SINOPSIS
Suspicious Partner Episode 6
Sumber gambar: SBS
Ditengah
ruang persidangan, Bong Hee tengah membela seorang terdakwa. Ia menerangkan
panjang lebar namun ucapannya seketika terhenti karena Ji Wook masuk ke ruang
sidang tersebut. Jantung Bong Hee berdegup kencang memperhatikan Ji Wook yang
tertunduk di kursinya.
“Terdakwa
bersalah. Terdakwa mengaku bersalah.” Bong Hee keceplosan karena tidak bisa fokus.
Hakim
heran, dia mengaku bersalah? Nalar Bong Hee baru kembali, dia buru-buru meralat
ucapannya sendiri. Ia menegaskan kalau terdakwa tidak bersalah.
Bong
Hee menutup wajahnya sendiri menggunakan tas dan melipir menghindari Ji Wook.
Wah.. tadi memalukan sekali.
Giliran
Ji Wook melakukan persidangan. Ia membela seorang terdakwa, ia setengah hati
dalam memberikan pembelaan untuknya. Apalagi terdakwa itu terus saja bermain
ponsel dan Ji Wook berkali-kali harus menepuknya.
Dari
jendela, Bong Hee memperhatikan jalannya persidangan, atau lebih tepatnya
memperhatikan Ji Wook. Eun Hyuk lewat, tidak sengaja ia melihat Bong Hee dengan
pose aneh setengah berjongkok. Iseng, ia mengikuti gaya Bong Hee dan berdiri
disebelahnya.
Bong
Hee merajuk kaget dengan kedatangannya. Eun Hyuk tanya, apa dia sedang
memata-matai Ji Wook? Bong Hee menyangkal, ia cuma melihatnya. Eun Hyuk
memberitahukan kalau Ji Wook mau keluar. Kontan Bong Hee terburu-buru untuk
kabur, saking terburu-burunya sampai kakinya keseleo.
Eun
Hyuk menyapa Ji Wook dengan sapaan manis. Tapi Ji Wook menanggapinya dengan
dingin. Eun Hyun tetap tidak patah semangat, dia tetap mencintainya. Ia
mencitainya, wook~!
Bong
Hee memijiti kakinya sambil memperhatikan sepatu cantik yang ada di toko. Ia
mendapatkan telepon, sepertinya seorang klien. Dia menyuruh kliennya untuk
menunggu selama 30 menit.
Dia
pun bergegas untuk pergi namun tukang reparasi sepatu belum selesai membetulkan
sepatunya. Bong Hee kebingungan, apa dia harus menggunakan sendal? Bertepatan saat
itu pula, ia melihat Ji Hye yang duduk di bangku taman. Kontan Bong Hee punya
ide bagus dan menyapanya riang.
Ji
Hye heran dengan sikap anehnya itu. Bong Hee langsung meraih sepatu yang
digunakan Ji Hye, ukurannya sama dengan miliknya. Karena Ji Hye mengganggu dan
mengancamnya disetiap kesempatan, anggap saja sepatunya sebagai permintaan
maaf. Ia pun merebut sepatu Ji Hye dan mengatakan kalau sepatunya ada di tukang
reparasi.
Bong
Hee bergegas kembali ke kantornya. Dia berharap supaya kliennya kali ini normal.
Sebelumnya, dia sering menemui klien yang melakukan pembunuhan. Dan mereka
ingin menyuruh Bong Hee meloloskan mereka dari hukuman penjara, Bong Hee juga
sebelumnya lolos setelah membunuh pacarnya.
Dia
membereskan kantornya sebelum klien datang. Tak lama kemudian, klien datang
dengan tangan dan kaki menggunakan gips. Pria itu mengaku kalau dirinya adalah
stalker gadis yang dicintainya.
Bong
Hee terdiam, merasa kalau kisah pria itu sangat mirip dengannya. Hubungan pria
itu, Jeon Sung Woo dan pacarnya tiba-tiba putus ditengah jalan. Sung Woo coba
membujuknya, namun pacarnya, Na Eun kekeuh tidak mau. Ia yang masih mencintai
pacarnya sering menunggunya didepan kantor untuk sekedar bertemu dengannya.
Ia
kemudian menerima surat penahanan dan satu setengah tahun tak pernah bertemu
dengannya. Dan suatu hari, dia naik bus dan bertemu Na Eun. Awalnya dia tidak
ingin menyapa, namun karena canggung, ia menghampiri Na Eun. Na Eun seolah
ketakutan dan reflek mendorongnya sampai dia jatuh dari bus.
Disisi
lain, Na Eun menggunakan Ji Wook sebagai pengacaranya. Gemetaran dia meyakinkan
kalau Sung Woo pasti sengaja mengikutinya. Dia yakin kalau mantannya itu
mengikutinya. Na Eun terus gemetaran dan matanya bergerak-gerak, kelihatan
begitu panik. Ji Wook pun tampak memperhatikan gelagat Na Eun.
Hari
persidangan tiba, keduanya sama-sama tidak menyangka akan bertemu dalam
persidangan itu. Bong Hee siap duduk di kursinya, namun kursi itu mundur dan
Bong Hee bisa jatuh karenanya. Tapi Ji Wook sigap menarik kursi itu sehingga
Bong Hee terselamatkan.
Sidang
dimulai, Bong Hee membacakan gugatan dari kliennya yang mengalami luka dan
harus menerima perawatan sampai 4 minggu. Oleh karena itu, kliennya meminta
kompensasi perawatan selama 8 minggu. Ji Wook tidak menyetujuinya, kejadian itu
berlangsung karena penggugat sudah menerima perintah penahanan namun dia
melanggarnya. Dia menolak permintaan penggugat.
Bong
Hee membela penggugat yang tidak pernah sekalipun menguntit tergugat sekalipun.
Dan mereka kebetulan bertemu saat itu. Dan tak memungkiri fakta kalau terdakwa
menyakiti penggugat.
“Terdakwa
diganggu secara mental karena dipantau untuk waktu yang lama. Dia melakukan itu
untuk melindungi dirinya.”
“Yang
Mulia, saat penggugat menguntit terdakwa, dia tidak pernah secara fisik
melukainya.”
Memang
benar, tapi apa yang dilakukan oleh penggugat sudah menyebabkan stres bagi
terdakwa. Bong Hee tidak setuju, bukankah kasar mengatakan seseorang melakukan
penyerangan hanya karena melihatnya dari jauh?
“Memantau
seseorang melawan kemauan mereka juga tergolong penyerangan. Jika seseorang
mengawasi dari jauh dan mengikuti melawan kehendak, dia merasa takut, cemas,
dan tidak senang, yang sulit
dimengerti jika belum pernah mengalaminya.” Jelas Ji Wook.
Bong
Hee membatin khawatir, menduga kalau Ji Wook sedang membicarakan dirinya. Ji
Wook menambahkan jika terdakwa harus pindah rumah dan membatasi interaksi. Dia
bahkan harus meninggalkan pekerjaan yang ia cintai. Bong Hee makin terdiam, ia
yakin kalau Ji Wook memang membicarakannya.
Dia
menegaskan sekali lagi jika pertemuan antara penggugat dan terdakwa tidak
disengaja. Bong Hee terdiam sejenak kemudian menatap Ji Wook, ia sudah menduga,
Ji Wook tahu dia menguntitnya kan? Semua yang Ji Wook bicarakan adalah
tentangnya kan?
Hakim
menyela pembicaraan mereka dan bertanya apakah penggugat-terdakwa bersedia
membahas tentang kesepakatan. Ji Wook mengatakan kalau pihaknya menolak. Namun
dari pihak Bong Hee, penggugat bersedia menarik gugatannya. Ji Wook masih
memberikan penolakan, terdakwa tidak mau bertatap muka karena takut dikuntit
lagi.
“Penggugat
sedang bersiap untuk emigrasi. Saya akan kirimkan dokumen jika Anda
membutuhkannya.” Pungkas Bong Hee.
Persidangan
berakhir. Bong Hee berpapasan dengan Ji Wook, ia pun membungkuk hormat padanya.
Kerja bagus. Ji Wook kelihatan canggung, dia mengajaknya untuk bicara setelah
diskusi dengan klien.
Saat
naik lift, keduanya pun kembali bertemu dan cuma mereka berdua dalam lift itu.
Bong Hee berbasa-basi kalau mereka sudah lama tidak bertemu. Tidak juga, Ji
Wook melihatnya saat dia berkata “Terdakwa mengaku bersalah” di pengadilan. Ah,
Bong Hee tidak tahu kalau dia melihatnya. Tapi kenapa dia sekarang bicara formal
padanya? Dia dulu memanggilnya Eun Bong Hee.
Karena
saat itu, Ji Wook menjadi mentor Bong Hee. Bukankah aneh kalau ia membuang
ke-formal-annya hanya karena dua bulan itu, sedangkan mereka sudah tidak
bertemu selama dua tahun.
“Tidak
aneh, tapi aku hanya merasa jauh.”
“Tentu
saja. Kita tidak dekat.”
Ji
Wook segera meninggalkan lift saat pintu terbuka. Bong Hee bergegas
mengikutinya. Tapi Ji Wook sengaja putar balik sehingga Bong Hee tak ada alasan
untuk terus berjalan di belakangnya.
Di
kafe, Bong Hee mewanti-wanti kliennya supaya tidak meminta nomor telepon Na Eun
lagi ataupun menemuinya. Sung Woo tersenyum meyakinkan, dia tidak akan
melakukan sesuatu yang dibencinya.
Dia
tahu perasaan Na Eun hanya dengan melihatnya. Pakaian Na Eun, gaya rambut, dan
raut wajah. Ia tahu semenjak hari pertama bertemu dengannya. Jadi jangan cemas.
Na
Eun datang bersama dengan Ji Wook. Keduanya pun saling bertukar surat
perjanjian dan gugatan Sung Woo sudah dicabut. Ditengah pertemuan mereka,
ponsel Na Eun berdering. Sung Woo memperhatikan ponselnya sambil tersenyum,
entah apa dalam pikirannya.
Begitu
mereka berdua keluar dari kafe, Na Eun dan Sung Woo pergi ke arah yang
berlawanan. Namun begitu Sung Woo lepas dari perhatian Bong Hee dan Ji Wook, ia
langsung menyuruh sopir taksi memutar balik mobilnya. Dia menyuruh si sopir
untuk mengejar taksi yang ditumpangi Na Eun.
Bong
Hee duduk di halte dengan pikiran mengganjal. Ia heran melihat senyuman Sung
Woo barusan. Bagaimana dia bisa tersenyum? Itu adalah pertemuan terakhirnya
dengan gadis yang dicintainya. Bahkan jika mereka berpisah baik-baik, bagaimana
dia bisa tersenyum?
Dia
kepikiran dengan nada dering yang digunakan oleh Na Eun. Ia buru-buru menelepon
nomor Sung Woo tapi Sung Woo mengabaikannya. Tak punya pilihan, ia langsung
menghubungi Ji Wook.
Tak
lama kemudian, Ji Wook datang menjemput Bong Hee. Bong Hee menyuruh Ji Wook
mengatakan saja alamat Na Eun, biar datang kesana sendiri. Tapi Ji Wook mengaku
kalau dia tidak percaya pada Sung Woo sejak awal, ia mengisyaratkan supaya Bong
Hee naik ke mobilnya.
Na
Eun berjalan santai menuju ke rumahnya. Namun lama kelamaan dia menyadari
seseorang tengah mengikutinya. Ia pun segera mempercepat langkah kakinya. Sung Woo
pun berusaha mengejarnya meskipun kakinya sedang terluka dan kesulitan lari.
Bong
Hee berharap kalau ini hanyalah firasat buruknya saja. Tapi ekspresi Jung Sung
Woo tidak seperti orang yang berpisah dengan orang yang dicintainya. Contonya
melodi itu. Ji Wook mendesak, melodi lagi?
“Bukan
itu. Aku bicara soal nada dering ponselnya. Makanya aku bertanya-tanya, apa
Jeon Sung Woo salah paham. Mungkin dia pikir, dia memakai warna sama dan
mengubah nada dering karenanya. Sinyal tersembunyi itu berarti baginya.” Duga Bong
Hee.
“Bukan
salah paham. Lebih seperti delusi.”
Na
Eun berlari menuju ke komplek apartemennya. Sung Woo hampir kehilangan jejaknya
namun ia bisa mendengar suara langkah kaki Na Eun, ia menoleh ke arah apartemen
dan melihatnya berlari disana. Sung Woo tersenyum.. mengerikan.
Na
Eun berhasil masuk dalam rumahnya dengan selamat. Ia bisa bernafas lega, namun
begitu menyadari kalau ponselnya terjatuh, ia meremas rambutnya dengan
frustasi. Sementara diluar, Sung Woo tengah mencari apartemen Na Eun dan ia
berhasil menemukan ponselnya yang tergeletak didepan pintu.
Bong
Hee menanyakan alamat rumah Na Eun, ia berencana untuk pergi kesana sendiri. Ji
Wook membiarkannya meskipun dia khawatir. Ia memperingatkan supaya Bong Hee
tidak melibatkan diri dalam masalah mereka. Baiklah, tapi ngomong-ngomong,
barusan Ji Wook baru berbicara banmal padanya.
Na
Eun membuka pintu untuk mengambil ponselnya. Ia berhasil memungut ponsel
didepan pintu dan segera kembali. Begitu pintu hampir ditutup, tiba-tiba tangan
Sung Woo menahannya. Ia tersenyum mengerikan pada Na Eun, ia mengaku
merindukannya.
Sudah
berjaga-jaga, Na Eun langsung menyemprotkan parfum ke mata Sung Woo. Ia
bergegas lari ke kamar dan menguncinya. Sung Woo meraung meminta Na Eun membuka
pintu, ia bahkan mengambil pukulan baseball dan terus menggedornya.
Tidak
lama kemudian, Bong Hee sampai disana dan menyuruhnya berhenti. Sung Woo
mengacungkan pukulan baseball-nya, frustasi, dia mengancamnya supaya tidak
mendekat. Bong Hee melepas sepatunya untuk menyerang Sung Woo.
Bertepatan
saat itu pula, Ji Wook datang dan menghalangi Bong Hee ikut campur. Ia langsung
menghampiri Sung Woo dan membanting tubuhnya dengan entang. Bong Hee seketika
terpesona.
“Sebagai
pengacara, kau tidak boleh begitu pada klienmu!” ucap Ji Wook.
Pada
akhirnya, Sung Woo digiring ke kantor polisi.
Bong
Hee duduk kelelahan di dipan. Ji Wook menghampirinya membawakan sepatu. Bong
Hee pun mengenakan sepatunya lagi, ia tidak membayangkan semuanya akan berakhir
begini. Ia mengira kalau Sung Woo itu orang normal. Ji Wook memintanya tidak
menyalahkan diri sendiri, orang seperti itu biasanya kelihatan normal.
“Aku
jadi menyalahkan diriku.”
“Tapi
berkat kau, tidak terjadi insiden besar.”
“Terima
kasih sudah mengatakan itu.”
Ji
Wook mengajaknya pergi, mereka harus memberikan kesaksian. Bong Hee
mengikutinya, dia mengatakan kalau Ji Wook lagi-lagi bicara banmal dengannya. Hehehe.
Dikantor
polisi, Sung Woo terus mengelak atas perbuatannya. Bong Hee terus terdiam memperhatikannya,
“Ini menyiksa saat orang yang aku cintai
tidak mencintaiku. Tapi saat seseorang yang tidak kusuka, mencintaiku dan
memaksakan cintanya, mungkin itu lebih menyiksa. Dari mana kau menarik garis? Di
mana garis antara cinta dan obsesi?”
Ji
Wook mengantar Bong Hee ke kantornya. Bong Hee terus menatap wajahnya, “Dan begitu juga denganku Aku ingin tahu di
mana aku berdiri di antara cinta dan obsesi. Aku akan mulai menahan diriku.”
Bong
Hee mengucapkan terimakasih atas tumpangan Ji Wook. Sebelum pergi, Bong Hee
mencoba menjelaskan segalanya. Kalau-kalau Ji Wook khawatir (karena dia
menguntitnya), kalau tidak terkait pekerjaan, ia tak akan mendekatinya dalam
radius 100 meter.
Ji
Wook bingung, “Apa maksudnya?”
Bong
Hee menegaskan kalau dia tidak mencintai Ji Wook. Mungkin dia bertingkah begitu
karena merasa berterimakasih. Ji Wook seolah ingin menjelaskan sesuatu..
sayangnya Bong Hee sudah ngabur duluan.
Bong
Hee menidurkan dirinya di sofa, mereka bahkan tidak pernah berkencan tapi
sering sekali mengucapkan perpisahan.
Dia berjalan menuju mejanya dan menemukan
kado berisi sepatu dengan note yang ditulis menggunakan potongan kertas, "Jika kau terus mencariku, aku akan
menemukanmu"?
Dia
terdiam membaca catatan itu. Ia sadar kalau dirinya sudah diikuti semenjak
berada ditempat reparasi sepatu. Bong Hee mematung ditempatnya.
D tunggu kelanjutan y, cerita y serruu.
BalasHapusWahahahaha seru
BalasHapusAlurnya cepet. Jadi penasaran selanjutnya gimana. Ditunggu sinopsis selanjutnya. Semangat min..
BalasHapusparno ngeliat eps nya ampe 40,tp jalan ceritanya menarik.. ttp smangat ya author,smoga sehat selalu..
BalasHapus