SINOPSIS
Suspicious Partner Episode 1 Bagian 1
Sumber gambar: SBS
Episode
diawali dengan narasi seorang wanita yang tengah menulis di atas kertas.
“Aku
hanya harus menuliskannya seperti surat lamaran kan? Aku sudah sering
membacanya, tapi ini adalah pertama kalinya aku menulisnya. Saat aku kecil,
aku...”
EPISODE 1: Harapan Masa Kecil
Dipagi
yang sibuk, suasana subway sudah ramai dipenuhi orang-orang. No Ji Wook (Ji Chang Wook) berusaha menemukan
tempat duduk, tapi beberapa wanita langsung datang dan menyerobot tempatnya.
Terpaksa, Ji Wook harus berdiri bersebelahan dengan seorang wanita, Eun Bong
Hee (Nam Ji Hyun).
Seorang
Ahjussi di samping Bong Hee menggunakan kesempatan ini untuk meraba pantatnya.
Bong Hee kontan melirik ke arah Ji Wook, namun Ji Wook cuma membalasnya dengan
tatapan polos.
Tidak
ketahuan, Ahjussi itu kembali mengulang aksinya. Bertepatan saat itu juga, subway
tergoncang sedikit dan Ji Wook oleng ke arah Bong Hee. Kontan Bong Hee menegurnya
dengan sinis, “Itu kau, kan?”
“Maaf?”
Ji Wook polos.
“Jika
aku naik kereta 10 kali, setidaknya aku bertemu dengan orang seperti anda
sekali. Senang bertemu dengan anda.”
Ji
Wook kebingungan, apa dia mengenalnya? Bong Hee mengiyakan, karena pria
menyimpang sepertinya, ia sudah mengalami trauma. Orang cabul mabuk. Dia sudah
menyentuh pantatnya dengan cara yang menjijikkan.
Tak
merasa melakukannya, Ji Wook bersumpah kalau dia tidak melakukannya. Untuk alasan
apa dia menyentuhnya. Bong Hee makin sinis, nah memangnya untuk alasan apa anda
melakukannya? Ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan pria semacamnya. Ini
adalah tindakan kekerasan seksual berdasarkan pasal 13 untuk pelecehan publik.
Ji
Wook meralat, bukan pasal 13 melainkan pasal 11. Bong Hee makin yakin dengan
dugaannya, pasti dia memang sudah sering menjadi pelaku. Keduanya pun kembali
berdebat tak karuan dan banyak mata yang memperhatikan mereka.
Kereta
berhenti, Bong Hee mau pergi tapi sebelum itu dia menyuruh Ahjussi di
sebelahnya untuk melaporkan tindakan Ji Wook. Ji Wook membentak Ahjussi itu
untuk tak melaporkannya. Dia meyakinkan penumpang lain kalau dia tak melakukan
apapun. Tapi sayangnya, mereka tak percaya omongan Ji Wook.
Dia
pun bergegas untuk turun, namun di depan pintu keluar, Bong Hee sudah berdiri
sambil bersidekap menghadangnya. Ji Wook berniat menghindarinya tapi Bong Hee
terus pasang badan menghalangi. Ia pun tersenyum puas saat pintu kereta
tertutup dan Ji Wook terjebak di dalamnya.
Bong
Hee mengibaskan rambutnya dan berjalan meninggalkan stasiun. Namun sebelum itu,
ia membantin mengingat alasannya datang kesana. Satu jam sebelumnya, dia
mendapatkan sms dari nomor tak dikenal.
Tidak
lama kemudian, Bong Hee sudah ada di depan gedung megah. Ia meyakinkan dirinya
bahwa sms itu hanyalah lelucon. Tapi berhubung sudah sampai disana, tidak ada
salahnya untuk masuk ke dalam.
Di
lobi gedung, tak diduga Bong Hee melihat sosok pria yang ia kenal tengah
merangkul seorang wanita. Bong Hee membeku di tempatnya, saat itu pula, pria
itu menoleh ke arah Bong Hee.
Keduanya
bertatapan sejenak, sebelum akhirnya, si pria berbicara sesuatu pada wanita
yang di rangkulnya. Wanita yang dirangkulnya pun pergi duluan, sedangkan Pria
itu berbalik menemui Bong Hee.
Di
waktu dan tempat yang sama, Ji Wook terlambat menemui seseorang. Ia menyarankan
pria dihadapannya supaya tidak naik kereta jalur 6, takut bertemu dengan wanita
gila. Wanita yang membuatnya menjadi seorang pemabuk. Pria dihadapan Ji Wook
cuma terkekeh kemudian menyodorkan air putih untuknya.
Bong
Hee menuntut penjelasan pada pacarnya, Hee Joon, bagaimana bisa dia berada
dengan seorang wanita disana? Hee Joon merasa tak perlu menjelaskan apapun,
semua ini tidak seperti bayangannya. Yang terpenting adalah ia masih sangat mencintainya.
Mungkin ia memang sudah membuat kesalahan, tapi perasaannya pada Bong Hee tidak
berubah.
“Sudah
berapa kali kau melakukan ini sebelumnya?”
“Berapa
kali? Kalau aku mengatakan ini pertama kalinya, kau tidak akan percaya. Kalau aku
mengatakan sudah melakukannya sebelumnya, kau akan terluka. Jadi untuk apa juga
kau bertanya?” Hee Joon tetap tenang.
Dalam
batin Bong Hee, dia mulai merangkai jawaban sendiri dari kecurigaannya selama
ini. Mulai dari pesannya yang sering tidak dibaca. Kemudian kondisi mobilnya
yang terasa berbeda dengan sebelumynya. Dan Hee Joon yang akan merespon
pesannya dengan meneleponnya tengah malam.
Hee
Joon mengakui kesalahannya, dia tidak akan melakukannya lagi. Bong Hee tak mau
menerima jawaban remeh macam itu, jawab dengan serius dan jujur. Hee Joon pun
mengakui bahwa ini hanyalah cinta satu malam.
Bong
Hee kecewa, dia tidak percaya kalau pacarnya tidak akan melakukannya lagi. Dia
akan kembali menipunya dan lebih berhati-hati. Bong Hee memutuskan untuk pergi
daripada mendengar penjelasan pacarnya.
Hee
Joon menghentikan Bong Hee meminta maaf, namun Bong Hee sigap memelintir
tangannya. Memangnya dengan meminta maaf, semuanya tidak terjadi? Hee Joon
bingung, lalu apa yang harus mereka lakukan? Apa mereka putus saja?
Tidak
mau, Bong Hee yang akan memutuskan kapan mereka putus. Supaya adil, mereka akan
putus setelah ia melakukan cinta satu malam dengan pria pertama yang ia temui.
Bong Hee pergi dengan kesalnya.
Celakanya,
bertepatan saat itu, seorang kakek melintas disana. Kontan Bong Hee menghindarinya,
namun tubuhnya oleng, ia pun terjatuh ke lantai. Hati Bong Hee benar-benar
hancur setelah apa yang terjadi padanya. Sekuat hati, ia menahan tangisnya dan
bangkit seperti tak terjadi apa-apa.
Namun
air matanya tak terbendung lagi. Ia mengusap matanya yang mulai basah. Celakanya
lagi, malah lensa kontak yang ia gunakan terlepas.
Bersamaan
dengan itu, seorang pria menyenggol pundak Bong Hee. Bong Hee menoleh dan
enteng mengajaknya untuk tidur bersama. Pria itu tak lain adalah Ji Wook,
dengan mudahnya ia menerima tawaran Bong Hee. Bong Hee cukup bersyukur, dia
tampan dan masih muda.
“Benarkah?”
Bong
Hee menajamkan pandangannya yang buram. Ia menatap Ji Wook lekat-lekat sampai
akhirnya dia mengenali Ji Wook sebagai pria cabul. Ji Wook buru-buru meraih
tangan Bong Hee dan mengajaknya pergi.
Hee
Joon tak terima, dia mengancam akan mengakhiri hubungan mereka kalau sampai
Bong Hee meninggalkannya sekarang. Bong Hee panas karena ucapan Hee Joon, dia sengaja
meraih tangan Ji Wook dan meletakkannya ke pundak kemudian buru-buru pergi dari
sana.
Diluar
gedung, Bong Hee memperingatkan Ji Wook kalau kata-katanya tidak serius. Ji
Wook memberikan peringatan serius, menekankan kalau dia tidak akan
melakukannya. Dan ia bukanlah seorang pemabuk. Dia tidak pernah merasa terhina
dan bersalah sepanjang hidupnya. Untungnya, ia adalah gentleman makanya dia tak
akan melakukannya.
“Kau
bukan pelakunya?”
“Sudah
kukatakan beberapa kali. Bagaimanapun, tolong jangan menuduh orang yang tidak
bersalah melakukan kejahatan mulai sekarang.”
Ji
Wook berjalan pergi, namun baru beberapa langkah dia kembali lagi “Jangan
sembarangan bertemu dengan pria manapun di jalanan. Ada banyak bjingn gila yang
ingin tidur denganmu.”
Ji
Wook naik taksi untuk pergi. Bersamaan dengan itu, Hee Joon keluar mengejar Bong
Hee. Bong Hee buru-buru nimbrung ke taksi yang ditumpangi Ji Wook, ia meminta
bantuannya sekali lagi. Terpaksa, Ji Wook mengijinkannya untuk naik.
Dalam
perjalanan, Bong Hee berterimakasih sekaligus meminta maaf. Namun Ji Wook
enggan menerima permintaan maaf serta ucapan terimakasihnya. Bong Hee mengerti,
tapi ia menegaskan kalau dirinya bukan wanita yang biasanya mengajak orang yang
baru ia temui untuk tidur dengannya.
Tidak
perlu dijelaskan, singkat Ji Wook. Bong Hee mengajak Ji Wook untuk minum bersamanya.
Ji Wook menolak mentah-mentah, tidak, terimakasih. Karena suasana semakin
canggung, Bong Hee minta diturunkan di tingkungan dekat sana.
Selepas
Bong Hee turun, Ji Wook sempat memperhatikannya dan ia tampak simpati dengan
kondisinya.
Bong
Hee yang galau memilih untuk minum-minum sendiri. Suasana hatinya makin sedih
melihat tak ada sms atau telepon dari siapapun. Tak diduga, Ji Wook malah
kembali menemui Bong Hee yang mabuk sendirian. Namun di mata Bong Hee yang
buram dan kondisi setengah mabuk, dia melihat sosok Ji Wook sebagai Ahjussi
genit.
Ia
pun tanpa pikir panjang langsung mengusirnya. Ahjussi (Ji Wook) menganggap
kalau Bong Hee menyedihkan, jadi dia akan menemaninya. Namun Bong Hee tegas
mengatakan kalau dia tak mau dikasihani, ia pun menunjukkan tanda pengenal
taekwondo-nya.
“Bukankah
kau yang menginginkan aku?”
Bong
Hee tertegun dan menatap wajah Ahjussi sekali lagi. Ia pun sadar kalau Ahjussi
dihadapannya adalah Ji Wook. Jin Wook meletakkan bedak Bong Hee yang tertinggal
di taksi, sepertinya ia melakukannya dengan sengaja.
Senyum
Bong Hee mengembang, ia merasa senang ada orang yang familier menghampirinya.
Ia tak mendapatkan sms atau telepon, ia merasa menjadi orang yang sangat
penyendiri. Ia pun menawarinya minuman, Ji Wook sempat menolak. Namun Bong Hee
dengan semangat meletakkan gelas soju ke tangan Ji Wook hingga Ji Wook terpaksa
meminumnya.
Cahaya
matahari sudah sangat terang, Bong Hee bangun dari tidur nyenyaknya. Ia
tersenyum bahagia, namun senyuman itu segera berubah kepanikan saat mengingat
semalam ia mengajak pria asing tidur bersamanya.
Jadi
semalam, Bong Hee terus minum soju sampai mabuk berat. Ji Wook coba
menghentikannya karena dia sudah menghabiskan tiga botol. Tapi Bong Hee menolak
dan terus minum.
Saat
sudah mabuk berat, Bong Hee terus menggoda Ji Wook. Sampai-sampai Ji Wook risih
sendiri melihat tingkahnya.
Karena
tak tahu harus mengantar Bong Hee kemana, Ji Wook akhirnya membawa dia
kerumahnya. Namun sesampainya di rumah, Bong Hee berubah agresif, mendorong Ji
Wook ke sofa kemudian memonyongkan bibir menggoda.
Wkwkwk.
Ingat semua akan kelakuan gilanya semalam, Bong Hee gelojotan menyesal sendiri
dibuatnya.
Selama
Ji Wook sedang mandi, Bong Hee terus berfikir apa yang akan ia lakukan
nantinya. Mengucapkan salam? Maaf? Terimakasih?
Tapi
ujung-ujungnya, Bong Hee ngabur sebelum sempat mengucapkan apapun pada Ji Wook.
Dia melihat tampilan dirinya di spion jalan, sungguh berantakan. Bong Hee
mengeluh frustasi membenci dirinya sendiri.
Ji
Wook selesai mandi, ia melihat pesan permintaan maaf yang ditinggalkan Bong Hee
di dart. Ia pun hanya menghela nafas melihatnya.
Dalam
perjalanan, Bong Hee memeriksa riwayat panggilan dan sms-nya. Tapi tak ada satu
pun yang masuk. Dia sampai kesal sendiri dan berniat mengirimkan sms pada Hee
Joon. Namun ia mengurungkan niatnya.
Sedangkan
Ji Wook saat ini tengah dalam perjalanan. Tuan Byun meneleponnya, hati-hati dia
mengkonfrotasi Ji Wook supaya mengaku kalau dia sudah tidur bersama dengan
wanita semalam. Ji Wook menjawabnya dengan ambigu, dia juga tak yakin,
ingatannya agak kabur.
Tuan
Byun sungguh penasaran, semenjak hubungannya dengan Yoo Jung, dia tak punya
interaksi dengan wanita. Ji Wook kelihatan kurang suka dengan topik ini, ia pun
buru-buru pamit mengakhiri panggilannya.
Flashback
Ji
Wook masuk ke apartemen dengan sebuket bunga di tangannya. Langkah ringannya
seketika terhenti saat melihat ada sepatu pria ada disana. Ia sempat ragu
melangkahkan kakinya, apalagi melihat dasi dan pakaian berceceran di lantai.
Bertepatan
saat itu pula, seorang wanita menggunakan lingerie. Di dalam kamar si wanita,
tampak terlihat sosok pria yang sedang membenahi pakaiannya. Entah siapa, hanya
punggung pria itu saja yang terlihat.
Flashback end
Perasaan
yang dialami Bong Hee, Ji Wook mengetahuinya. Malam itu, dia melihat
pertengkaran antara Bong Hee dan Hee Joon. Ia mendengar Bong Hee mengatakan
ingin melakukan cinta satu malam dengan pria yang pertama kali ia temui. Ia
tampak simpati melihatnya jatuh dihadapan semua orang. Saat itu, Bong Hee
membatin, berharap seseorang datang membawanya.
Saat
itulah Ji Wook bangkit menghampiri Bong Hee dan mengiyakan ajakan untuk tidur
bersamanya.
“Pada
saat itu, aku mengerti rasa putus asanya.. jadi aku melakukan sesuatu yang
tidak seharusnya ku lakukan.” batin Ji Wook tampak menyesal.
Ji
Eun Hyuk (Choi Tae Joon) masuk ke
ruang kerja Tuan Byun. Tuan Byun mengatakan kalau kemarin dia bertemu dengan Ji
Wook. Eun Hyuk yakin kalau Ji Wook tidak akan menyerah pada pekerjaannya.
Impiannya adalah menjadi jaksa sampai mati. Ji Wook tak mungkin mau datang
kesana, karena ia bekerja disana.
Apa
mereka berdua masih bertengkar? Tanya Tuan Byun. Eun Hyuk cuma tersenyum tanpa
memberikan jawaban. Ia ingin mengambil kasus pro-bono (kasus suka rela) lagi. Tuan
Byun sampai heran, apa dia mau terjun ke dunia politik?
Eun
Hyun menanggapi dengan senyuman “Ngomong-ngomong, kita seharusnya memberikan
selamat pada Ji Wook.”
“Untuk
apa?” tanya Tuan Byun dan kembali dijawab dengan senyuman penuh makna oleh Eun
Hyuk.
Dalam
sebuah berita, seseorang mengatakan kalau Asosiasi Pengacara Korea akan
melakukan evaluasi pada jaksa terburuk. 10 dari jaksa terburuk itu adalah Ji
Wook. Semua orang kantor sudah berkumpul di ruang kerja Ji Wook, mereka
memberikan tepuk tangan nyinyir saat Ji Wook sampai ke ruangannya. Selamat, dia
dikenal sebagai jaksa terburuk.
“Jadi
begitu. Itu bagus. Itu sebuah kehormatan. Semakin banyak pengacara yang
membenciku, semakin berkualitas diri saya sebagai jaksa.” Santai Ji Wook.
Atasan
Jin Wook memarahi Jin Wook yang sering mengabaikan hak asasi manusia, sangat
pemaksa, tanpa ampun dan berat sebelah. Dia memang pantas mendapatkan kata
negatif didalam kamus.
Tegas,
Ji Wook mengatakan kalau dia benci penjahat. Dia lebih benci lagi pada
pengacara yang menggunakan kata hak asasi manusia untuk membela penjahat. Tapi
mereka (pengacara) membencinya, tidak ada pujian yang lebih baik dari itu.
Atasannya
makin kesal, benar saja dinding Ji Wook kosong tanpa ada ucapan terimakasih. Jaksa
lain mendapatkan ucapan terimakasih atas kebaikannya karena membantu hidup
mereka. Tapi dinding Ji Wook sangat kosong.
Ibu
Ji Wook meneleponnya setelah mendengar kabar kalau dia menjadi jaksa terburuk. Namun
Ji Wook tak mau membahasnya dan langsung memutus sambungan telepon. Ibu yang
kini tengah dipijat cuma bisa berdecih, putranya terlalu bersih sampai di cap
sebagai jaksa terburuk.
Si
Pemijat tak sependapat dengan ucapan Ibu, ia pikir bukan itu penyebabnya.
Putrinya adalah seorang hakim jadi kurang lebih dia mengetahuinya. Ibu tak
menyangka kalau Putri Ahjumma adalah seorang hakim. Kenapa ada banyak sekali
jaksa, hakim dan pengacara belakangan ini? Bahkan kucing dan kuda menjadi
hakim.
Ahjumma
tidak terima, yang kucing dan kuda adalah putra Ibu. Kontan Ibu bangkit dari
rebahannya, Ahjumma!
Ahjumma
tak rela di panggil Ahjumma, orang lain memanggilnya dengan sebutan Manager
Park. Ibu tak perduli, yang jelas jangan sebut putranya sebagai kucing dan
kuda. Dia berbeda semenjak ia di lahirkan. Ia terus ngoceh membanggakan
putranya, namun Manager Park tak perduli. Dia menarik kepala Ibu ke bantal
kemudian memijitnya dengan keras.
Lanjutkan kak keren nih
BalasHapusSemangat mbak Puji lanjutin sonopnya. Gomawo
BalasHapusAhahahaha vibe yang dikasih nam ji hyun emang mirip seo hyun jin... inget banget deh sama oh hae young kena apesnya itu lho. Makanya milih drama ini karena nam ji hyun dan writernimnya yang emang menghibur. Ternyata blm bisa nih ngikutin drama sebelah yg agak berat kalo ga ada so hyun ^^"
BalasHapusasekk dah keluar sinopnya..
BalasHapusbikin project sinopnya abang L ga puj?
Yayy.. akhirnya puji kembali.. tetap semangat & sehat selalu yach..
BalasHapusBgusssssssss kk
BalasHapusMakasi ya kak.. Hehe, sebenernya putri belum nonton dramanya kak, makanya putri terbantu banget sama sinopsis ini kakak.. Saranghae..
BalasHapus