SINOPSIS
Suspicious Partner Episode 2
Sumber gambar: SBS
Bong
Hee berangkat kerja dengan pikiran kacau, Hee Joon sama sekali tak
menghubunginya sampai sekarang. Dan ia sendiri tak yakin apakah ia tidur dengan
pria itu atau tidak. Teman yang duduk disamping Bong Hee berkata kalau ia
mendengar kabar Bong Hee tidur dengan seseorang.
Sontak
Bong Hee berjingkat kaget, memangnya sangat kentara? Bagaimana bisa dia
mengetahuinya? Teman Bong Hee dengar kalau Bong Hee melakukan hubungan satu
malam kemudian Hee Joon mencampakkannya. Semuanya ada di chat grup.
Bong
Hee celingukan memperhatikan temannya. Dan semua teman Bong Hee menatapnya
dengan tatapan nyinyir dan mereka semua simpati pada Hee Joon.
Seorang
wanita, Na Ji Hye masuk ke kelas sambil menyindir Bong Hee, “Bukankah dia
memalukan? Aku pikir kita harus menyingkirkan orang yang memiliki hubungan satu
malam.”
Salah
satu pasangan gay disana langsung kaget, bagaimana dia bisa tahu? Pasangannya
menyuruhnya supaya diam, Ji Hye bukan sedang membicarakan mereka berdua.
Bong
Hee menyuruh Ji Hye untuk diam, jangan bicara seolah-olah dia mengetahui
segalanya. Ji Hye tak mau, dia akan melakukan apapun yang ia inginkan. Keduanya
pun saling melemparkan tatapan sengit.
Seusai
kelas, Bong Hee buru-buru untuk pulang. Namun ia berpapasan dengan Hee Joon. Tanpa
pikir panjang, dia menjatuhkan tasnya dan mengambil langkah ancang-ancang. Ia berlari
mendepat wajah Hee Joon sampai Hee Joon terpental dan jatuh ke tanah.
Opss,
tapi itu cuma khayalan Bong Hee semata. Nyatanya dia hanya berjalan menghampiri
Hee Joon dan ingin menegaskan kalau semalam dia yang mencapakannya. Belum sempat
mengatakan hal itu, Hee Joon sudah mengusirnya duluan dan mengklaim kalau dia lah
yang sudah mencampakkannya.
Tak
mau dengar apapun, Hee Joon pergi bersama teman-temannya. Bong Hee sungguh
ingin mengumpat dihadapannya.
Bong
Hee jalan pulang sendirian, ia mendesah melihat lampu yang berkedip-kedip hampir mati. Kehidupannya sungguh sangat gelap.
Scene
tiba-tiba beralih saat Bong Hee sedang mabuk dengan Ji Wook. Ji Wook memegang
kedua pipinya dengan kesal dan membentaknya, “Hei, itulah sebabnya kenapa kau
dicampakkan oleh pacarmu! Kamu sangat bodoh! Kau seperti orang yang berotak
kosong! Hei!”
Sepertinya
tadi hanyalah mimpi Bong Hee. Dia bangun sambil menggaruk kepalanya, dia merasa
di pukul oleh seseorang. Ibu Bong Hee alias Manager Park sudah ada disana, dia
bertanya dengan khawatir, siapa yang memukulnya?
“Tidak.
Sepertinya aku bermimpi. Tapi, aku juga tidak yakin kalau itu mimpi.”
“Itu
lebih tak masuk akal. Kau tidak akan dipukul, tapi kau yang akan memukul.”
Ibu
memeriksa dahi Bong Hee, semalam dia demam. Apa ada masalah? Bong Hee mengelak,
tidak ada apa-apa. Ibu menyuruh Bong Hee membohongi orang lain. Bong Hee jujur
mengakui kalau dia gagal ujian.
Seolah
bukan masalah, Ibu tak memarahi Bong Hee sama sekali. Dia yakin kalau ujiannya
memang sangat sulit. Saat anak lain masuk ke rumah sakit 10 kali, dia bahkan
tak pernah sekalipun kesana. Bong Hee menyemangati dirinya, kalau ini bukanlah
sebuah akhir. Dia harus bekerja lebih keras lagi.
“Apakah
Hee Joon membuatmu marah?”
“Aku
mencampakkannya.”
Ibu
setuju dengan keputusan Bong Hee, harusnya dia meninggalkan orang yang tidak
baik sejak dulu. Bong Hee memeluk Ibunya, dia akan fokus pada pelajaran dan
bekerja keras menjadi pengacara.
Tiga Bulan
Kemudian
Bong
Hee dalam perjalanan, dia menelepon Ibunya mengabarkan kalau ia akan magang di
bawah jaksa selama dua bulan. Ia mengakhiri panggilannya dan menghampiri dua
rekannya dengan riang. Bersamaan dengan itu pula, mereka melihat Hee Joon dan
Ji Hye yang sedang jalan berdampingan.
Mereka
yakin kalau dua orang itu sedang membuat pertunjukan. Mereka akan mengelak
kalau hubungannya hanyalah teman dekat. Teman Bong Hee menawarkan, apakah dia
perlu mengencani Bong Hee?
Bong
Hee tak menjawab, dia melangkahkan kakinya menghampiri mereka berdua sambil
mengibaskan rambutnya. Ia membantin, “Aku
menjadi wanita yang menjalin hubungan satu malam kemudian dicampakkan. Sangat
sulit untuk menahan rumor yang sudah tersebar, jadi aku memutuskan untuk
menjadi wanita yang gila.”
Dia
sengaja jalan diantara mereka berdua. Kemudian bernyanyi dengan lantang
dihadapan mereka.
Tapi
bagaimana pun, Bong Hee ingin mengakhiri kegilaannya itu. Ia berdiri didepan
pintu jaksa Noh Ji Wook. Dia masuk ke ruangannya dengan riang, memperkenalkan
diri sebagai pengacara magang disana. Dibalik tumpukan kertas, seorang pria
berkacamata muncul. Kontan Bong Hee membekap mulutnya kaget, pria itu adalah
pria satu malamnya, Ji Wook.
“Aku
merasa kita pernah bertemu sebelumnya.”
“Saya
tidak yakin.” Sergah Bong Hee.
“Apakah
kau sering mengambil jurusan 6 di kereta bawah tanah?”
“Tidak,
saya biasanya naik bis atau mengendarai sepadaku.”
“Apakah
kamu pergi ke hotel?”
“Tidak,
saya biasanya pergi ke motel...” Opss.. Bong Hee keceplosan.
Bong
Hee sok polos mengaku tak tahu apa yang tengah dibicarakannya. Ji Wook
menyuruhnya berhenti bersikap seolah tak tahu apa-apa, itu lebih memalukan
daripada yang penjahat katakan. Bong Hee merasa sedang diejek, dia menanyakan
hal yang sudah jelas-jelas diketahuinya.
Ji
Wook berkelit kalau dia hanya menguji kejujuran. Oh.. kalau begitu, Bong Hee
ingat sebelumnya Ji Wook adalah pria cbul yang memegang pantatnya. Dua pegawai
Ji Wook seketika kasak-kusuk.
Ji
Wook menekankan kalau ia tak melakukannya. Selain itu, ia juga instrukturnya
disana. Bong Hee mengaku kalau ia memang sudah berantakan, jadi ia ingin
menyakan satu hal secara pribadi. Ji Wook menolak dan menyuruhnya menanyakan
pertanyaannya sekarang.
“Apakah
kita tidur bersama atau tidak? Kau juga memukul wajahku kan?”
Pfft..
seketika Ji Wook kelimpungan mengatakan kalau ia tak melakukannya. Dua pegawai
Jin Wook bergegas keluar dari ruangannya. Mereka berdua sama-sama janji tidak
akan menyebarkan rumor. Namun bertepatan saat itu, Eun Hyuk datang kesana dan
mendengar pembicaraan mereka. Ia meminta penjelasan namun keduanya tetap
bungkam.
Eun
Hyuk yang penasaran langsung menempelkan telinga ke pintu. Bersamaan dengan
itu, Bong Hee membuka pintu dan membuat Eun Hyuk terdorong. Bong Hee meminta
maaf sudah membuatnya hampir jatuh namun Ji Wook melarangnya minta maaf.
Eun
Hyuk menyapa Ji Wook. Ji Wook enggan menatapnya, dia bertanya pada bawahannya,
kenapa dia harus terus melihat Pengacara Ji Eun Hyuk padahal dia tidak punya
urusan dengannya?
Melihat
sikap dingin Ji Wook, Eun Hyuk tahu kenapa banyak orang yang tidak menyukainya.
Tapi dia bersumpah kalau dia sudah memilih Ji Wook sebagai jaksa yang baik. Ji
Wook tetap acuh tak acuh dan dia mengajak Bong Hee untuk ikut dengannya melapor
pada Pak Kepala.
Sekembalinya
dari ruang Pak Kepala, lengan Bong Hee sudah penuh dengan tumpukan kertas. Dia
nyerocos mengatakan kalau Ji Wook sudah membuatnya menjadi sosok gila di
perusahaan. Padahal di kampus, dia juga sudah dikenal gila.
Ji
Wook balik menyalahkan Bong Hee yang juga sudah membuatnya menjadi jaksa yang
menampar wanita dan menyentuh panttnya. Karena terlanjur membicarakan masalah
itu, sekali lagi Bong Hee ingin memastikan, apakah dia tidur dengannya?
“Seorang
wanita menabrakku malam itu. Aku juga minum malam itu, aku bukanlah orang yang
suci.” Jawab Ji Wook ambigu.
“Jadi
kita tidur bersama?”
“Aku
bukan orang suci, tapi aku punya mata. Dan (penampilanmu) kau Eun Bong Hee..
hmmm.” Ujar Ji Wook menatap penampilan Bong Hee dari atas sampai bawah. Wkwkwk.
Bong
Hee makan dengan temannya. Mereka sedang membahas dua tipe instruktor, yang
pertama adalah instruktor yang akan mengarahkan mereka untuk melakukan apa yang
seharusnya dilakukan. Dan Tipe Kedua, Instruktor yang akan menyuruh-nyuruh
mereka layaknya sekretaris.
Sudah
tak semangat, Bong Hee cuma bisa lemas. Temannya meyakinkan kalau tipe yang
buruk sangatlah jarang, jadi jangan khawatir.
Tapi
kekhawatiran Bong Hee menjadi kenyataan. Ji Wook memberikan tumpukan pekerjaan
setiap hari padanya. Sampai-sampai Bong Hee frustasi sendiri saat harus
menghitung banyaknya tumpukan pekerjaannya.
Ji
Wook memberikan tumpukan dokumen lainnya, “Ini adalah kasih sayang. Ini adalah
kasih sayang dan aku mempertimbangkan untuk membantumu mendapatkan pengalaman.”
Bong
Hee menanggapinya dengan tawa setengah hati. Ji Wook menyuruh Bong Hee untuk
melakukan interogasi pada para pelaku.
Saat
interogasi, semuanya tak berjalan dengan lancar. Saat ia bertanya pada kakek
yang masuk ke sauna tanpa mengenakan pakaian, kakek itu terus berkelit dan
mengatakan kalau ia lupa semuanya. Dan interogasi dengan kakak-adek, mereka
malah berkelahi dihadapan Bong Hee sampai Bong Hee kena pukul dan mimisan.
Sampai
akhirnya, Seorang Ahjussi masuk ke ruangan. Saat it Bong Hee sedang makan, dia
buru-buru menghentikan acara makan siang dan melakukan interogasi. Dia senang
karena kali ini, Ahjussi itu mau mengakui kesalahannya.
Tapi
ngomong-ngomong, dia sepertinya pernah bertemu dengannya.. Bong Hee seketika
kesal ketika mengenali Ahjussi itu adalah Ahjussi yang memegang pantatnya.
Karena dia yang melakukannya, dia akan memastikan untuk menjebloskan Ahjussi.
Ahjussi itu yakin kalau biasanya dia hanya akan dituntut membayar denda oleh
Hakim, tapi kalau pun di penjara, dia tidak masalah.
Sebenarnya,
dia sudah menyaksikan kejadian pembunuhan. Dan ia merasa tak aman semenjak saat
itu. Ahjussi pun menceritakan kronologinya. Saat itu, dia berada di rumahnya
yang penuh dengan pakaian dalam wanita, mungkin curian. Dia pun menggunakan
teropong untuk mengintip tetangga apartemennya yang sedang ganti baju.
Dan
tanpa sengaja, ia mengarahkan teropongnya ke puncak apartemen dan melihat
seorang pria berpakaian serba hitam tengah melakukan pembunuhan. Kontan Ahjussi
takut dan segera bersembunyi saat pria di puncak gedung memergokinya.
Bong
Hee sama sekali tak percaya dengan omongan Ahjussi dan menyuruh Tuan Bang
mengantarnya keluar.
Bong
Hee makan siang di bangku taman sendirian. Lagi-lagi dia harus melihat Ji Hye
dan Hee Joon. Seperti biasanya, Ji Hye menyindir Bong Hee melihat keadaannya
menyedihkannya saat ini. Kali ini, Hee Joon tampak tidak tega melihat Ji Hye
merendahkannya. Namun Bong Hee sendiri acuh tak acuh dan mulai menyanyikan penuh umpatan (liriknya ada kata-kata ingin membunuh-membunuh gitu).
Sudah
jelas, Ji Hye tak terima, dia tahu kalau Bong Hee sengaja menyanyikan lagu itu untuk mereka. Ngomong-ngomong, dia dengar
kalau Bong Hee menjilat instrukturnya. Dia tak punya hak untuk mengomentari
hubungannya. Hee Joon yakin kalau Bong Hee tak akan berhasil. Dan setidaknya,
dia harus cuci rambutnya itu.
Ji
Wook melihat keduanya tengah merendahkan Bong Hee. Ia pun menghampirinya dan
mengatakan kalau ia sedang mencarinya. Kontan Bong Hee melahap rotinya, dia
akan segera kembali.
Dengan
kikuk, Jin Wook berkata “Aku merindukanmu. Meskipun kau pergi untuk beberapa
saat.”
“Apa?”
“Eun
Bong Hee.. bagaimana aku mengatakannya? Meskipun dia agak kotor, tapi dia
cantik. Apa kau pernah mengatakan pada orang lain kalau aku menyukaimu pada
pandangan pertama?”
Dia
meraih puncak kepala Bong Hee kemudian mengelusnya. Ji Hye dan Hee Joon melihat
mereka dengan heran, keduanya pun bergegas pergi. Begitu mereka pergi, Ji Wook
langsung mengomentari rambut Bong Hee yang kotor kemudian membersihkan telapak
tangannya.
Tak
seharusnya dia menyanyikan lagu kutukan semacam itu pada mantannya. Cukup
hindari saja dia. Menjadi orang yang lebih baik dan jalani hidupnya dengan
lebih menyenangkan.
Bong
Hee masih agak shock, kenapa dia tiba-tiba baik padanya? Apa dia memang jatuh
cinta padanya? Tidak.. Bong Hee segera menjawab ucapannya sendiri. Dia yakin
kalau Ji Wook tidak mungkin menyukainya.
Ji
Wook duduk disamping Bong Hee, memejamkan matanya, seolah menikmati angin yang
berhembus menerpa wajahnya. Bong Hee sempat tertegun menatap wajah Ji Wook,
sampai akhirnya ia pun ikut memejamkan matanya. Menikmati desir angin dan
kelopak bunga sakura yang berguguran.
Bong Hee ketiduran
dan bermimpi. Memimpikan kembali kejadian saat ia mabuk. Ji Wook memegang kedua
pipinya, membangunkan dia. Saat itu, Ji Wook meyakinkan kalau apa yang terjadi
pada Bong Hee biasa dialami orang lain.
Bertanya-tanya
apakah orang lain menganggapnya pecundang? Apakah mereka membosankan? Apakah mereka
melakukan sesuatu yang tidak disukai? Tapi.. Ji Wook memastikan kalau Bong Hee
tidak bersalah. Dia juga pernah merasakannya. Dan orang yang bersalah adalah
orang yang mengkhianati mereka.
Bong
Hee terbangun dari tidurnya. Ia pun baru ingat sekarang kalau waktu itu, Ji
Wook tidak memukulnya.
Sekembalinya
ke kantor, Bong Hee menatap Ji Wook dari sudut pandang yang berbeda. Dia ingat
kalau Ji Wook juga di khianati, oleh karena itukah dia menjadi sangat baik
padanya? Ji Wook menegur Bong Hee. Reflek Bong Hee kembali pada pekerjaannya,
dia tidak sedang menatapnya kok.
“Aku
tahu. Aku ingin kau tidur malam ini. Pulang kemudian mandilah. Aku ingin bekerja
di lingkungan yang bersih.”
Sebelum
pulang, Bong Hee mengatakan kalau ia akan mentraktir Ji Wook makan kalau ia
bisa menyelesaikan magangnya dua bulan tanpa masalah. Ia akan membelikan makan
malam kalau sampai ia menyelesaikannya tanpa membunuh Ji Wook.
Ji
Wook lebih senang kalau Bong Hee menyelesaikan magangnya tanpa membunuh
seseorang. Dan berhentilah bernyanyi lagu ancaman pada mantan pacarnya. Jangan membuat
dirinya seperti korban dihadapannya. Bong Hee mengiyakan.
Ji
Wook tersenyum tampan, “Kau mendengarkanku dengan baik.”
“Terima
kasih sudah membantuku didepan mantan pacarku hari ini.”
“Bayar
saya kembali dengan pekerjaan yang bagus.”
Didepan
gedung perusahaan, Hee Joon sudah menunggu Bong Hee. Dengan PD, Hee Joon tanya
apakah Bong Hee masih merasa sulit? Dia tahu kalau Bong Hee sengaja pamer
kedekatannya dengan jaksa itu. Bong Hee tak perduli dengan omongannya dan
berjalan pergi. Namun Hee Joon menghentikan Bong Hee.
Sebal,
Bong Hee langsung memelintir tangan Hee Joon. Memang benar kalau awalnya dia
hanya ingin pamer. Tapi sekarang tidak lagi, dia cuma sampah di masa lalunya.
Berhenti berkhayal. Dan.. ada beberapa barang Hee Joon yang masih tertinggal di
rumahnya. Mau dibuang atau diambil?
“Berhenti
menyangkal perasaanmu, Bong Hee!”
Bong
Hee berjalan tanpa menoleh lagi, “Saat
aku masih kecil, aku ingin menjadi orang yang paling hebat. Akan tetapi.. aku
tidak berpikir aku akan berubah menjadi sangat buruk. Walaupun begitu, itu akan
segera berubah.”
Bong
Hee sudah beristirahat dan membersihkan dirinya. Ia pun keluar rumah tengah
malam untuk membeli sesuatu di mini market.
Namun saat dalam perjalanan,
terjadi pemadaman di kota. Pelayan toko terus bermain game saat melayani, dia
meminta Bong Hee melakukan pembayaran tunai soalnya sedang mati lampu. Bong Hee
pun melakukan sesuai permintaan pelayan.
“Aku membayar secara tunai, sehingga tidak
memiliki catatan apapun. Kamera CCTV mati selama pemadaman listrik. Dan pekerja
paruh waktu tidak mengingatku. Semua orang berakhir dengan melupakanku.”
Bong
Hee masuk ke rumahnya. Kakinya tersandung sesuatu, ia pun terjatuh. Karena
kondisi ruangan yang gelap, dia baru sadar kalau sesuatu yang menyandung
kakinya adalah Hee Joon yang terkapar di lantai.
Tak
tahu apa-apa, Bong Hee menyentuh badannya supaya dia bangun. Tapi Hee Joon
tidak merespon sama sekali, sampai akhirnya Bong Hee menyadari sesuatu. Dada
Hee Joo berlumuran darah. Bong Hee menatap tangannya yang sudah penuh darah Hee
Joon, kontan ia mundur ketakutan. Ia mengusapkan tangannya menghilangkan noda
darah itu.. tapi pada akhirnya...
Dia
harus berakhir di penjara sebagai tersangka. Ji Wook duduk dihadapan Bong Hee, “Aku
dengan jelas sudah memperingatkanmu. Aku memberitahumu untuk tidak muncul
didepanku sebagai korban. Karena aku adalah jaksa yang tidak kenal ampun.”
D tunggu epidode 2 nya
BalasHapusMakacih atas sinopsisnya...bersyukur meskipun gak bisa nonton tp ttp bisa tau ceritanya.... ikut baca aja udah bisa bikin ngakak sma drma ini apa lgi klo bisa nonton..hikzz....... sllu dtggu sinopsis brkutnya... slam kenal n terimksih...
BalasHapusditggu lanjutannya..gomawo
BalasHapusmksh mba dah dbuatin sinop ny,gk tahan klo liat ji wook super dueperrr handsome,,,,hhehe
BalasHapusWaahh review nya detail banget. Thanks, at least punya gambaran seperti apa sebelum download dramanya.
BalasHapusDitunggu review2 seterusnya ya..
Eh emang bener ada peraturan kalo drama di korea sekarang cuman 30 menit?