SINOPSIS Ruler:
Master of the Mask Episode 12
Sumber gambar: MBC
Mereka
bertanya-tanya maksud kedatangan Kepala Pedagang kesana, ia sering mendengar
tentangnya tapi baru pertama kali bertemu. Putera Mahkota membahas mengenai
penarikan pinjaman yang dilakukan oleh Departemen Pengadaan Air. Tidak ada yang
tahu alasannya kenapa mereka melakukan hal itu, apa mereka yakin bisa mengatasi
krisisnya?
“Lalu
anda, anda tahu alasannya?” tanya Hwa Goon.
Putera
Mahkota membicarakan penangkapan penjahat Hong Geum Gae yang dilakukan olehnya.
Ga Eun berdecak kesal melihat Putera Mahkota dari kejauhan, ini bukan saatnya
membanggakan diri.
“Tunggulah,
kau akan lihat.” Ucap Chung Woon.
Putera
Mahkota mengatakan kalau penjahat Hong Geum Gae itu membunuh pedagang miskin
karena menolak memberinya uang. Karena pedagang lain ketakutan, mereka menurut
memberikan uang. Tapi penjahat itu malah makin kejam dan kejam. Masalah itu
mengusiknya dan ia berfikir, bagaimana kalau seharusnya orang-orang
menghentikannya sejak pertama kali penjahat membuat onar?
Jadi
kembali pada situasi mereka, apa mereka yakin akan baik-baik saja? Siapa tahu
mereka juga akan mati seperti pedagang malang itu? mereka bisa mengatasi krisis
ini?
Putera
Mahkota ingin mereka menghentikan kekejaman yang baru dimulai Departemen
Pengelolaan Air sebelum mereka semakin kejam setelah menguasai peredaran uang.
Ia hanya ingin mencegah para pedagang untuk mati. Jadi ia memohon supaya mereka
tidak lagi menekan pedagang kecil, sebaliknya, pinjami mereka uang.
Tapi
mereka semua khawatir, kalau semakin memburuk, mereka juga akan hancur. Putera
Mahkota menyuruh mereka bertindak, dia tak yakin keserakahan Departemen Air
akan berhenti hanya pada pedagang kecil saja.
“Jika
mengikuti saranmu kami akan dapat apa?” tanya Hwa Goon dengan mata
berkaca-kaca.
“Kudengar,
penjualan licorice dari Qing milik kalian mengecewakan. Aku bisa memobilisasi
pedagang keliling untuk memasarkannya ke seluruh negeri.”
Para
saudagar melakukan voting mereka. Ga Eun melihat jalannya voting dari kejauhan.
Ia terus berdoa supaya para saudagar itu menyetujuinya. Namun kelihatannya
voting menghasilkan suara yang sama, mereka harus mengulang lagi votingnya. Ga
Eun semakin cemas dibuatnya.
Ga
Eun pulang ke kampung dagangnya. Ia kelihatan murung, tapi ia berubah tersenyum
memberitahukan kalau semuanya berjalan lancar. Kepala Pedagang sudah membuat
para saudagar bersedia meminjami mereka uang. Semua orang bersyukur mengetahui
kabar baik ini.
Beberapa saat
sebelum Ga Eun pulang,
Sebelum
memberikan persetujuan, Hwa Goon mengajukan persyaratan supaya Putera Mahkota
mencaritahu alasan dibalik penarikan hutang yang dilakukan Departemen Pengadaan
Air. Putera Mahkota pun menerima syarat itu.
Ga
Eun mengucapkan rasa terimakasihnya atas bantuan Putera Mahkota. Para pedagang
pasti sangat senang, jadi singgahlah.. Putera Mahkota menegaskan kalau ini
adalah perjanjian antara saudagar dan pedagang keliling. Kalau bukan, dia tidak
akan melakukan ini.
Tetap
saja, Ga Eun berterimakasih. Ia tak akan melupakan kebaikannya dan akan selalu
loyal padanya. Putera Mahkota menekankan sekali lagi kalau dia melakukan semua
ini bukan karenanya, jadi tidak perlu loyal padanya. Dia pun bergegas
meninggalkan Ga Eun setelahnya.
Hwa
Goon memperhatikan interaksi mereka berdua.
Hwa
Goon sungguh senang bertemu kembali dengan Putera Mahkota. Selama ini dia
selalu yakin kalau dia belum meninggal. Ia meminta Gon untuk mencari segala
informasi tentangnya sekarang. Gon hati-hati bertanya, kenapa dia tidak tanya
sendiri saat bertemu dengannya?
“Aku
takut dia akan menghilang lagi jika aku mengikuti dan serakah lagi akan
dirinya.”
Semua
orang berhasil membayar hutangnya tepat waktu. Tuan Kang sengaja berseru
dihadapan orang-orang Departemen Pengadaan Air, kalau bukan karena Kepala
Pedagang, mungkin mereka sudah menjadi gelandangan. Tae Ho jelas kesal
mendengarnya.
Moo
Ha datang ke tempat Ga Eun. Dia mengabarkan kalau ia berhasil melobi tabib
istana supaya Ga Eun bisa memasok obatnya kesana. Sudah bertahun-tahun lalu Ga
Eun meminta bantuan tapi baru kali ini dia bisa membantunya.
Meskipun belum
pasti, tapi dia yakin tabib istana akan menerima obatnya kalau sudah bertemu
langsung. Ga Eun janji akan melakukan yang terbaik supaya tidak membuat malu
Moo Ha nantinya.
Ga
Eun sudah ada di depan gerbang istana, ia kembali ingat terakhir kali dia
ditangkap penjaga karena berniat membunuh Putera Mahkota. “Tolong tunggu sebentar lagi, Ayah. Alasan Ayah harus mati semengenaskan
itu. Aku pasti akan mengungkap kebenarannya.”
Tabib
istana memuji kualitas obat milik Ga Eun. Ia pun sepakat menyuruhnya menyiapkan
pasokan untuk membawa obat-obatan yang akan Raja hadiahkan pada abdinya. Ga Eun
mengerti.
Dalam
perjalanan pulangnya, Ga Eun melihat sebuah rumah tanaman yang dijaga ketat oleh
beberapa prajurit. Ia ingat perintah Youngbin Lee supaya ia menemukan sesuatu
yang tersimpan di pot besar dalam rumah tanaman itu. Agar ia bisa mengetahui
alasan kematian Ayahnya, berikan benda itu pada Chun Soo.
Sementara
Ga Eun masih disana, penjaga mengumumkan kedatangan Raja. Kontan semua orang
menunduk termasuk Ga Eun. Ga Eun menoleh ke arah Raja bertopeng, ia masih ingat
bagaimana sosok bertopeng itulah yang sudah mengeksekusi Ayahnya tanpa ampun.
Pengawal
Kepercayaan Sun memberitahukan kalau Ibu beliau sekarang menjaga toko obat.
Nona Han Ga Eun yang sudah menjaga adik serta Ibunya. Sun bahagia mengetahui Ga
Eun menggantikan dirinya menjaga semua keluarganya.
Pengawal
itu juga mengatakan kalau nama adik Sun adalah Kko Mool. Dia menjadi pemimpin
teman-teman sebayanya. Sun begitu bahagia mengetahui keluarganya hidup
baik-baik saja. Pengawalnya kelihatan prihatin, kenapa beliau tidak menemuinya
keluarganya secara langsung?
“Aku
juga ingin begitu, tapi kalau keberadaan keluargaku diketahui Dae Mok, pasti
dia akan menyandera mereka. Ibuku, Kko Mool, juga Nona Ga Eun, jagalah mereka
semua. Aku hanya menginginkannya darimu.”
Pengawal
Sun menerima tugasnya, dia akan melakukan perintahnya.
Tae
Ho melapor pada Dae Mok kalau Kepala Pedagang Keliling mampu meyakinkan para
saudagar untuk meminjamkan uang pada pedagang kecil. Seluruh pedagang
kelilinglah yang menunjuknya sebagai pemimpin.
Dia
bukan mengajukan diri tapi ditunjuk? Dae Mok mengerti, dia memerintahkan mereka
untuk mencari informasi mendetail tentang Kepala Pedagang itu.
Putera
Mahkota menceritakan temuannya pada Woo Bo, kenapa mereka menyimpan banyak uang
dan menimbun tembaga? Apa yang kiranya tengah direncanakan oleh Dae Mok?
“Jika
perdagangan terhenti akibat terbatasnya peredaran uang, bagaimana kiranya
kondisi negeri ini?”
Otoritas
percetakan uang, duga Putera Mahkota. Jika uang jaman joseon yang beredar
kurang, menteri keuangan akan membuat lebih banyak lagi, namun tidak akan bisa
melakukannya karena tidak punya tembaga.
Kemudian
Dae Mok akan muncul dan mengatakan kalau dia punya tembaga dan mampu
memproduksinya. Woo Bo tersenyum getir, permainan kotornya membuat dia ingin
mabuk saja. Putera Mahkota mengajak Chung Woon untuk segera bergerak, mereka
harus memasok tembaga juga.
Putera
Mahkota menemui Hwa Goon untuk membantunya memasok tembaga. Ia bertanya
padanya, apa alasan negeri ini tidak punya cukup banyak tembaga? Hwa Goon punya
kenalan saudagar Jepang, mungkin dia tahu alasannya. Putera Mahkota memintanya
mengenalkan dia dengan saudagar itu.
Hwa
Goon menyuruhnya pergi ke Biro Perdagangan. Putera Mahkota akan melakukannya,
bisakah dia menuliskan pengenal untuknya. Hwa Goon tersenyum, ia menyarankan
supaya Putera Mahkota membawa seseorang yang fasih bahasa jepang bersamanya.
Terimakasih,
ucap Putera Mahkota menyeruput tehnya. Hwa Goon terus menatap Putera Mahkota
dengan tatapan berbinar. Putra Mahkota sampai heran, kenapa dia menatapnya
begitu?
“Kau
tidak mengenaliku? Apa aku berubah banyak? Kau pernah sekali menyelamatkanku.”
Putera
Mahkota teringat akan gadis yang sempat menolongnya, dan memperkenalkan dirinya
sebagai Hwa Goon. Namanya Hwa Goon, dulu dia pernah membantunya tapi ia belum
sempat mengucapkan terimakasih dengan benar.
“Jangan
berterima kasih. Betapa bahagia bisa bertemu kembali, kau tidak akan memahami
perasaanku.”
Moo
Ha berjalan keluar dari istana menemui Woo Bo dan Putera Mahkota. Ia kaget
melihat wajah mengerikan Woo Bo. Woo Bo kesal, harusnya dia menyambut pria yang
lebih tua dengan baik.
Melihat
orang disamping Woo Bo, Moo Ha merasa familier dengan pria itu. Putera Mahkota
menyapanya, apa kabarnya? Setelah dilihat baik-baik, Moo Ha ingat kalau pria
itu adalah pria yang berlutut didepan rumah Ga Eun. Lalu orang satunya yang
bertudung bambu itu?
“Kita
belum pernah bertemu.” Jawab Chung Woon dingin.
Moo
Ha dan Woo Bo mabuk bersama. Woo Bo menyarankan supaya Moo Ha menggunakan
kesempatan ini untuk mendapatkan kesuksesan. Kalau berhasil, dia akan menjadi
pejabat tinggi. Moo Ha tak percaya, berjalan dengan para menteri dan datang ke rapat
istana? Omong kosong! Dulu saja dia membodohinya dan menyuruhnya menjadi abdi
Raja.
“Dulu
itu, karena kau belum siap. Sekarang, waktunya sudah tepat.”
Woo
Bo memberikan kode pada Putera Mahkota. Putera Mahkota pun memberikan kertas
pada Moo Ha dan meminta dia membubuhkan cap jempol. Moo Ha sudah mabuk, dia
membacanya “Jika kau membawakan kami tembaga, kami akan menjadikanmu pejabat
tinggi. Namun jika tidak, kau harus membiayai makgeolli dan beras Pak Tua.”
Tanpa
pikir panjang, Moo Ha pun membubuhkan cap jempolnya.
Mereka
kemudian menggendong Moo Ha menuju ke dermaga. Putera Mahkota masih menunggu
kedatangan orang yang fasih bahasa jepang kiriman Hwa Goon. Tapi ternyata, Hwa
Goon mengirimkan dirinya sendiri. Putera Mahkota tak menyangka, apa benar tak
apa-apa?
“Lagi
pula, aku juga ada urusan bisnis di sana. Jangan kuatir.” Jawab Hwa Goon.
Selama
perjalanan, Hwa Goon yang tertidur di perahu kelihatan kedinginan. Putera
Mahkota yang perhatian pada semua orang (Auhg) pun menyelampirkan selimutnya
untuk menghangatkan tubuh Hwa Goon. Hwa Goon membuka matanya saat Putera
Mahkota memejamkan mata disebelahnya, terus memandanginya dengan tatapan..
penuh cinta.
Mereka
sudah ada di tempat tujuan. Chung Woon sudah melakukan penyelidikan dengah
bertanya pada pedagang disekitar sana, bajak laut yang mengemudikan kapal
mengangkut tembaga. Kontan Moo Ha ngeri, dia mau pergi saja lah. Putera Mahkota
menunjukkan perjanjian mereka, kalau dia pergi, dia harus membayar makgeolli
yang diberi oleh Woo Bo.
Tidak
masalah, lebih baik Moo Ha melakukannya daripada harus berhadapan dengan bajak
laut. Namun begitu ia bangkit dari duduknya, seorang gisaeng cantik berjalan
anggun menuju ke panggung. Ia menyanyikan sebuah lagu dihadapan mereka dan Moo
Ha kelihatan terpesona akan kecantikannya.
Apalagi
Gisaeng cantik itu menoleh ke arah Moo Ha dengan kode-kode aneh. Kontan Moo Ha
memegang dadanya yang berdebar-debar. Putera Mahkota tersenyum dan tak sengaja
fokus dengan gelang yang digunakan gisaeng itu. Moo Ha sontak berubah pikiran,
dia sungguh berterimakasih pada Putera Mahkota yang membawanya kesana.
Hwa
Goon mengorek informasi dari saudagar jepangnya. Orang jepang itu tahu, tapi
masalahnya kalau mereka merampas selundupan itu dari bajak laut, mereka akan
membalas dendam. Kemudian, mereka akan menghaburkan uangnya tak jelas.
“Namun,
kelihatannya bukan bajak laut penyelundupnya. Bukankah itu maksudnya?” tanya
Hwa Goon. Temannya menjawab dengan anggukan.
Ditengah
makan malam mereka, Putera Mahkota dikejutkan dengan kehadiran Woo Jae kesana.
Sigap, ia berlari menemukan Hwa Goon dan menariknya untuk bersembunyi. Hwa Goon
yang tahu menahu cuma bisa deg-degan, jarak diantara mereka begitu dekat.
Putera
Mahkota sudah bisa menemukan jawabannya sekarang. Ia mengedikkan dagunya
menunjuk Woo Jae yang menerima kertas dari seorang pria secara
sembunyi-sembunyi, “Pria itu puteranya pimpinan Kelompok Pyunsoo Dae Mok. Sebuah
organisasi bayangan yang mengendalikan Joseon di balik layar. Bagaimanapun, aku
perlu mengetahui yang tetua mereka coba lakukan.”
Tengah
malam saat semua sudah tidur lelap, seorang wanita bercadar masuk ke kamar tidur Woo Jae dan mengambil
kertas yang diterima Woo Jae barusan. Kertas itu berisi sebuah denah. Ia pun
bergegas mengambilnya.
Tak
disangkanya, Putera Mahkota juga masuk ke kamar Woo Jae dan memergoki orang itu
mencuri apa yang diincarnya. Ia pun menghentikan wanita itu, namun wanita itu
malah menyerangnya. Putera Mahkota terkejut saat melihat gelang yang digunakan
wanita itu sama dengan gelang yang digunakan gisaeng barusan.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^