SINOPSIS Fight My
Way Episode 14 Bagian 1
Sumber gambar: KBS
Ae
Ra berdiri membeku menyaksikan tubuh seseorang berlumuran darah diangkut oleh
petugas ambulan. Ia tak bisa berkutik sedikit pun menyaksikannya. Banyak orang
yang berkerumun di sekitar ambulan, salah satunya adalah Jang Ho.
“Setiap badai dalam kehidupan datang di kala
kamu lengah.” – Dong Man.
[Tenang Sebelum Badai]
Dong
Man berjalan menghampiri lemari sambil bersiaga memegang stick golf. Dia
mendengar banyak perampokan belakangan ini. Saat berniat membuka pintu, Dong
Man melihat jari seseorang di pintu lemari.
Kontan
Dong Man dengan hati-hati berniat membuka lemari itu. Namun belum sempat
membukanya, Ae Ra sudah berteriak memanggil dia. Tak ada siapa-siapa, jangan
bodoh. Ia menyeretnya untuk bergegas pergi dari rumah Nyonya Hwang.
Dong
Man masih terus mendengus karena dia yakin ada seseorang disana, dia melihat
jari kakinya disana. Ae Ra heran dengan Dong Man yang begitu bodoh. Itukan
kehidupan pribadi mereka. Dong Man masih belum nyambung dengan apa yang
dimaksud Ae Ra.
“Kuperhatikan
dia memakai lipstik. Buat apa dia memakai lipstik di rumah? Kenapa kamu begitu
bodoh dan mencari-cari?”
Ah,
Dong Man mengerti sekarang. Berarti itu kekasihnya, wah.. Ae Ra teringat akan
Hye Ran, apa Dong Man pernah melihatnya keluar? Dong Man mengaku tak pernah
melihatnya. Sudahlah, lebih baik mereka masuk ke rumah.
Ae
Ra masih mengikuti Dong Man yang berniat masuk ke rumahnya sendiri. Dong Man
melarangnya ikut, itu membuatnya kesulitan. Ae Ra heran, apa yang membuatnya kesulitan?
Seolah-olah dirinya sudah membuat kesalahan pada Dong Man.
“Kau
menjadikannya sulit bagiku. Ini bukanlah barak tentara. Sampai kapan pria dan
wanita bisa terus.. apa ini tes mengendalikan diri Dong Man? Tidurlah di
rumahmu.” Ujar Dong Man buru-buru masuk rumah.
Ae
Ra tak perduli, dia tahu passcode rumah Dong Man dan langsung masuk ke rumah
mengikutinya.
Ayah
Dong Man dan Ayah Ae Ra keluar dari lemari dengan pinggang pegal-pegal. Nam Il
terkejut melihat dua pria keluar dari lemari, kenapa mereka bersembunyi disana?
Ibu, siapa orang-orang ini? Mana diantara mereka?
Ayah
Dong Man dan Ae Ra saling bertatapan bingung, “Ibu?”
“Ya.
Aku putra tunggal Nyonya Hwang, Kim Nam Il.”
Ayah
Dong Man dan Ayah Ae Ra keluar dari rumah Nyonya Hwang. Dia tahu alasan mereka
berdua datang ke rumahnya, tapi jangan memintanya untuk bersembunyi lagi. Ayah
Dong Man kira Nyonya Hwang baik-baik saja selama ini, apa yang sudah
merasukinya?
“Apa
aku baik-baik saja? Aku tidak pernah baik-baik saja. Tidak sekali pun. Selama
30 tahun terakhir, aku tidak pernah berhenti menjadi seorang ibu. Kalian tahu
itu.”
“Tetap
saja. Kenapa beri tahu dia sekarang?” sela Ayah Ae Ra.
“Apakah
menjadi putra Hwang Bok Hee masih tidak baik untuknya?”
Nam
Il yang tengah membaca buku tanpa sengaja melihat sebuah kotak di bawah meja.
Ia tersenyum melihat boneka beruang tersimpan didalamnya. Tapi begitu
mengambilnya, ternyata boneka itu adalah gantungan sebuah ponsel jadul.
Dong
Man ribut menonton pertandingan gulat. Ae Ra menendang pundaknya, memangnya benar
kalau besok dia akan melakukan penimbangan? Dong Man cemberut, protes karena Ae
Ra menendang kekasihnya sendiri.
“Untuk
apa berkencan jika kau berbuat sesuka hatimu? Siapa aku? Tanaman hias?”
Tak
mau berdebat lebih lanjut, Dong Man mengalihkan topik dengan menanyakan jadwal
wawancara Ae Ra yang bersamaan. Ae Ra tak mau mengalihkan pembicaraan, dia kan
sudah mengijinkan Dong Man ikut MMA. Tapi dia sudah menyuruhnya untuk tidak
melawan Tak Su.
Ditengah
pembicaraan keduanya, terdengar suara decitan dari rumah diatas mereka. Ae Ra
menyuruh Dong Man mematikan tv-nya dan mendengarkan suara decitan itu. Ae Ra
kelihatan agak prihatin, “Dia dirumah, kan?”
Hye
Ran duduk menggalau di rumahnya melihat syarat untuk harta gono-gininya. Ia
mendesah berat membaca persyaratan yang mengharuskan dia untuk tidak
membicarakan tentang keluarga mereka.
Ayah
Dong Man tak menyangka kalau Nyonya Hwang bisa punya anak sebesar itu. Ayah Ae
Ra heran, kenapa dia menjadi begitu serius. Ayah Dong Man menyangkal, siapa
yang serius?
Ayah
Ae Ra menghela nafas menghadapi temperamen Ayah Dong Man, ia menyarankan supaya
mereka mampir ke rumah anak mereka, mumpung sedang ada disana. Ayah Dong Man
mengatai kalau otaknya tak berfungsi. Apa yang akan mereka katakan pada anak
mereka? Mau bilang kalau mereka datang menemui Nyonya Hwang?
Ngomong-ngomong,
Ayah Ae Ra penasaran akan alasan Ayah Dong Man datang kesana. Ayah Dong Man
beralasan kalau dia tinggal di Bucheon dan ada bus yang langsung datang kemari.
“Kau
sebut itu alasan? Omong kosong.” Kesal Ayah Ae Ra.
“Apa?
Terserahlah.”
Nyonya
Hwang kembali ke rumahnya. Ia melihat foto masa mudanya yang berada di nakas,
dia tampak sedih.
Esok
harinya, Ae Ra sudah siap untuk berangkat wawancara. Dong Man mengejarnya untuk
memberikan obat dan jimat keberuntungan. Ia mengantarnya berangkat dengan
merangkul pundaknya. Wawancara pewarta ring juga diadakan hari ini. Kenapa
harus bersamaan? Apa dia sudah menentukan untuk memilih stasiun tv, bukan
oktagon?
Tentu
saja, itu sudah menjadi impian Ae Ra semenjak usia enam tahun. Dong Man
bertanya, apakah sebenarnya cita-cita Ae Ra? Menjadi penyiar atau berdiri
dibelakang mikrophone? Sebagai kekasihnya dan juga teman selama 23 tahun,
sejujurnya, Ae Ra tak memenuhi syarat menjadi penyiar.
“Hei,
kenapa kamu membuatku berkecil hati sebelum wawancaraku?”
Bagi
Dong Man, keahlian Ae Ra akan menghilang kalau dia hanya duduk di kursi. Orang
yang bodoh harus terbang bebas. Tetap saja, Ae Ra menganggap kalau penyiar
adalah laga utamanya.
“Bukankah
di mana pun kau berada adalah liga utama bagimu? Lakukanlah hal yang membuat
jantungmu berdebar.”
Ae
Ra mengernyit, “Tapi bagaimana aku bisa melewatkan posisi penyiar? Itu gila.”
Konferensi
pers sebelum pertandingan diadakan tengah berlangsung. Perhatian mereka tertuju
pada tim Tak Su. Namun begitu John membuka hopoodie-nya, semua wartawan
langsung mengenalinya. Mereka berebut mengerubunginya untuk mengajukan
pertanyaan, apa alasannya datang ke Korea?
John
menegaskan kalau alasannya datang ke Korea adalah untuk Dong Man. Dia hanya
menjadi bayangan dan Dong Man-lah yang akan naik ke atas ring.
Ae
Ra melihat kotak jimat yang diberikan oleh Dong Man dalam perjalanannya.
Di
gedung KBC, nama Ae Ra dipanggil untuk melakukan wawancara.
“Ae
Ra disini!” teriak Ae Ra. Waah.. Ae Ra datang ke oktagon, dia memutuskan untuk menghadiri
wawancara oktagon daripada wawancara stasiun tv.
Ae
Ra berdiri diatas ring dan mengungkapkan pemikirannya mengenai ketertarikan
wanita akan pertandingan MMA. Biasanya hanya ada gadis-gadis ring yang
merupakan wanita dalam oktagon. Namun mereka tidak menarik perhatian wanita.
Pembawa
acara wanita profesional bertarung di depan para petarung, bukan di sisi
mereka. Itulah yang dibutuhkan untuk menarik pemirsa wanita.
Salah
satu pewawancara bertanya, bukankah menjadikan wanita sebagai pembawa acara
sangatlah tidak umum. Ae Ra memantapkan hatinya untuk menjawab dengan tegas. Ia
mengancam akan melamar bekerja di tempat pesaing mereka kalau dia tak diterima
disini.
Artinya
mereka akan kehilangan penyiar ring wanita pertama. Baiklah, waktu pewawancara
tidaklah banyak. Kalau begitu, Ae Ra diterima. Ae Ra bengong mendengar
kata-kata itu meluncur dengan mudahnya, kenapa?
Alasannya
simple, karena Ae Ra berani. Lawan Ae Ra maju merebut mikrophone-nya, dalam resumenya,
dia melampirkan gelar master yang ia dapat dari Inggris. Pewawancara tidak
perduli dengan itu, ia tak membutuhkan orang bergelar. Yang ia butuhkan adalah
orang yang kompeten berbicara dibelakang mikrophone.
Ae
Ra sumringah mendengar alasan pewawancara, “Astaga. Aku sangat suka tempat ini.”
Pewawancara
mengatakan kalau dia akan menggunakan Ae Ra untuk menyiarkan pertandingan besar
berikutnya. Pewawancara lain mengatakan kalau mereka sudah menggunakan orang
lain untuk pertandingan itu.
Dan
orang yang dimaksud tak lain adalah Hye Ran.
Tak
Su kesal bukan kepalang karena Dong Man menggunakan John sebagai pelatihnya. Pokoknya
rebut semua darinya. Tawari John uang yang lebih banyak. Pelatih Choi berkata kalau masalah ini tak ada
hubungannya dengan uang. Ia tak akan bekerjasama dengannya meskipun dibayar
mahal.
Tak
perduli, Tak Su menyuruh mereka mendeportasi John atau sogok saja wasitnya.
Pelatih Choi punya firasat kalau mereka akan kalah. Ia keluar dari mobil
meninggalkan Tak Su.
Tak
Su mengejarnya, ada apa dengannya? Pelatih Choi tak mau melakukannya lagi
meskipun dibayar dengan mahal. 15 tahun yang lalu, Dong Man datang menemuinya
lebih dulu sebelum menemui Jang Ho. Ia menyadari bakatnya namun ia terpikat
dengan uang yang ditawarkan keluarga Tak Su.
Jang
Ho mengambil kapak baja dan menjadi seorang jenderal. Sedangkan, dirinya dan
muridnya selama 15 tahun menjadi seorang brengs*k. Maaf, ia tak bisa
membesarkan Tak Su dengan baik.
Pewawancara
alias Pemimpin Oktagon meminta alasan kenapa mereka menggunakan Hye Ran sebagai
penyiar. Bawahannya beralasan kalau Hye Ran adalah seorang artis yang bisa
meningkatkan minat penonton.
Pemimpin
Oktagon rasa artis tak ada hubungannya dengan MMA. Kalau begitu, dia meminta
Hye Ran untuk menunjukkan kemampuannya. Hye Ran tak terima dengan pemintannya,
dia memintanya audisi?
“Kudengar
kami menawarimu sepuluh kali dari yang dia dapatkan. Itu bukan sumbangan. Dengan
tarif sepuluh kali lebih mahal, kamu harus jauh lebih baik. Bukankah itu wajar?
Kenapa? Kamu kurang percaya diri?”
“Ini
bukan masalah kepercayaan diri, melainkan harga diri.” Hye Ran memilih untuk
pergi darisana.
Ae
Ra masih kurang percaya saat ia diterima begitu saja.
Salah satu pewawancara
menghampirinya untuk mengucapkan selamat. Dia sudah mengalahkan Park Hye Ran. Dia
tak menyangka kalau Hye Ran akan datang kesana hari ini. Ia dengar kalau dia
sudah tak memiliki pekerjaan lagi, sepertinya memang benar.
“Kenapa
dia tidak punya pekerjaan?” heran Ae Ra.
“Mantan
mertuanya tidak ingin melihatnya di televisi. Dia tidak bisa kembali ke stasiun
televisi utama. Komentar di internet sangatlah kejam. Aku terkejut dia masih
bertahan.”
Ae
Ra melirik ke arah Hye Ran yang menunggu bus di halte yang sama, ia masih
teringat akan ucapan pewawancara barusan. Sebuah bus lewat, Ae Ra mengatakan
kalau bus itu jurusan rumah mereka. Ikuti saja dia sampai ke rumahnya. Hye Ran
masih bersikap angkuh, untuk apa dia mengikutinya?
Dia
berjalan naik duluan ke bus dan bertanya biayanya. Ia pun menghitung uang receh
dalam dompetnya. Ae Ra melihat hal itu, tanpa banyak kata, dia mengatakan pada
si supir kalau dia membayar untuk dua orang.
Dalam
perjalanan, salah seorang penumpang tertawa mengejek saat membaca berita
tentang Hye Ran. Ae Ra yang penasaran pun mencarinya di internet, dan komentar
netizen banyak yang mengolok-olok dia. Ae Ra cuma bisa menatap Hye Ran dengan
kasihan.
Hye
Ran bersikap acuh tak acuh. Ponselnya bergetar menerima telepon dari seseorang
namun ia mengabaikannya. Hye Ran melihat cat kukunya yang sudah rusak, sudah
ada yang terkelupas namun ia tak memperdulikannya.
Ditunggu part 2....trims sdh recap
BalasHapusDitunggu part 2....trims sdh recap
BalasHapus