek tercengang, "Apa karena alasan itu juga kau datang ke sini? Jadi,
yang dimaksud dokter tadi... tentangmu atau aku?"
"Padahal
itu peluangnya 1 banding 3," gumam Kang Ho.
Flashback,
Sama
seperti Ho Won, Kang Ho juga terus menerus gagal dalam setiap wawancara
kerjanya. Ibunya marah besar, padahal nilai-nilainya Kang Ho bagus-bagus tapi
dia malah belum dapat kerja sampai sekarang. Dengan kualifikasi sebagus ini,
seharusnya Kang Ho sudah dapat pekerjaan di perusahaan besar.
Kang
Ho berusaha beralasan. Tapi Ibu langsung melempar kertas-kertas CV itu ke muka
Kang Ho dengan kesal. "Percaya dirilah. Bicara dengan percaya diri. Karena
itulah kau selalu gagal dalam setiap wawancara!"
Flashback end.
Itulah
alasan Kang Ho ingin mati, dia yakin kalau ibunya juga pasti menginginkannya
mati. Ki Taek tak percaya, tak mungkin seorang ibu akan begitu. Kalau
dipikir-pikir waktunya tepat srkali. Mereka mau mati dan salah satu diantara
mereka sakit parah.
Kang
Ho cemas dan menyarankan agar sebaiknya mereka mencari uang dan kembali ke
rumah sakit untuk mengetahui siapa yang sakit diantara mereka. Tapi Ho Won
menolak mengetahui masalah itu. Tidak ada gunanya juga mengetahui hal itu.
Lebih baik dia tidak mengetahuinya dan mati kalau sudah waktunya.
"Lagipula,
semua itu sudah tidak penting. Aku sudah muak dengan segalanya. Aku juga tidak
yakin apakah aku masih akan bisa hidup seperti ini. Apakah hari esok akan lebih
baik?" ucap Ho Won.
Seorang
suster panik memberitahu Seo Hyun kalau salah satu pasien melarikan diri. Lalu
satu per satu merrka mendapati 3 pasien mereka sudah kabur entah kemana. Kesal,
Seo Hyun memerintahkan suster untuk menelepon polisi.
Ketiga
orang yang sedang putus asa itu, kembali ke jembatan Sungai Han. Kang Ho
bertanya-tanya sedih, jika mereka mati, takkan ada orang yang mengingat mereka,
kan? Ho Won merasa itu tidak penting sekarang ini. Ki Taek mengaku ada orang
yang bilang kalau dia tak punya masa depan lalu mengutuki mantannya.
Dia
lalu mengambil ponselnya untuk merekam pesan bunuh diri untuk kedua orang tuanya
dengan berlinang air mata.
"Ayah,
Ibu. Mauku tidak banyak. Sama seperti Ayah dan Ibu, aku hanya ingin bertemu
dengan seseorang yang kucintai dan hidup bahagia. Itulah impianku. Tapi
semuanya tidak berjalan lancar, Ibu. Maafkan aku, Ayah, Ibu."
Dia
lalu memberikan ponselnya ke Kang Ho, tapi Kang Ho menolak, dia sudah menulis
pesan untuk Ibunya tadi. Ho Won mengambil ponselnya dan menjauh. Dia merekam
tentang identitasnya tapi entah apa lagi yang dia rekam, kita tidak
mendengarnya.
Bagaimanapun,
di saat seperti ini, Kang Ho senang karena dia tidak sendirian. Dia boleh
memanggil Ki Taek teman kan mulai sekarang? Ki Taek menyetujuinya masih sambil
terisak sedih.
Selesai
dengan rekamannya, Ho Won berteriak melampiaskan emosinya pada udara. "Apa
sebenarnya salahku? Apa ku pikir aku mau terlahir miskin? Apa kau pikir aku
ingin jadi pengangguran? Pepatah bilang, impianmu akan tercapai setelah kau
mencoba seratus kali."
Ki
Taek dan Kang Ho pun langsung ikut berteriak, melampiaskan segala rasa frustasi
mereka. Mereka lalu mulai mencopot sepatu masing-masing, bersiap untuk bunuh
diri.
Woo
Jin nge-gym sambil menonton berita tentang 3 orang pemuda yang mau bunuh diri
tapi gagal karena pihak keamanan Sungai Han mendapat laporan tentang mereka.
Jadilah jalanan ribut oleh polisi dan ambulance yang berusaha mencegah mereka
bunuh diri. Ho Won cs sontak panik berusaha menghindari kamera media. Kang Ho
bahkan mengancam akan melompat biar mereka tidak mendekat.
Ki
Taek tiba-tiba punya ide bagus, dia langsung berteriak kalau ada orang yang mau
bunuh diri. Idenya sukses mengalihkan perhatian semua orang ke arah lain,
mereka pun langsung memanfaatkan saat itu untuk kabur secepat mungkin.
Woo
Jin sinis menonton berita itu, "Mereka pikir hidup mereka sulit?
Bocah-bocah itu harusnya..."
Media
masih sempat mengejar mereka dan menyorot wajah Ho Won. Tapi bagian matanya
sengaja diburamkan dalam siaran TV, jadi Woo Jin tidak mengenalinya. Dia
mencoba memperhatikan wajah Ho Won dan cuma berkomentar sinis, "Cantik
saja tidak."
Terpaksalah
Ho Won cs sekarang harus berjalan hanya dengan memakai kaos kaki. Tambah sial
lagi karena tiba-tiba perut mereka serempak keroncongan.
Mereka
membeli makan ke sebuah kedai. Tapi karena uang mereka tak cukup, jadi mereka
hanya sanggup memesan satu porsi nasi. Ki Taek bertanya kenapa Ho Won ingin
makan seafood rebus.
"Seafood
rebus, mengingatkanku akan kampung halamanku," jawab Ho Won tanpa semangat.
Ki
Taek lalu membagi-bagikan nasi untuk mereka bertiga. Kata orang, lebih baik
mati dengan perut kenyang daripada mati kelaparan. Tapi mereka sama sekali
tidak ada nafsu makan. Mereka bahkan tidak mendengar saat ahjumma menyuruh
mereka untuk membalik daging mereka.
Ahjumma
sampai harus melakukannya untuk mereka sambil mengomel. Saat Ahjumma memasukkan
gurita hidup kedalam panci, mereka bertiga menatap gurita yang mengggeliat mati
itu dengan sedih. Saat itulah Ahjumma baru memperhatikan ekspresi mereka.
Ia
kemudian kembali dan dengan manisnya membawakan 3 porsi nasi sangat banyak
untuk mereka. "Semua orang merasa ingin mati setiap hari karena kehidupan
keras yang mereka jalani. Memangnya hidup itu buat apa. Hidup itu juga untuk
makan dan tinggal di tempat yang nyaman. Aku barusan memasak nasi ini, jadi
rasanya pasti enak."
Ahjumma
bahkan memberikan sandalnya untuk Ho Won. Air mata mereka berlinang penuh haru
saat mereka memakan nasi mereka.
Di
rumah sakit, Seo Hyun sedang bicara do telepon dengan Ayahnya. Entah apa yang
mereka bicarakan, tapi dia mulai kesal karena merasa dibanding-bandingkan
dengan hyung-nya yang sukses.
Keesokan
harinya, Ho Won membawa kopernya dan pamit pada teman serumahnya kalau dia mau
pindah. Dia mengaku tak punya uang untuk membayar sewa, jadi dia menawarkan
laptopnya. Dia mau pulang ke kampung halamannya dan berjanji akan kembali
setelah dia punya uang, jadi laptop ini cuma jaminan.
Tapi
berhubung dia tidak punya ponsel sekarang, jadi dia mau memakai laptopnya untuk
yang terakhir kalinya untuk mengecek email. Yang tak disangkanya, dia malah
mendapat email yang menyatakan kalau dia lolos tahap seleksi di perusahaan
Hauline.
"Mencoba
seratus kali ada untungnya juga, keajaiban itu memang tidak ada."
Pada
hari interview, Ho Won menggigit jarinya dengan tegang. Dia berharap akan ada
keajaiban untuknya, tapi dia semakin ciut saat melihat para pelamar di sekitarnya
nyerocos dalam berbagai bahasa asing. Wawancara diumumkan akan dimulai 30 menit
lagi. Tepat saat itu, dia melihat Kang Ho duduk diantara para pelamar kerja.
Mereka
lalu bicara berdua. Kang Ho bertanya apakah Ho Won ke rumah sakit lagi. Ho Won menyabngkalnya.
"Ternyata
peluang 1 banding 3 itu masih saja ada," gumam Kang Ho.
"Aku
selalu gahal wawancara kerja, tapi ketika aku harus wawancara di perusahaan
ini. Aku mau tak mau harus datang sambil berpiki kalau ini bisa menjadi kali
terakhirku."
"Aku
juga. Ini hari ketiga wawancara. Perusahaan ini punya skandal besar tentang
perekrutan yang adil tahun lalu..Mungkin karena itulah mereka menerima srmua
orang yang melamar tahun ini."
Pantas
saja, padahal Ho Won juga biasanya gagal dalam tahap seleksi. Tapi Kang Ho
drngar dari para pelamar yang sudah wawancara, pewawancara tahun ini sangat
kejam. CV merka diperiksa dengan pen merah. Mereka juga akan mengkritik
penampilan para pelamar secara cermat. Mereka lebih suka dengan orang-orang
dengan latar belakang pendidikan yang bagus.
"Jika
kau dibawah kualifikasi maka kau akan dipermalukan sampai mati. Banyak pelamar
yang keluar dari ruangannya sambil menangis. Karena mereka memberi kesempatan
wawancara untuk setiap orang, mereka jadi pemarah dan kejam karena terlalu
banyaknya orang uang harus mereka wawancarai."
Tepat
saat itu juga, Ho Won melihat Woo Jin berjalan ke arah mereka. Ho Won jadi
curiga, dengan takut-takut dia bertanya siapa nama pewawancara kejam itu?
"Sepertinya,
General Manager Seo... Woo Jin."
Shock,
Ho Won langsung memalingkan mukanya saat Woo Jin lewat. Awalnya Woo Jin
langaung lewat, tapi kemudian dia berhenti dan menatap Ho Won.
Terima kasih sinopsis y, aku suka cerita y.
BalasHapus