SINOPSIS Ruler:
Master of the Mask Episode 3
Sumber gambar: MBC
Putera
Mahkota kembali melanjutkan aksi kaburnya. Sampai diujung jalan, dia mulai
panik karena kelompok Jo Tae Ho tak jauh dibelakangnya. Beruntung, seseorang
datang membantunya bersembunyi. Dia tidak lain adalah Ga Eun.
Dia
menyembunyikannya ke dalam tandu kemudian memanggilnya sebagai Ibu. Tae Ho
curiga akan tingkah Ga Eun, ia bahkan sudah bersiap mengeluarkan pedang. Namun
setelah melihat orang dalam tandu membuka jendelanya sambil terbatuk-batuk dan
mengenakan jaket perempuan untuk menutupi wajahnya, kecurigaan Tae Ho lenyap.
Ga
Eun bisa bernafas lega setelah mereka semua pergi. Putera Mahkota terdiam
menatapnya, Ga Eun mengernyit heran. Apa dia terluka? Putera Mahkota melepaskan
jaket yang menutupi wajahnya dan masih terus menatap Ga Eun.
“Apa..
aku tampan?”
Ga
Eun bingung, “Maaf?”
“Kau...
satu-satunya orang yang melihat wajahku setelah sekian lama. Bagaimanapun,
terima kasih bantuannya. Aku selamat berkat dirimu.”
Di
Jongmyo, ritual akan segera di adakan namun Putera Mahkota belum juga
ditemukan. Raja khawatir kalau sampai Kelompok Pyunsoo menangkap putranya.
Meskipun melakukan pencarian, dia menyuruh Kepala Prajurit Lee tidak melakukan
pergerakan yang mencurigakan. Raja mempertanyakan keberadaan Chung Woon.
Kepala
Prajurit Lee tidak yakin menggunakan putranya untuk mencari Putera Mahkota, dia
tidak mengetahui wajahnya. Raja tetap menyuruh Prajurit Lee untuk membawa Chung
Woon menghadap padanya.
Raja
berjalan menuju altar, ia menatap lukisan mendiang Raja Sunjo sambil membatin “Sunjo, aku mendoakanmu. Kau tidak
bijaksana, sampai menelantarkan rakyatmu sendiri, kau telah menjadi Raja lalim
yang tak menghiraukan kehendak langit. Namun, Putera Mahkota berbeda. Dia
satu-satunya harapan bagi Joseon untuk kembali kokoh. Tolong, lindungilah anak
itu, Sunjo.”
Putera
Mahkota terus berjalan di belakang Ga Eun sampai Ga Eun heran dan menoleh ke
arahnya. Putera Mahkota meyakinkan kalau mereka punya arah tujuan yang sama.
Tapi, apakah dia juga mau ke Seosomun?
Ga
Eun tidak mempermasalahkan hal itu, tapi masalahnya, kenapa dia terus berbicara
informal padanya? Putera Mahkota tertawa seolah bangga dengan dirinya, kalau
dia tahu, dirinya adalah seseorang yang punya hak untuk bicara banmal padanya.
“Apa?
Memangnya siapa dirimu?”
Putera
Mahkota hampir saja keceplosan mengatakan identitasnya. Tapi dia berfikir
sejenak dan mengaku kalau dirinya adalah seorang anggota literasi. Kontan Ga Eun
menaruh ketertarikan, ia penasaran apakah ia punya buku langka? "Survey of Roads" atau "Survey of Mountains and Rivers",
tahu judul itu? Bagaimana dengan "Unabridged
Compilation of Herbal Lore"?
“Kau
tahu semua buku itu?”
Tidak,
Ga Eun memang sangat ingin membacanya tapi sampai sekarang belum mendapatkan
bukunya. Apa mungkin dia bisa mendapatkan buku ajaran barat dan buku
pengobatan? Putera Mahkota menunjukkan buku terjemahan ajaran barat yang
dibawanya. Ga Eun sungguh takjub, bagaimana bisa dia mendapatkan buku berharga
itu?
Putera
Mahkota tertawa bangga, sesungguhnya ia adalah seseorang yang bisa mendapatkan
buku semacam itu dengan mudah. Ga Eun mengusap buku langka itu dengan sayang,
soalnya buku itu berlubang kena anak panah.
Putera
Mahkota juga baru sadar, padahal dia ingin memberikan bukunya pada Profesor Woo
Bo. Ga Eun terkejut mengetahui kalau orang dihadapannya mengenal Guru Woo Bo.
Dia adalah muridnya dan dalam perjalanan menemui beliau.
“Jadi,
kau murid Woo Bo penggila buku geografi, agama, dan pengobatan itu? Namamu
siapa?”
“Lalu,
kau sendiri?”
“Aku..
Chun Soo.” Bohong Putera Mahkota.
“Aku
Ga Eun. Han Ga Eun.”
Sebelum
pergi menemui Guru Woo Bo, Ga Eun pergi ke rumah Lee Sun dan menyuruh Putera
Mahkota menunggunya sebentar. Ibu Lee Sun menyambut kedatangan Ga Eun dengan
senang hati.
Tidak
lama kemudian, Ayah Lee Sun pulang dan langsung menghampiri puteranya. Bukankah
dia sudah melarangnya untuk tidak membuat keributan? Harusnya dia menangkan
pencuri airnya. Dia sudah membuat cukup banyak masalah dengan ingin belajar
membaca.
Ga
Eun membela Lee Sun kalau segalanya tidaklah mustahil. Lee Sun sangat cerdas
dan ia bisa mengingat segalanya dengan sekali lihat. Bahkan Professor memujinya
jenius.
Ayah Lee Sun kelihatan bangga sebenarnya, ia memukul putranya ringan.
Agashi terlalu berlebihan, tidak ada untungnya meski dia jenius.
Lee
Sun pun tak bisa menyembunyikan rasa senangnya dipuji oleh Ga Eun.
Putera
Mahkota masih menunggu Ga Eun di jalan. Tiba-tiba saja, seorang pria tua mabuk
menghampirinya dan bertanya dimana mereka sekarang. Putera Mahkota berkata
tidak tahu sekarang dimana. Pria tua yang tak lain adalah Woo Bok langsung
menampar wajah Putera Mahkota. Masa dia tidak tahu dimana?
Jelas
saja, Putera Mahkota tidak terima mendapat tamparan. Bersamaan dengan itu,
terdengar suara perutnya yang keroncongan. Woo Bok menawarkan minuman yang
dibawanya. Agak ragu sih, tapi berhubung lapar, Putra Mahkota berniat
meneguknya. Tapi kesalnya, botol itu ternyata sudah kosong dan Woo Bok menuduhnya
sudah menghabiskan minumannya.
Woo
Bo berdiri sambil mendengkur dan kembali menuntut Putera Mahkota menjawab
dimana mereka sekarang. Putera Mahkota ngeri sendiri, bahkan sampai jatuh saat
menghindarinya.
Woo
Bo akhirnya pergi juga. Ga Eun dan Lee Sun keluar bersama, Putra Mahkota
seketika komplain karena Ga Eun sangat lama. Lee Sun dan Putera Mahkota saling
bertatapan, mereka sama-sama ingat satu sama lain. Lee Sun menatapnya sinis,
apa tidak masalah membawanya menemui Guru Woo Bo?
Untuk
menghindari perdebatan lebih lanjur, Ga Eun buru-buru mengajak mereka menemui
Guru Woo Bo sekarang.
Mereka
sampai di depan sebuah gubuk reot pinggir desa. Putera Mahkota agak tidak
percaya melihat tempat itu, namun Ga Eun menyuruhnya untuk ikut saja dengannya.
Sesampainya
di tempat Woo Bo, mereka menemukan Guru Woo Bo tengah tertidur sambil
mendengkur pula. Putera Mahkota semakin sangsi kalau pria tua pemabuk
dihadapannya adalah Profesor di Sungkyungkwan.
Ga
Eun meyakinkan kalau pria itu memang Profesor Woo Bo. Dengan hati-hati, ia pun
membangunkan Woo Bo dan menjelaskan padanya kalau seseorang dari organisasi
literasi datang untuk memberikan buku.
“Pak
tua, kau sungguh Profesor Woo Bo?”
“Woo
Bo. Aku memang Woo Bo. Tapi, aku bukan Profesor.”
Putera
Mahkota menunjukkan buku The Chronicles
of Foreign Lands, buku itu cuma ada satu di Joseon. Kalau dia bisa menjawab
pertanyaannya maka ia akan memberikan buku itu. Seketika Woo Bo bangkit dari
tidurnya dan menatap buku itu dengan berbinar-binar.
Ga
Eun tidak enak dengan kelancangan Putera Mahkota dan meminta maaf pada Profesor
Woo Bo. Dia tidak menyangka kalau pria yang dibawanya akan selancang itu. Ia
pun menginjak kaki Putera Mahkota dengan sengaja. Guru Woo Bo cuma tersenyum,
dia meminta mereka untuk keluar dan meninggalkannya bersama Putera Mahkota.
Putera
Mahkota bertanya apakah Woo Bo mengetahui siapa dirinya. Enteng, Woo Bo mengaku
tak tahu, dia tidak pernah mengatakan siapa dirinya. Apakah cuma itu pertanyaan
yang ingin ia ajukan?
To
the point, Putera Mahkota tanya apakah Woo Bo mengetahui alasan kenapa Putera
Mahkota harus menggunakan topeng? Woo Bo menjawab kalau dia mengetahui
alasannya, lantas apakah ia tahu masalah Kelompok Pyunsoo?
Kelompok
Pyunsoo? Putra Mahkota kelihatan bingung dan tidak tahu apa-apa mengenai
kelompok itu. Aih, dirinya yang mestinya bertanya, kenapa malah justru balik mendapatkan
pertanyaan? Apa dia sungguh mengetahui alasan Putera Mahkota memakai topeng?
Baiklah.
Woo Bo mengajaknya untuk melakukan tebak-tebakan saja. Sungai-sungai mengalir
lebih deras dibanding tahun lalu, namun mengapa sumur-sumur justru mengering? Jika
Putera Mahkota tahu jawabannya, Woo Bo akan menjawab pertanyaannya.
Woo
Bo hati-hati meraih buku langka milik Putera Mahkota untuk mengintip isinya
sedikit. Putera Mahkota berdecak kesal kemudian buru-buru merebut bukunya
kembali.
Dalam
perjalanan pulang, Putera Mahkota terus mengikuti Ga Eun dan Lee Sun. Ga Eun
iseng bertanya apakah dia akan terus ikut dengannya? Putera Mahkota bersikeras
akan tetap disana sampai menemukan jawabannya. Ga Eun mengaku tidak tahu
jawabannya, sekalipun mengetahuinya, ia tak akan sudi mengatakannya.
“Aku
tidak pernah memintamu memberitahukan jawabannya. Aku hanya perlu menginap
sebentar di rumahmu, kemudian pasti segera menemukan jawabannya.”
Lee
Sun membentaknya yang sudah kurang ajar. Putera Mahkota balas tidak terima
dikatai kurang ajar. Lee Sun tahu kalau dirinya adalah anak dari keluarga
miskin, tapi ia rasa, dirinya punya tata krama dibandingkan dengannya.
“Bukankah
kau murid Woo Bo? Kau dari keluarga miskin?”
Lee
Sun terpancing emosi, “Memang ada hukum yang mengharuskan orang miskin juga
menjadi bodoh?”
“Aku
rasa, temperamenmu itu lebih bermasalah dibanding silsilah keluargamu.”
Lee
Sun menyerang Putera Mahkota sampai keduanya jatuh. Mereka saling bergulat
kesal karena ucapan masing-masing. Ga Eun coba menghentikan Lee Sun yang
berniat memukul wajah Putera Mahkota, Lee Sun-ah!
Lee
Sun? Putera Mahkota tertawa mengetahui nama pria dihadapannya sama dengan
namanya. Baru pertama kalinya dia berkelahi dengan pria yang seumuran
dengannya. Putera Mahkota terus tertawa sampai Ga Eun pun tersenyum.
Hari
sudah petang, kunang-kunang mulai berterbangan menciptakan cahaya kelap-kelip
yang cantik. Mereka bertiga takjub menyaksikan cahaya kunang-kunang itu. Lee
Sun terus menatap Ga Eun namun begitu Ga Eun menatapnya, Lee Sun reflek
menundukkan kepala. Lain halnya dengan Putera Mahkota, saat Ga Eun menatapnya,
Putera Mahkota membalas tatapan itu.
Begitu
mengangkat kepalanya, Lee Sun sadar kalau Ga Eun dan Putera Mahkota saling
bertatapan satu sama lain. Broken heart~~~
Mereka
berdua sudah kembali akur dalam perjalanan pulang. Putera Mahkota heran
mengetahui kalau Lee Sun tidak bisa ikut ujian pemerintah tapi dia masih suka
belajar. Memangnya menyenangkan?
“Fakta
hari ini aku menjadi sosok berbeda dengan diriku esok hari, dan perasaan bahwa
belajar meningkatkan kualitasku sebagai manusia, hal-hal itu membuat jantungku
berdebar.” Jawab Lee Sun.
Putera
Mahkota menganggap Lee Sun sangat aneh. Melihat Lee Sun dan Ga Eun berjalan dihadapannya,
Putera Mahkota tersenyum, ia tidak menyangka kalau memiliki hubungan dengan
orang lain bisa membuat jantungnya berdebar begini.
Begitu
masuk ke rumah Lee Sun, Ga Eun berteriak panik. Rupanya Ibu Lee Sun
sedang hamil besar dan sekarang sudah waktunya melahirkan. Tapi Ibu Lee Sun
sudah dehidrasi, Ga Eun menyuruh Lee Sun dan Putera Mahkota untuk mencari air.
Putera
Mahkota mengajak Lee Sun untuk segera pergi ke sumber air. Namun Lee Sun panik,
Penjaga Yangsucheong memblokade tempat itu hari ini. Mereka mungkin tidak akan
bisa mendapatkannya.
Ga
Eun keluar, “Ayo ke Yangsucheong, bagaimanapun kita harus dapatkan air.”
Putera
Mahkota masih termenung saat Lee Sun dan Ga Eun pergi, “Yangsucheong
satu-satunya tempat mereka bisa dapat air?”
Di
kerajaan, Raja tengah memarahi Chun Soo dan menyuruhnya untuk terus
memanggilnya dengan sebutan Ahbamama (Ayahanda). Tapi Chun Soo yang ketakutan
tidak bisa menyebutnya dengan benar. Raja terus saja menyuruhnya mengulang
memanggilnya Abamama.
Seseorang
masuk ke ruang bawah tanah dan melihat mengintip apa yang dilakukan oleh Raja.
Ia kemudian melapor pada seseorang, mengatakan kalau Raja menyembunyikan Putera
Mahkota di ruang bawah tanah. Tidak ada pergerakan yang mencurigakan, tapi
kabarnya, kasim Putera Mahkota menghilang tanpa jejak.
Ketiganya
sampai juga ke sumur. Namun Penjaga menghalangi mereka masuk mengambil air. Mereka
menyuruhnya untuk kembali besok karena mereka tidak menjual air tengah malam
begini. Putra Mahkota mendesak masuk menjelaskan kalau nyawa seseorang menjadi
taruhannya.
Namun
betapapun mereka berusaha, Penjaga kekeuh tidak mau membiarkan mereka bertiga
masuk. Putera Mahkota kehilangan kesabaran, “Hei! Kalian tahu siapa aku? Aku Putera
Mahkota dari negeri ini!”
Bertepatan
saat itu, Lee Chung Woon lewat disana dan mendengar ucapan Putera Mahkota. Ia
sempat terhenti memperhatikannya. Putera Mahkota terdiam.. dia meralat
ucapannya.. maksudnya dia adalah teman Putera Mahkota.
Chung
Woon masih terus memperhatikannya namun pengawalnya meminta ia untuk melanjutkan
perjalanan karena Raja mengatakan kalau ini situasi darurat.
Penjaga
menertawakan omongan Putera Mahkota, kalau dia teman Putera Mahkota maka mereka
adalah saudara Raja. Ayah Lee Sun datang menghentikan keributan yang mereka
lakukan.
Ia
diam-diam menyelipkan uang ke tangan penjaga dan membujuknya kalau ia hanya
akan masuk sebentar. Dia juga akan meninggalkan sesuatu di jalan. Putera
Mahkota cuma bisa mendesis melihat penjaga itu dengan mudahnya menerima uang
suap.
Hwa
Goon, Woo Jae dan Tae Ho melintas disana tepat saat Ayah Lee Sun keluar membawa
air. Penjaga berniat mengejarnya namun Putera Mahkota dan Lee Sun sigap menahan
mereka sampai Ayah Lee Sun pergi cukup jauh.
Woo
Jae mendesis heran, ia ingin melaporkan pada Dae Mok kalau penjagaan air di Yangsucheong
sangat buruk. Tae Ho memohon supaya dia tak melakukannya. Hal semacam ini tidak
akan terjadi lagi.
Putera
Mahkota, Lee Sun dan Ga Eun buru-buru kabur setelahnya. Hwa Goon menoleh ke
arah mereka dan tanpa sengaja melihat luka titik di belakang telinga Putera
Mahkota. Ia pun sempat bergumam tidak yakin, Putera Mahkota?
Ibu
Lee Sun akhirnya bisa melahirkan dengan selamat. Ayah sangat senang, menggedong
bayi perempuannya yang ia beri nama Gong Bi. Lee Sun protes soalnya nama itu
agak berlebihan untuk perempuan. Namun Ayah tetap suka dengan nama itu, ia pun
membiarkan Ga Eun untuk menggendong bayinya.
Woo
Bo tanya apakah Ayah Lee Sun tidak apa-apa, membuat keributan dan mengambil air
disana. Ayah tertawa santai, dia sudah biasa membuat keributan. Ia hanya perlu
meminta maaf dan membayar dua kali lipat.
Chung
Woon menghadap Raja, ia mengaku belum pernah melihat wajah Putera Mahkota. Raja
tetap mengutusnya untuk menemukan Putera Mahkota, dia adalah teman sekaligus
gurunya.
Tidak ada yang lebih mengenalnya selain dia. Lakukan pencarian ke
semua tempat yang mungkin didatanginya. Berharap Putera Mahkota bisa mengenali
wajahnya atau ia bisa mengenali suaranya.
Suara..
Chung Woon seketika ingat dengan pria yang mengaku sebagai Putera Mahkota
barusan. Ia belum yakin, tapi ada satu tempat yang akan ia datangi.
Chung
Woon menemui penjaga sumur untuk menanyakan siapa anak-anak yang barusan kesana
sekitar jam 6. Awalnya Penjaga tidak mau mengatakannya, tapi setelah diancam,
akhirnya ia mau mengatakan dimana tempat tinggal anak-anak barusan.
Celakanya,
saat Woo Jae ada disana dan melihat Chung Woon. Dia heran kenapa Anak Panglima
ada disana? Dia adalah orang yang cukup dengan Putera Mahkota. Hwa Goon
seketika menyadari sesuatu, jangan-jangan...
Dae
Mok sedang melakukan pertemuan bersama kroninya membahas masalah Putera
Mahkota. Ada yang mengatakan Putera Mahkota di ruang bawah tanah, ada yang
dengar pula ada dua Putera Mahkota di Jongmyo. Mereka menyarankan untuk
membunuh ketiganya sekalian.
Tiba-tiba
Hwa Goon masuk ke ruang pertemuan. Ia mempertanyakan pada Kakeknya akan
kebenaran Putera Mahkota yang melakukan ritual hujan. Apakah mereka yakin kalau
orang yang menggunakan topeng adalah Putera Mahkota? Ia memintanya memeriksa
ulang kebenaran itu.
Dae
Mok tersenyum licik, dia tahu kalau cucunya bukanlah orang yang suka bercanda. Ia
mengutus Gon untuk pergi dan memeriksanya.
Putera
Mahkota kembali menunjukkan bukunya kemudian menuntut Woo Bok untuk mengatakan
alasan kenapa Putera Mahkota harus menggunakan topeng. Woo Bok tanya, apakah
dia tahu makna Yongnin?
Sisik
bagian dagu naga? Tanya Putera Mahkota. Woo Bok mengibaratkan Putera Mahkota
sebagai sisik Yongnin bagi Raja. Meskipun mengendarai naga, mereka tak bisa
menyentus sisik itu. Dan jika coba menyentuhnya, mereka akan mencabik-cabiknya.
Raja ingin menyembunyikan dan melindunginya.
Tapi,
apakah begitu penting bagi Putera Mahkota untuk mengetahuinya, disaat Raja
ingin melindunginya? Apakah situasi lebih sulit saat ia mengenakan topeng
sampai harus melepaskannya?
“Dia
Putera Mahkota. Seorang Putera Mahkota semestinya tidak duduk diam dan hanya
menerima segala sesuatu. Dia harus melindungi rakyatnya! Bukankah itu jalan
yang semestinya ia tempuh?”
“Emosi
tanpa aksi, semua itu tidak lebih dari omong kosong! Melidungi rakyatnya? Kau
pikir Putera Mahkota memiliki kekuatan melakukannya? Dia tidak lebih dari
setangkai bunga dalam vas! Lalu, kau berani bilang pemuda tak tahu apa-apa itu akan
melindungi rakyatnya?”
Woo
Bok berjalan pergi, “Jika kau melepas topengmu sekedar ingin menikmati
kebebasan, lebih baik pakai kembali saja topeng itu.”
Gon
sudah memeriksanya dan melapor kalau Putera Mahkota yang ada di ruang bawah
tanah adalah seorang kasim. Dia masih menggunakan bantalan di lututnya. Dae Mok
heran, Raja perfeksionis itu berusaha melarikan diri. Tapi melihat Kasim itu
masih menggunakan bantalan, artinya mereka melakukannya dengan tergesa-gesa.
Hwa
Goon tersenyum yakin, bukan Raja (yang ingin melarikan diri) melainkan Putera
Mahkota. Ia pun pergi dari ruang pertemuan dengan girang. Dae Mok pun tertawa,
kalau memang Putera Mahkota ada diluar istana, berarti ini kesempatan bagus
untuk mereka. Ia memerintahkan Gon untuk menemukannya sebelum Raja.
Hwa
Goon keluar meninggalkan rumah kakeknya dengan terburu-buru. Dia memanggil Gon
dan Gon seketika menyahut dari atap rumah. Dia tahu kalau Gon ditugaskan
menemukan Putera Mahkota, dia sekalian minta bantuan supaya Gon memberitahunya
kalau ia menemukan Putra Panglima, Chung Woon.
Chung
Woon menemui Ayah Lee Sun dengan alasan sedang mencari adiknya. Ayah Lee Sun
menduga kalau Putera Mahkota adalah adik yang dimaksud oleh Chung Woon. Dia
memberitahukan kalau Ga Eun agashi-lah yang membawanya.
Tak
jauh dari sana, Gon menguping pembicaraan mereka.
Putera
Mahkota dan Ga Eun sedang ribut masalah ayam. Putera Mahkota menuntut supaya
dia bisa mendapatkan lauk ayam, masa ada tamu minta ayam saja tidak boleh. Ga
Eun menolaknya dengan keras, mana ada tamu yang serakah begitu?
“Kau
menuai yang kau tabur. Jika kau melakukan banyak kebaikan, kau akan diberkahi,
jadi jangan pelit.” Ceramah Putera Mahkota.
Ayah
Ga Eun, Tuan Han keluar rumah sambil tertawa melihat mereka. Sepertinya
puterinya membawa tamu penting, wajar kalau mereka menyembelih ayam dan
menjamunya.
Kontan
Putera Mahkota berdehem penuh kemenangan dan tersenyum ke arah Ga Eun. Ga Eun
membuka kandang ayamnya dengan sebal. Ayam di dalam kandang terbang dan
langsung menubruk Putera Mahkota. Wkwkwkw.
Mereka
berdua bareng menyiapkan ayam bakar. Putera Mahkota tiba-tiba tanya, apakah
tidak masalah jika dia hidup di balik topeng? Ga Eun tidak begitu mendengar
ucapan Putera Mahkota dengan jelas, apa?
Putera
Mahkota mengibaratkannya seperti ayam yang tinggal dalam kandang. Ayam akan
aman jika hidup dalam kandang dan berbahaya saat mencoba kabur. Kemudian...
“Bodoh
sekali.” sela Ga Eun “Bukankah lebih baik ayam kabur dari kandang tidak peduli
seberapa bagus dan aman tempat itu? Sekalipun tidak jelas nasibnya nanti, meski
sulit dilalui, tapi kemerdekaan sesungguhnya adalah kehidupan di luar kandang.”
Putera
Mahkota menatap Ga Eun seolah terpesona dan puas akan jawaban yang di
lontarkannya. Begitu kah?
Ga
Eun sangat suka dengan ajaran Guru mengenai kebebasan hakiki. Dia tidak akan
mau menjadi ayam dikandang, tapi ia akan berusaha menjadi burung yang bisa
terbang setinggi mungkin meskipun sulit.
Putera
Mahkota semakin kagum, wanita yang berbicara kebebasan hakiki. Keren sekali. Keduanya
saling bertatapan dalam diam..
Sampai akhirnya Putera Mahkota bertanya apakah
Ga Eun punya kekasih. Ga Eun tidak bisa menjawabnya, malu. Putera Mahkota terus
mengkonfrotasinya, jadi sebenarnya dia punya kekasih atau tidak?
Ga
Eun tertunduk malu sembari menahan senyumnya. Putera Mahkota pun tersenyum bahagia,
jadi kau belum punya kan?
Tae
Ho marah-marah saat penjaga membangunkannya tengah malam. Tapi begitu melihat
ada Hwa Gook disana, ia buru-buru menghampirinya dan menjilatnya habis-habisan.
Hwa Goon tanya apakah Tae Ho akan membiarkan orang yang mencuri air tetap
bebas?
Ia
merintahkan supaya menangkap pelakunya sebelum dia melapor pada Dae Mok. Tae Ho
yang ketakutan berjanji akan menangkapnya.. besok.. tidak, sekarang juga dia
akan menangkapnya.
Disisi
lain, Putera Mahkota tengah berbicara dengan menggebu-gebu pada Tuan Han. Membahas
kondisi rakyat yang begitu menyedihkan, bahkan kesulitan mendapatkan air ketika
sangat terjepit. Dengan hati-hati
dia bertanya, bukankah Tuan seharusnya melakukan tindakan?
“Aku
mengerti, tapi bukan itu inti masalahnya.”
“Apa
Anda tidak punya keberanian?”
Tuan Han tersenyum penuh wibawa, “Apakah menurutmu rakyat tidak mampu berdiri
sendirikarena mereka tidak cukup berpendidikan maupun berani sepertimu?”
Tidak
selang lama, Ga Eun masuk ke ruangan membawakan nampan makanan. Seketika itu
pula, Putera Mahkota cengengesan menatap Ga Eun dan Ga Eun terus menunduk malu.
Tuan Han melihat tingkah keduanya, ia pun meledek Ga Eun yang tidak
menggosongkan ayamnya seperti biasa.
Ia
pun mengambil potongan ayam untuk Putera Mahkota dan memintanya sering-sering
main kesana.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^