SINOPSIS Fight My Way Episode 4
Bagian 1
Sumber gambar: KBS2
Pertandingan
RFC Lightweight Pro Fight dimulai. Kim Tak Su kelihatan sangat lincah dalam
menghindari serangan lawannya. Baru beberapa menit berlalu, Kim Tak Su
melakukan ancang-ancang kemudian melakukan putaran pada ujung kakinya.
Dan
menendang wajah lawannya menggunakan tendangan berputar. Lawannya tak bisa
berkutik lagi menerima serangan mematikan itu, Tak Su pun memenangkan
pertandingan tersebut. Dong Man menahan amarahnya, dia ingat betul kalau
gerakan tendangan berputar itu adalah miliknya.
“Itu
milikmu. Dia dari semua orang bukanlah orang yang seharusnya menggunakan
kemampuan spesialmu.” Ujar Jang Ho.
Flashback. Seleksi
TimnasTaekwondo, 2007
Seorang
pria tengah berbicara dengan Dong Man. Ia menyarankan supaya Dong Man tidak
usah bangkit lagi kalau sudah kelelahan. Kenapa dia membuat susah untuk semua
orang? Kalau dia menyerah, semua orang akan bahagia.
Tidak,
tak ada yang akan bahagia. Tidak ada seorang pun dalam keluarganya yang
menginginkan kekalahannya. Ia akan mendapatkan medali emas, membayar hutang
ayahnya dan membuat kehidupan Ibunya lebih baik. Ia akan mengurus pengobatan
Dong Hee. Dia tak akan kalah.
Jang
Ho terus memberikan semangat pada Dong Man. Kalahkan lawannya dan dia akan
berangkat ke Beijing. Mereka menerbangkan tim nasional dengan (pesawat) kelas
bisnis. Bertepatan saat itu pula, datanglah Ayah ke arena pertandingan. Dia menyuruh
Dong Man untuk memenangkan pertandingannya.
“Aku
takkan kalah. Anak Ayah tidak akan kalah. Tonton saja, oke? Ko Dong Man akan
pergi ke Beijing!”
Pertandingan
di mulai, beberapa menit awal tak ada serangan mematikan tapi Dong Man mampu
mengungguli Tak Su. Dia memberikan serang-serangan kecil padanya. Tapi ditengah
pertandingan, terdengar suara seorang bocah “Dong Man, kau bisa melakukannya.”
Dong
Man menoleh ke arah bangku penonton. Dong Hee, adik kecilnya yang menggunakan
kursi roda tengah menontonnya. Dong Man terpaku memperhatikan adiknya. Tak Su
pun menggunakan kesempatan itu untuk menendangnya.
Dong
Man jatuh, tapi dia masih bisa bangun lagi. Namun sayangnya, emosi Dong Man
sudah bercampur aduk berkat kehadiran adiknya. Nafasnya memburu penuh
kekhawatiran dan Tak Su kembali menyerangnya.
Tendangan
Tak Su tak begitu ampuh, tapi Dong Man sudah ambruk karenanya. Wasit menghitung
mundur tapi Dong Man masih belum bangkit juga. Dong Hee berteriak menyuruhnya
untuk bergegas bangun, kalau dia masih belum bangun maka dia tak mau berjalan untuknya.
Terdengar
isakan tangis Dong Man mengingat kejadian sebelumnya. Dimana Pelatih Choi,
Pelatihnya Tak Su datang ke rumahnya. Dia menawarkan uang untuk biaya operasi
Dong Hee asalkan Dong Man mau mengalah dalam pertandingan final.
Ayah
kesal mengetahui itu, dia datang menumpahkan tong sampai ke kepala Pelatih
Choi. Mana mungkin dia menginginkan kekalahan anaknya hanya demi uang.
Dong
Man bisa mendengar keributan mereka. Ia merenung pedih di kamarnya. Ia bimbang
saat memperhatikan tanggalannya dan rencananya untuk terbang ke Beijing sebagai
anggota tim nasional.
Kembali
ke pertandingan, wasit menghitung mundur namun Dong Man masih belum juga
bangkit dan mereka memutuskan kekalahannya. Dong Hee menangis melihat kakaknya
kalah. Dong Man pun tak kalah sedihnya, tangisnya tak bisa terbendung saat itu.
Begitu
pertandingan berakhir, Para Wasit berkumpung membicarakan kejanggalan dalam
pertandingan kali ini. Tadi anak itu cuma terkena tendangan kecil, tapi dia tak
bisa bangun. Ini bukan karena dia tak bisa bangun, tapi dia memang tak
menginginkannya.
Hal
ini diketahui oleh media, dan mereka mengatai Dong Man yang mata duitan. Masih kecil
tapi sudah memikirkan uang. Mereka pun mengadakan acara konferensi pers.
Tak
Su menolak untuk ikut dalam konferensi pers. Ini bukan salahnya, yang salah itu
Dong Man karena sangat kentara dalam berpura-pura kalah. Kalau dia mengakuinya,
nanti kena hukuman pendisiplinan. Kalau sampai begitu dia tak masuk tim
nasional, maka kembalikan uangnya.
Jang
Ho tentu kesal dengan perlakuan semena-mena Tak Su. Pelatih Choi menjelaskan
kalau Ayahnya Tak Su akan ikut pemilihan tahun ini, dia tak mau anaknya menjadi
sorotan. Jang Ho kesal bukan kepalang
karena mereka menggunakan Dong Man sebagai mantel anti peluru.
Tapi
Dong Man tak punya pilihan, dia hanya diam dan siap menanggung segalanya. Dia
meminta maaf pada pelatih atas segalanya. Jang Ho tidak begitu
mempermasalahkannya, tapi kenapa dia tidak membicarakan masalah ini dulu
dengannya? Apa dia cuma sekedar pelatih untuknya?
“Aku
akan pergi sendiri. Jika wajahmu muncul di koran, kau tidak bisa mengajar.”
Jang
Ho menampol wajah Dong Man pelan. Ia menarik tangannya dan berjalan ke tempat
konferensi pers bersama-sama.
Flashback end.
Dong
Man menunggu Jang Ho tapi dia belum juga keluar. Ia malah melihat Tak Su dan
pelatihnya keluar gedung. Kontan Dong Man memalingkan wajah, tapi Tak Su masih
mengenalinya. Apa dia Ko Dong Man? Sedang apa disana?
“Lama
tak jumpa. Seseorang memberiku tiket untuk pertandingannya.”
“Jadi
kenapa kau menonton pertandingan?”
Pelatih
Choi mencoba menenangkannya, kan semua orang boleh menonton pertandingan. Tak
Su masih sinis dan menuduh Dong Man mau minta duit lagi padanya. Memang yah,
sifat orang tidak akan berubah. Dia jijik banget tiap kali melihatnya. Jangan berkeliaran
lagi di sekitarnya. Jangan datang ke octagon juga.
“Hyung,
apa kau takut? Kenapa kau bertele-tele? Memalukan. Kau takut aku akan kembali
(bertarung)?”
Aish,
Tak Su meremehkan Dong Man, dia itu cuma ace 10 tahun lalu. Masih bisa besar
mulut juga rupanya. Oiya, bagaimana kabar adiknya? Dia bisa berjalan sekarang?
Tanya Tak Su dengan nada penuh ejekan.
Tak
Su! Kemarahan Dong Man tak tertahankan lagi. Dia ancang-ancang dan melakukan
tendangan berputar tepat ke wajah Tak Su. Tak Su terjatuh di hadapan banyak
orang. Dong Man memperingatkan, “Jika kau mau menyalin gerakanku, lakukan
dengan benar. Jangan takut begitu. Ini hanya permulaan. Jika kita bertemu di
ring.. kau mati!”
Dong
Man pergi dengan amat kesalnya. Sedangkan para wartawan yang ada disana pun langsung
mengerubuti Tak Su dan memotretinya.
Ae
Ra berjalan lemas saat pulang kerja. Ia melewati sebuah studio foto dan melihat
foto ID untuk melamar kerja sebagai kru kabin atau penyiar.
Saat
keluar dari gedung, Jang Ho keheranan melihat banyaknya wartawan yang
mengerubungi mobil box-nya. Kayaknya dia tak melakukan kesalahan apapun. Ia
permisi pada para wartawan karena mau membawa mobilnya. Para wartawan memang
sudah menunggunya, dia meminta rekaman black box yang ada di mobil Jang Ho.
Tadi Tak Su dikalahkan di depan mobilnya.
Tak
selang lama, Jang Ho sudah dalam perjalanan. Ia menepikan mobilnya dengan
terkejut saat memeriksa video rekamannya. Dong Man menendang Tak Su dengan
tendangan berputar dan mampu mengalahkannya.
Video tendangan Dong Man itu langsung viral. Semua orang menontonnya. Cuma Dong
Man saja yang tak tahu hal itu. Ia sedang termenung menunggu lampu merah, ia
mendapatkan telepon dari bos-nya yang marah-marah.
Dong
Man melintasi penyebrangan jalan sambil memohon maaf. Entah kenapa, tiba-tiba
ia teringat akan nasibnya selama ini yang selalu di remehkan oleh orang
sekitar. Apalagi dia harus melihat orang menyebalkan seperti Tak Su malah
menjadi orang berhasil.
Ia
menghentikan langkahnya dan berbalik arah, “Kurasa aku tidak bisa melakukan
kerja dengan bagus. Kau selalu bilang kepadaku untuk berhenti jika hanya itu
yang bisa kulakukan. Tapi kau tahu, hanya itu sehebat yang bisa kulakukan
karena aku tidak suka pekerjaan itu. Jadi kau tahu? Aku akan berhenti!”
Dong
Man berlari untuk menemui Jang Ho. Dengan penuh kemantapan, dia memutuskan
untuk kembali lagi! Ia sungguh ingin melakukannya! Dia ingin melakukan seni
bela diri! Ia akan melakukannya!
Jang
Ho senang bukan kepalang mengetahuinya. Mereka berdua pun berpelukan dengan
bahagia.
Ae
Ra sudah mendapatkan foto ID-nya. Ia berjingkat kecil melihat hasil fotonya
cukup bagus. Sebuah mobil berhenti dihadapannya, rupanya dia Moo Bin. Ae Ra terkejut
akan kehadirannya, apa dia penguntit?
Katanya
wanita suka dengan kejutan, makanya Moo Bin datang kesana. Ae Ra memandangnya
dengan agak aneh, tapi wanita tak suka saat ada pria yang muncul pada saat
tidak diharapkan. Moo Bin dengan blak-blakan mengaku merindukan Ae Ra. Ia pun
membukakan pintu mobil, dia punya waktu tiga jam istirahat, satu jam sudah ia
habiskan untuk menunggu Ae Ra.
Pegawai
di kantor Joo Man sedang mengadakan perayaan para pekerja intern. Sul Hee
dengan cekatan memesankan makanan dan minuman mereka. Bos memuji Sun Hee. Sul
Hee meralat, namanya itu Sul Hee.
Ah,
Bos tahu. Dia dengar kalau orangtua Sul Hee penjual kaki babi. Ia rasa Sul Hee
pintar memotong daging, mulai sekarang mereka harus terus mengajaknya saat
pesta. Joo Man memperhatikan omongan bos-nya dan kelihatan kurang suka.
Bos
meletakkan gelasnya dihadapan Sul Hee. Sul Hee saat itu sibuk melakukan hal
lain sehingga Ji Hye yang duduk disampingnya berniat menuangkan bir untuk bos.
Tapi begitu tahu Si Cantik Ji Hye yang akan menuangkan bir, Bos pilih kasih
langsung melarang. Mana ada wanita jaman sekarang yang menuangkan minuman, biar
dia saja yang menuangkannya.
Joo
Man makin risih saja dengan hal itu. Ia menawarkan diri untuk menuangkan
minumannya untuk Ji Hye. Ji Hye yang dasarnya suka Joo Man jadi malu-malu
kucing. Dan Sul Hee harus dibuat kesal karenanya.
Saat
ke toilet bersama bos, Joo Man memperingatkan Bos-nya kalau dia tidak boleh
menyuruh pegawai wanita menuangkan minuman sekarang. Bos bertanya apakah Joo
Man sudah punya pacar?
Bagaimana
dengan Ji Hye, sepertinya dia menyukainya. Kalau menikah dengannya, dia bisa
keluar dari pekerjaan. Keluarganya penjual daging babi dan punya brand
terkenal.
Begitu
kembali dari toilet, Bos melihat Ji Hye dan Sul Hee yang duduk bersebelahan. Ia
tertawa kecil membandingkan keduanya, yang satu TV hitam putih (Sul Hee) dan
yang satu TV berwarna (Ji Hye). Joo Man makin kesel aja sama bosnya, begitu
bosnya pergi, dia sengaja membuang sepatunya.
ditggu lanjutannya ..
BalasHapusPartai 2 nya eonni....mksh.
BalasHapusSudh mulai mengejar mimpinya lagi nih. Makasih kk. Ditunggu kelanjutannya
BalasHapus