SINOPSIS Rule:
Master of the Mask Episode 4
Sumber gambar: MBC
Esok
harinya, Lee Sun datang ke rumah Tuan Han dengan panik. Ia memberitahukan kalau
Ayahnya digiring ke Yangsucheong karena mencuri air. Mereka mengancam akan
memotong tangannya.
Bagaimanapun,
Tuan Han tidak bisa membantu. Yangsucheong bukan sesuatu yang bisa ia
intervensi karena mereka lembaga independen. Jika ia ambil pelaku di luar
yuridiksi Hanseongbu—
Nyawa
seseorang sedang dipertaruhkan! Apa maksudnya memikirkan yuridiksi? sergah
Putera Mahkota. Pejabat macam apa itu?
Sebelumnya,
Yang Mulai bahkan mengampuni seorang yang melompati dinding istana untuk
menyelamatkan Ayahnya. Raja saja mengampuninya karena hukum ada untuk
menegakkan kebajikan. Tidak bisakah Tuan menyelamatkan Ayah Lee Sun menggunakan
kekuasaannya?
Ga
Eun menatap Ayahnya penuh harap. Sedangkan Lee Sun bersujud dihadapan Tuan Han
memohon bantuannya.
Tuan
Han pun tersenyum, “benar, kebajikan adalah yang utama.”
Tae
Ho mengadili Ayah Lee Sun yang telah mencuri air di tempatnya. Padahal, dari
tempat itulah dia mendapatkan penghidupan tapi masih mencuri darisana. Tae Ho
memohon ampun, dia kehilangan akal karena memikirkan isteri dan anaknya yang
dalam bahaya.
Baiklah,
berhubung Ayah Lee Sun bekerja disana, maka Tae Ho akan mengurangi hukumannya. Dia
tidak akan dipotong tangannya melainkan pergelangannya. Ayah Lee Sun yang
sempat senang kembali ketakutan, dia meronta memohon ampunan pada Tae Ho. Namun
Tae Ho sama sekali tak perduli dan menyuruh pengawalnya memotong pergelangan
Ayah Lee Sun.
Beruntung,
sebelum tangan Ayah Lee Sun terpotong, Tuan Han bersama pengawalnya datang. Dia
mengklaim bahwa Hangseungbu yang akan mengadili perkaranya. Tae Ho basa-basi
busuk menanyakan apakah Tuan Han lupa kalau Departemen Pengadaan Air memiliki
hak peradilan sendiri?
“Benar
dia mencuri air Departemen Pengadaan Air, namun wilayah ini masuk yuridiksiku. Tentu
masuk akal Hanseongbu mengambil alih perkaranya.”
“Kau
yakin tidak masalah ikut campur begini?”
Tuan
Han tak menyahut kemudian mengintruksikan pengawalnya untuk membawa Ayah Lee
Sun.
Putera
Mahkota dan Ga Eun juga ada disana. Keduanya sama-sama senang setelah Tuan Han
berhasil memboyong Ayah Lee Sun. Mereka berdua bergegas pergi ke tempat
pengadilan. Sedangkan Hwa Goon yang berada disana pun bisa melihat sosok Putera
Mahkota di kerumunan. Ia pun bergegas mengikutinya.
Namun
dalam perjalanan ke Pengadilan Hanseongbu, tiba-tiba saja Putera Mahkota
menghilang.
Rupanya
dia dibawa oleh Chung Woon. Putera Mahkota sempat kebingungan karena seseorang
menggeretnya begitu saja, tapi saat ia melihat wajah Chung Woon, ia langsung
mengenalinya sebagai Guru. Bagaimana bisa dia mengenalinya?
Tentu
saja Chung Woon tahu, orang yang paling kekanak-kanakan adalah Yang Mulia.
Putera Mahkota tersenyum senang, ia merindukan sarkasme Chung Woon. Tak banyak
waktu, Chung Woon berniat segera membawanya menuju ke istana.
Tegas,
Putera Mahkota menolak “Ingat yang kau katakan padaku saat aku menolak belajar
ilmu pedang? Kau menyebutku menyerah atas rakyatku. Kau menakutiku bahwa
sesosok monster akan melahap rakyatku jika aku menyerah. Sekarang kau
menyuruhku untuk menyerah melindungi mereka, begitu?”
Di
Pengadilan Hanseongbu, Tae Ho masih berdebat memaksa mereka menyerahkan hak
peradilan Ayah Lee Sun pada mereka. Tuan Han sudah melanggar titah Raja, beliau
sudah memberikan hak sepenuhnya pada Departemen Pengelolaan Air.
Tuan
Han membela Ayah Lee Sun dengan dalih kalau dia hanya mencuri setimba air untuk
anak dan isterinya. Ia ingin memberikan pengampunan padanya. Tae Ho masih terus
menolak putusan itu. Namun warga mulai bersuara, mereka memohon supaya Ayah Lee
Sun diberikan ampunan.
Kepala
Hakim datang ke Pengadilan Hanseongbu, dengan entengnya dia melimpahkan kasus
ini untuk ditangani oleh Departemen Pengelolaan Air. Kontan semua orang
tercengang, Tuan Han coba berbicara namun Kepala Hakim tidak mau mendengar
alasan apapun.
Disaat
Ayah Lee Sun akan diseret pergi, Chung Woon mengumumkan kedatangan Putera
Mahkota. Pengawal memeriksa perhiasan emas pengenalnya dan ia langsung bergetar
ketakutan mengetahui kalau dia memanglah Putera Mahkota. Semua orang seketika
bersujud.
Putera
Mahkota sengaja menjatuhkan perhiasannya dihadapan Tae Ho. Tae Ho memungutnya
dengan gemetaran dan mengembalikannya pada Putera Mahkota. Tapi Putera Mahkota
tidak menerimanya begitu saja, milik siapa perhiasan emas itu?
“Milik
Yang Mulia.”
“Kalau
begitu, saat sudah di tanganmu, berarti milikmu.”
“Bagaimana
mungkin hamba menerima perhiasaan Seja Jeoha?”
Putera
Mahkota berkata bahwa Putera Mahkota ditunjuk oleh para dewa. Dia
menggenggamnya bukan berarti memilikinya. Begitupula dengan air, dimanapun itu,
tidak seorangpun berhak mengakusisinya sebab itu anugerah dari dewa.
Ia
pun lantas memarahi Kepala Hakim yang seharusnya melindungi rakyat. Kepala
Hakim berdalih jika peraturan ini dibuat oleh Baginda Raja. Peraturan? Putera
Mahkota menyarankan agar hakim seharusnya mencari cara melindungi rakya dengan
peraturan tersebut. Bukan menghukum mereka seenaknya!
Kepala
Hakim ketakutan, ia memerintahkan pengawal untuk melepaskan Ayah Lee Sun.
Seketika semua orang disana ikut bahagia dan menyembah Putera Mahkota. Putera
Mahkota menoleh ke arah Ga Eun yang kelihatan begitu kagum padanya kali ini.
Hwa
Goon tersenyum memperhatikan Putera Mahkota. Dia pun menyuruh Gon untuk menjalankan
tugasnya setelah Putera Mahkota pergi.
Seorang
Pengawal tampak maju-mundur masuk ke ruang Putera Mahkota.
Putera
Mahkota berniat meninggalkan ruangannya. Sebelumnya, Chung Woon mengatakan
kalau mereka harus segera pergi. Tapi sekarang dia malah menghalanginya. Chung
Woon tidak mau mereka kembali ke istana sekarang. Putera Mahkota baru saja
mengumumkan keberadaannya kepada dunia. Mereka harus menunggu kedatangan
Panglima kesana.
Tapi
Putera Mahkota tidak bisa menunggu. Ada seseorang yang harus ia temui sebelum
pergi ke istana. Ada yang harus ia dengar darinya.
Chung
Woon merasa ada yang mencurigakan dibalik pintu. Ia membuka pintunya kemudian
mengarahkan pedangnya pada orang dibalik pintu. Rupanya orang itu adalah
Pengawal yang sejak tadi ragu mau masuk kesana.
Dia
datang ingin memberikan catatan investigasi yang ia lakukan sendiri pada Putera
Mahkota. Kecurigaannya bermula dari beberapa pekerja yang mabuk dan berkata
kalau sumber air mengering seiring pembangunan konstruksi Departemen
Pengelolaan Air.
Sungai
saat ini punya air yang melimpah dua kali lipat. Dia yang penasaran akhirnya
membuka penutup galian mereka dan air seketika membuncah. Putera Mahkota
sungguh murka mengetahui mereka sengaja memblokade air dan menyuplai untuk
kepentingannya sendiri. Tapi kenapa juga Pengawal itu melapor padanya, bukan
pada pemerintah?
Pengawal
itu tentu tidak berani menuduh mereka secara terbuka. Dengan hati-hati ia
mengatakan kalau Departemen Pengelolaan Air punya pejabat tingkat tinggi yang
melindunginya. Putera Mahkota tadi melihat persidangan, dia yakin Putera
Mahkota memahami perasaannya.
Baiklah.
Putera Mahkota tidak bisa membiarkan kelaliman ini. Siapkan penyelidikan dengan
benar! Ia akan mengutus Tuan Han untuk melakukannya.
Chung
Woon pergi untuk memanggil Tuan Han. Namun begitu kembali, dia kaget melihat
Pengawal tadi sedang membawa nampan berisi air. Apa dia meninggalkan Putera
Mahkota sendirian? Pengawal itu polos mengatakan kalau Putera Mahkota bilang
kalau beliau haus.
Sudah
bisa dipastikan, saat mereka kembali ke ruangan, Putera Mahkota sudah
menghilang entah kemana. Dia hanya meninggalkan secarik kertas berisi
penunjukkan pada Han Gyu Ho dan Park Moo Ha untuk menginvestigasi masalah Departemen
Pengelolaan Air.
Gon
dan Hwa Goon masih menunggu di depan Pengadilan. Hwa Goon dengan acak menunjuk
pria berpakaian merah dan mengklaim kalau pria itu adalah Putera Mahkota. Gon
pun bergegas untuk melancarkan aksinya.
Namun
saat tengah mengawasi pria berpakaian merah itu, dia melihat pria berpakaian
merah itu berpapasan dengan Chung Woon namun Chung Woon membiarkannya begitu
saja.
Gon sudah bisa memastikan kalau Hwa Goon membohonginya.
Hwa
Goon saat ini berada di pasar menunggu kedatangan Putera Mahkota. Putera
Mahkota tersenyum bahagia membalas tatapannya. Dia pun berlari ke arah Hwa
Goon.. Opss.. ternyata Putera Mahkota bukan tersenyum padanya melainkan pada Ga
Eun yang berdiri tak jauh dibelakang Hwa Goon.
Keduanya
tampak tersenyum dan berbincang akrab. Sudah tentu Hwa Goon cemburu dibuatnya.
Sedangkan Ga Eun bercerita kalau barusan Putera Mahkota datang kesana dan
membebaskan Ayah Lee Sun. Dia sungguh keren.
Putera
Mahkota tersenyum senang menerima pujian, “Sungguh?”
“Sungguh.”
Disisi
lain, Gon melapor pada Dae Mok kalau Hwa Goon berbohong padanya mengenai Putera
Mahkota. Dae Mok tersenyum licik, rupanya cucunya mengenali wajah Putera
Mahkota. Malang sekali. Dia menyuruh Gon membawa Hwa Goon menghadapnya.
Tae
Ho menemui Dae Mok untuk memohon maaf karena tak bisa melakukan apapun disata
Putera Mahkota datang kesana. Dae Mok tidak suka kata-kata ‘tidak bisa apa-apa’,
dia seharusnya tahu apa yang harus ia lakukan untuk mencegah hal semacam itu
terjadi kembali. Tae Ho sepertinya mengerti akan maksud ucapan Dae Mok.
Lee
Sun menjemput ayahnya yang keluar dari tempat pengadilan. Selama perjalanan,
kaki Ayahnya terluka sehingga Sun menawarkan punggungnya untuk menggendong
Ayahnya. Ayah sempat menolak namun Sun menyuruhnya tetap naik.
“Kau...
nama yang diberikan Ga Eun Aghassi.. kau bisa menulisnya?”
Tentu
saja Sun bisa menulisnya. Ia bisa membaca dan menulis, katakan saja apa yang
diinginkan ayahnya untuk ia tulis. Benarkah? Ayah terlihat bangga pada
putranya. Tuan Woo Bo yang selalu menyuruhnya belajar.
Jangan
biarkan orang lain memukulnya lagi. Kalau ada yang memukulnya karena Ayahnya
pengemis, katakan kalau Ayahnya sekarang bukan pengemis tapi kurir air. Sun
tidak merespon ucapannya, dia berkata akan bekerja esok pagi dan belajar
sorenya.
Keduanya
terus berbincang, namun tiba-tiba saja ada orang datang menghampiri mereka dan
memukul tengkuk keduanya. Dalam kondisi setengah sadar, Sun melihat Ayahnya
tengah diseret. Dia coba merangkak namun ada orang yang menendang kepalanya
hingga ia pingsan.
Sun
perlahan mengerjapkan matanya setelah pingsan akibat pukulan tadi. Betapa
terkejutnya ia melihat sosok seseorang tergantung dipohon. Tenggorokan Sun
tercekat sampai ia tak bisa mengeluarkan suara apapun. Ia memeluk kaki Ayahnya
yang sudah tergantung di pohon.. T_T
Ga
Eun protes harus mengantar Putera Mahkota ke tempat Guru Woo Bo padahal dia
sudah mengetahui jalannya. Sampai kapan dia harus menjadi penunjuk jalannya?
“Selamanya?”
Putera Mahkota berubah serius menatap Ga Eun. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin
ia katakan. Sebenarnya.. sebenarnya.. ia adalah..
Belum
sempat menyelesaikan ucapannya, mereka berdua melihat gerombolan warga yang
berlari menuju hutan. Ga Eun dan Putera Mahkota bingung dengan apa yang
sebenarnya terjadi. Keduanya pun mengikuti gerombolan warga desa itu.
Rupanya
mereka digemparkan dengan ditemukannya Ayah Lee Sun yang meninggal di gantung
orang-orang Departemen Pengelolaan Air. Dia yakin kalau mereka membunuhnya
karena Ayah Lee Sun menentang mereka. Beberapa waktu lalu, Sun mengatakan kalau
dia mau balas dendam. Apa yang harus mereka lakukan sekarang?
Putera
Mahkota terkejut, “Kemana dia pergi?”
Sun
bergetar penuh amarah melihat Tae Ho. Dia menyiapkan celuritnya untuk
membunuhnya namun Putera Mahkota datang tepat waktu dan menahannya. Dia
meyakinkan kalau balas dendam bukan jalan keluar. Dia tidak akan membiarkannya
menjadi pembunuh.
Sun
berontak ingin melepaskan diri darinya. Putera Mahkota meyakinkan kalau masih
ada hukum di dunia ini. Sun sinis mendengar kata hukum, hukum tidak
menyelamatkan orang lemah sepertinya. Getir memang, tapi Putera Mahkota tak
bisa menyangkal ucapan Sun.
Sun
mengangkat celuritnya. Tapi tangannya langsung dijagal oleh Chung Woon. Tegas,
Putera Mahkota memerintahkan Chung Woon melepaskan tangan Sun. Ia meminta maaf,
ia tidak seharusnya melibatkan diri. Sampai ia bisa membalas kematian tidak
adil Ayah Sun, ia memintanya untuk menunggu.
“Memang
kau siapa? Kenapa aku harus menunggu?”
Chung
Woon memperingatkan supaya Putera Mahkota tidak mengungkapkan identitasnya. Namun
Putera Mahkota tidak mau dengar, ia mengatakan bahwa dirinya adalah Putera
Mahkota negeri ini. Ia pun menunjukkan perhiasannya sebagai bukti.
Kontan
Sun ingin menebas Putera Mahkota, namun tangannya terus bergetar. Ia terduduk
pedih, meronta dan menyalahkan Putera Mahkota, meskipun sebenarnya dia tidak
sungguh-sungguh menyalahkannya.
Dae
Mok tengah mengintrogasi cucunya mengenai Putera Mahkota. Bagaimana bisa dia
mengetahui wajahnya? Hwa Goon tak mau menjawab. Bertepatan saat itu, Gon datang
melapor bahwa ia sudah menemukan Chung Woon bersama dua orang pemuda. Tanpa
pikir panjang, Dae Mok mengutus Gon untuk membawa Putera Mahkota ke hadapannya.
Hwa
Goon khawatir, “Apa Putera Mahkota akan dibunuh?”
Putera
Mahkota sudah bersiap menggunakan jubah kebesarannya. Dia menenangkan Sun kalau
ia sudah mengutus Hanseongbu mengusut Departemen Pengelolaan Air. Ia akan
meminta Raja menghukum mereka karena sudah membunuh Ayah Sun.
Sun
terus menunduk, dengan hormat dan tangan gemetaran, ia memberikan perhiasan
milik Raja. Namun Raja tidak mau menerimanya, ia bisa membawa perhiasan itu sebagai
tanda janjinya. Ia bisa mengembalikan saat itu.
Bertepatan
saat mereka bertiga keluar, jaring terangkat mengitari mereka. Kemudian
beberapa orang pemanah mengepung mereka dari atap dan orang bersenjata pedang
menghampiri ketiganya. Gon berdiri diatas atap. Chung Woon bersiaga dengan
pedangnya.
-oOo-
Ditunggu episode selanjutnya :-)
BalasHapusMakasih ya sinopsis y, d tunggu kelanjutan y..
BalasHapusMantap sinopsisx... Coba gambarx lebih diperbanyak... Boommm!!!
BalasHapus