SINOPSIS
Suspicious Partner Episode 10
Sumber gambar: SBS
Bong
Hee sudah menyiapkan banyak camilan di dapur Ji Wook. Jangan minum-minum
sebelum tidur. Ia juga sudah menyiapkan teh yang bagus untuk menangani
insomnia. Ji Wook mengeluh, teh ini kan tidak enak.
Ia
membuka kulkas dan Bong Hee sudah merapikan isinya. Ji Wook lagi-lagi mengeluh,
dia tidak suka wortel. Ia juga memeriksa kamar Bong Hee, semuanya sudah tertata
rapi. Yang tertinggal cuma bedak yang sudah habis, “Dia selalu meninggalkan
barang seperti ini.”
Saat
menyiapkan sarapan, Ji Wook kelupaan membuat dua porsi makanan. Sudah terlalu
terbiasa menyiapkan makanan buat Bong Hee juga. Dia pun makan sarapannya
sendiri. Seperti manusia yang tak punya semangat hidup banget nih Ji Wook..
hahaha.. biasanya yang menemaninya makan kan Bong Hee.
Ji
Wook secara resmi kembali mengajukan surat pengunduran dirinya. Ketua Byun
kembali memastikan apakah dia mau membuka firma hukum sendiri. Kalau memang
iya, dia akan menginvestasikan uangnya disana.
Tidak,
Ji Wook menolak tawarannya mentah-mentah. Dia tidak mau uang.. kotor. Sontak Ketua
Byun bangkit dari kursinya dengan kesal, memangnya dipikir dia itu preman,
mafia atau semacamnya apa?
Trio
Pengacara Rese menguping pembicaraan mereka berdua didepan pintu. Ketiganya senang
mengatahui pengunduran diri Ji Wook. Bertepatan saat itu, Ji Wook membuka pintu
ruangan dan membuat mereka kelimpungan.
Ji
Wook mengaku menyerahkan surat pengunduran diri karena mereka. Ia tahu kalau
mereka tidak ingin melihatnya. Makanya dia ingin bekerja tiap hari dan
menunjukkan wajahnya. Sayangnya semua berubah, dia juga kecewa semuanya jadi
begini. Ji Wook pergi dari Firma Byun & Partner dengan senyum puas.
Ji
Wook pergi ke tempat Kepala Bang dan menggeretnya bersembunyi layaknya agen
rahasia. Dia akan membuka firma sendiri, dia membutuhkan manager dan ia menginginkan
orang seperti Kepala Bang. Kepala Bang tersenyum kikuk, jadi Ji Wook ingin dia
keluar kerja?
Tidak,
Ji Wook tidak menyuruhnya keluar. Dia cuma bilang butuh manager dan ia
menginginkan orang seperti Kepala Bang. Ia meletakkan jarinya didepan mulut,
rahasiakan ini.
Ji
Wook buru-buru pergi sambil mengedarkan pandangan takut ada yang mengawasi. Begitu
jaraknya sudah agak jauh dari Kepala Bang, Ji Wook kembali melakukan
kebiasaannya menyentuh tembok sambil pasang tampang memelas.
Kepala
Bang jadi bingung, “Apa yang harus kulakukan?”
Ji
Wook pun mulai menyiapkan tempat untuk firmanya. Ketua Byun juga sempat
melongok tempat barunya secara sembunyi-sembunyi.
Persiapan
tempat sudah selesai. Ji Wook duduk dikursinya dengan tatapan berbinar.
Disisi
lain, Eun Hyuk memastikan apakah benar kalau Ketua Byun berniat keluar dari
pekerjaannya. Ketua Byun beralasan kalau ia khawatir jika Ji Wook tidak bisa
mendapatkan uang selama hidupnya.
Eun
Hyuk setuju dengan keputusan Ketua Byun, lagipula banyak orang mengatakan kalau
dia kalah dalam perebutan kekuasaan di firma ini. Itu bisa menjadi alasannya
keluar dari sana. Haruskah dia ikut dengannya?
“Kau
mau datang? Setidaknya harus ada satu pengacara yang menguntungkan sepertimu.”
“Tapi
apa kau pikir Ji Wook akan memekerjakan aku?”
“Kenapa
juga dia tidak mau? Dia bilang dia berencana mau mempekerjakan beberapa
pengacara. Dia bilang dia mau merekrut seseorang suatu hari.”
Bong
Hee memutuskan untuk berhenti menjadi pengacara dan melatih anak-anak
taekwondo. Tapi jelas, dia tak begitu senang dengan pekerjaannya sekarang. Ia
pun masih terus memikirkan Ji Wook. Mengingat setiap perlakuan baik dia
padanya.
Bong
Hee terus melamun didekat anak didiknya yang sedang berlatih pukulan. Tanpa sengaja
anak itu memukul Bong Hee, Bong Hee yang tak konsen pun langsung menggelepar di
lantai dan kacamatanya jatuh ke lantai. Dia masih terus diam tak bereaksi dan
tatapannya kosong.
Teman
Bong Hee yang tengah hamil besar menemuinya, apa dia yakin mau keluar? Bong Hee
sudah membuat keputusan, lagipula kalau dia terus lanjut, hutangnya akan
semakin menggunung. Teman Bong Hee melihat kacamatanya pecah, lakukan sesuatu
dengan kacamata itu.
Bong
Hee tidak pakai lensa kontak, kosmetiknya sudah habis dan samponya pun ludes. Semuanya
serasa bertabrakan dalam satu waktu. Bong Hee melepas kacamatanya dan mengelap
lensanya. Dengan pandangan buram, dia melihat ada seseorang yang berdiri tak
jauh disana.
“Hei,
kurasa seorang tua ke sini ingin berkonsultasi.”
Teman
Bong Hee menemui tamu yang dimaksud Bong Hee. Woi, dua bukan orang tua
melainkan Ji Wook. Ji Wook mengatakan kalau dia mau bertemu dengan instruktor
yang ada disana.
Bong
Hee mengenali suara Ji Wook. Ji Wook tersenyum melihat reaksinya. Tapi begitu
Bong Hee menggunakan kacamatanya lagi, Ji Wook langsung pasang tampang dingin.
“Jadi,
kau sudah tidak jadi pengacara lagi sekarang?” tanya Ji Wook.
“Hanya
sementara.”
“Tidakkah
kau berpikir kau menyerah dengan mudahnya?”
Tidak
mudah juga, Bong Hee merasa sulit melepaskan pekerjaannya. Ji Wook masih tak
mengerti, kalau memang sulit, kenapa juga dia menyerah? Apa dia juga menolak
proposalnya? Dia membuangnya? Dia kan sudah mengatakan sebelumnya, ia akan
kembali dan bekerjasama dengan Bong Hee.
Bong
Hee tadinya belum mengerti. Tapi kemudian dia ingat ucapan Ji Wook yang mabuk
waktu itu dan mengatakan ingin bekerjasama dengannya. Bukankah itu cuma
tingkahnya saat mabuk?
Dia
mendekatkan wajahnya pada Ji Wook. Ji Wook sampai kaget, apa yang dia lakukan. Bong
Hee cuma mau melihat kebenaran dari ucapannya, dia tidak menggunakan
kacamatanya jadi dia tidak bisa melihat ekspresi Ji Wook.. ternyata, dia memang
tidak bercanda.
Ji
Wook akan bayar dimuka, jadi Bong Hee bisa cepat-cepat beli lensa kontak. Bong
Hee mengira kalau Ji Wook tidak ingat apa-apa waktu itu. Apa dia ingat kejadian
setelah itu? Kejadian setelahnya adalah Ji Wook menindih Bong Hee dikasur. Ji
Wook mengingatnya tapi dia pura-pura lupa.
Bong
Hee senyum-senyum, “Ya. Kau tidak ingat.”
“Hei,
jangan bertingkah malu-malu.”
Bong
Hee mengapresiasi tawaran Ji Wook tapi dia tidak bisa menerimanya. Membutuhkan
keberanian untuk menyerah. Akan semakin sulit kalau dia kembali pada Ji Wook. Yang
terpenting, nanti dia akan merepotkan Ji Wook lagi. Nanti dia kelihatan tidak
tahu malu. Bong Hee membungkuk pada Ji Wook kemudian pamit.
Ji
Wook memanggil Bong Hee, dia itu unik karena tidak tahu malu. Tapi kalau dia
memutuskan untuk tidak jadi tidak tahu malu lagi, apa bedanya dia dengan orang
lain? Ji Wook menyuruhnya memikirkan kembali tawarannya itu.
Ji
Wook berjalan pergi dengan sok cool, “Itu sedikit terlalu keren.” Desisnya. Hahaha..
iya bang.. udah tahu kamu keren kok
Bong
Hee gegulingan galau di studio. Sangat sulit untuknya menyerah atas pekerjaan
dan Ji Wook. Auh.. dia benar-benar bingung memikirkannya. Begitu menoleh ke
arah temannya, temannya Bong Hee menunjukkan tanda OK padanya. Sontak Bong Hee
tersenyum.
Tak
lama kemudian, dia sudah keluar studio dengan membawa semua barang-barangnya.
Ji Wook masih menunggu, ternyata lebih cepat dari dugaannya. Dia cuma
membutuhkan waktu 7 menit untuk berubah pikiran. Bong Hee cemberut, 7 menit
juga lama tahu.
Ji
Wook mengatakan kalau Bong Hee memang kadang merepotkan. Tapi bukan hanya itu,
dia akan menjadi jaminannya. Untuk membantu menangkap pelaku, dia harus selalu
berada disisinya. Bong Hee tersenyum, ah, jaminan.
Sesampainya
di rumah Ji Wook, Kepala Bang, Ketua Byun dan Eun Hyuk sudah ada disana. Ji
Wook kesal dengan kedatangan dua orang tak diharapkan. Ketua Byun mengenali wajah
Bong Hee, tapi siapa dia yah.. dia pernah melihatnya sebelumnya.
Bong
Hee berniat memperkenalkan dirinya, namun Ketua Byun melarang, dia ingat sekarang
kalau Bong Hee adalah gadis pembunuh itu. Eun Hyuk buru-buru memisahkan mereka,
dia memperkenalkan kalau Ketua Byun adalah Kepala di Byun & Partner.
Bong
Hee tidak yakin, tapi kok kayaknya dia tidak tahu tentang presumsi tidak
bersalah. Ketua Byun protes pada Ji Wook, kalau Bong Hee ada disana, mereka
bisa bangkrut. Ji Wook frustasi mendengarkan pertengkaran mereka semua.
“Terserah!
Kalian berisik sekali! Semuanya keluar dari sini! Aku hanya mengubah pikiranku.
Aku akan bekerja sesuai keinginanku. Aku takkan bekerja dengan salah satu
dengan kalian.”
Eun
Hyuk ikut-ikutan mengatai mereka semua berisik. Dia merangkul Ji Wook dan
berjanji akan membantunya.
Tapi
tidak lama kemudian, Ji Wook malah menendang Eun Hyuk dari tempatnya. Eun Hyuk berguling
jatuh. Dia mengatakan kalau ia baik-baik saja, dia juga suka dengan tempat duduk
Pengacara Eun. Ji Wook tidak menanggapi ocehan Eun Hyuk dan masuk ke rumahnya.
Eun Hyuk kelihatan kecewa, tapi sepertinya sudah tahu kalau hal ini memang akan
terjadi.
Bong
Hee meleleh mengingat Ji Wook menganggapnya sebagai jaminan. Aduh..
kata-katanya romantis dan seksi banget. Dari manusia menjadi jaminan. Ia sudah
di upgrade sekarang. Bong Hee gegulingan di kasurnya dengan bahagia, “dia keren
banget sih!”
Malam
harinya, Bong Hee keluar dari kamar. Seperti biasa, Ji Wook tanya apa dia
lapar? Tidak, Bong Hee cuma penasaran apa ada yang bisa dimakan. Oiya, apa
Kepala Bang dan Ketua itu akan bekerja disana?
“Mungkin.”
“Bagaimana
dengan Pengacara Ji?” Bong Hee penasaran. Ji Wook terdiam, dia mengalihkan
pembicaraan dengan mengatakan kalau didalam kulkas ada es krim.
Ji
Wook keluar rumah untuk mencari udara segar. Tapi disana masih ada Eun Hyuk
yang menunggunya. Ia meminta waktu luang Ji Wook sebentar, dia ingin
menjelaskannya sendiri. Ji Wook males, sudah terlambat.
“Tolong
dengarkan aku.”
Mereka
berdua duduk dibangku taman, Eun Hyuk membahas mengenai kapsul waktu yang
pernah mereka tulis semasa kecil. Dia ingin mereka membukanya sekarang. Ji Wook
enggan, berhenti bicara soal itu dan katakan intinya.
Baiklah,
Eun Hyuk ingin mengatakan maksudnya.. tapi tiba-tiba saja seorang anak SMA membuang
putung rokok sembarangan dihadapannya. Eun Hyuk tak bisa tinggal diam dan
menasehati mereka. Namun anak-anak berandal itu malah berniat memukul wajah Eun
Hyuk.
“Kau
akan dibebankan karena melukai seseorang. Kau tahu itu?” sela Ji Wook.
Salah
satu dari anak itu mengenali suara Ji Wook. Wah, rupanya dia adalah klien Ji
Wook sebelumnya. Eun Hyuk dan Ji Wook bangkit dari duduknya, pfft, mereka baru
sadar kalau anak-anak SMA itu lebih tinggi dan besar dari pada mereka.
Eun
Hyuk tersenyum, dia pikir ini cuma kesalah pahaman saja. Ia menyarankan mereka
untuk tidak merokok lagi. Eun Hyuk dan Ji Wook berniat kabur. Tapi ada beberapa
anak yang muncul dibelakang mereka.
Keduanya
berbisik-bisik panik, bagaimana mereka akan mengatasinya? Kalau memukul duluan,
mereka bakal kena perkara. Mereka tidak mungkin memukul sebanyak yang mereka
lakukan. Tidak ada CCTV lagi disana yang bisa membuktikan mereka tak bersalah. Tak
punya pilihan, Eun Hyuk dan Ji Wook berusaha kabur dari kepungan mereka.
Tapi
begitu berhasil melewati kepungan beberapa anak itu, datang lagi beberapa
gerombolang yang menghadang. Ji Wook dan Eun Hyuk pun jadi bulan-bulanan anak
SMA. Tak bisa melawan sama sekali, mereka kalah jumlah.
Mereka
berdua berakhir dengan wajah bonyok dan lemas merebahkan diri di taman. Eun
Hyuk membantin, “Yang hanya dapat
kukatakan adalah ini.”
Flashback
Jadi
pada dasarnya, Eun Hyuk itu suka sama Yoo Jung duluan. Dia berniat
mengungkapkan perasaannya itu. Tapi dia terlambat dan menyaksikan Yoo Jung
menyatakan cintanya pada Ji Wook. Yoo Jung memberikan pilihan pada Ji Wook,
mereka berkencan atau mereka tidak akan bertemu lagi?
Pada
akhirnya Ji Wook menerima perasaan Yoo Jung. Jelas, Eun Hyuk patah hati
saat itu.
Dia
menjalani hari-hari kuliahnya dengan menyaksikan kemesraan antara Ji Wook dan
Yoo Jung. Eun Hyuk saat itu merasa sudah menyerah.
Tapi
ternyata tidak.. dia adalah pria yang tidur dengan Yoo Jung dan Ji Wook
memergoki mereka berdua. Pada intinya, dia memang gagal untuk menyerah.
Flashback end
Eun
Hyuk sadar kalau dia bukan berada ditempat yang pantas mendapatkan maaf
darinya. Ji Wook membenarkan, dia takkan pernah memaafkannya. Eun Hyuk mengerti
akan keputusannya.
Ji
Wook berjalan pergi, namun ia masih menoleh sedih melihat Eun Hyuk “Meskipun itu semua telah terjadi aku tak
bisa melepaskan ikatan dengan Eun Hyuk dan benar-benar membenci Yoo Jung karena
mereka berarti segalanya bagiku. Karena hanya mereka temanku.”
Ji
Wook, Eun Hyuk dan Yoo Jung adalah teman sejak kecil. Keduanya yang menemani Ji
Wook saat Ayahnya meninggal dan mereka lah yang menenangkannya. Semasa remaja,
ketiga pun selalu pulang sekolah bersama. Sampai kuliah, trio ini masih tetap
akur. Hanya saja persahabatan mereka tak bertahan sampai dewasa. T_T
Bong
Hee menyambut pulangnya Ji Wook, dia mau melihat wajahnya dulu. Ji Wook sengaja
memakai hoopodinya dan menyembunyikan wajahnya. Tapi Bong Hee masih bersikeras
melihatnya.
“Itu
pertandingan yang sangat sengit. Mereka memukulku 30kali saat aku memukul hanya
2kali.” Jelas Ji Wook.
Bong
Hee pun harus mengoleskan salep ke luka di wajah Ji Wook. Berandal macam apa
yang memukulinya. Lain kali hubungi dia, dia kan jago taekwondo. Ji Wook
meringis kesakitan, lembut dikit dong.
Tidak
berselang lama, Ji Wook sudah terlelap disofanya. Bong Hee masih terus
memperhatikan wajah polosnya saat tertidur, terkadang dia tidak kelihatan punya
insomnia.
Ketua
Byun dan Kepala Bang saling berdiskusi saat berangkat ke rumah Ji Wook. Mereka harus
membuat adegan besar dan berbaring dilantai. Kepala Bang menyuruhnya tak perlu
khawatir, dia juga pernah hampir masuk departemen drama.
Keduanya
terus berdiskusi, saat Ji Wook turun dari kamarnya, Ketua Byun langsung tiduran
di lantai. Dia menuntut Ji Wook untuk memperkerjakan Eun Hyuk. Ketua Byun terus
menyerukan keinginannya. Tapi Ji Wook tidak perduli dan melewatinya begitu
saja. Hehehe.
Bong
Hee menonton berita yang mengabarkan kalau pelaku pembunuhan Koki Yang sudah
ditangkap polisi. Bong Hee menyayangkan, padahal dia penggemarnya loh. Eun Hyuk
ikut nimbrung, kenapa?
“Dia
kan ganteng.”
Ji
Wook ikut penasaran, “Ganteng apanya? Astaga,
standarmu rendah sekali.”
“Itulah
maksudku. Aku tidak bisa tahu wanita.” Tambah Eun Hyuk.
Sementara
itu, Petugas Forensik juga sedang menonton berita yang sama. Ia teringat akan
ucapan Bong Hee yang memperkirakan kalau pelaku pembunuhan Koki Yang akan
tertangkap. Dia bisa jadi tersangka yang salah seperti yang dialami olehnya.
Benar
saja, seorang pria ditangkap polisi atas tuduhan pembunuhan Koki Yang. Dan pria itu
yang akan menjadi klien pertama Ji Wook dkk.
Aaaaaaa.... makin seruuuu...
BalasHapusAiissshhh... udah kepikir pembunuhnya staf forensik.
suka banget sama ini drama.. suka liat ji wook ganteng
BalasHapusDi eps ini tuuh...mulai aneh, menurut aku.
BalasHapusMendadak ada tokoh baru ((sahabat Bong Hee)) yang nolong saat Bong Hee pindah dari rumah Ji Wook.
Trus adegan berantem sama anak SMA itu persis banget sama scene di A Gentleman`s Dignity.
**jadi mau ketawa ((gak jadi))
hahhaa...aku ngritik terus yaa...?
Mian, chingu...
Overall aku suka banget sama drama ini.