SINOPSIS Fight My
Way Episode 14 Bagian 2
Sumber gambar: KBS
Dong
Man dan Ae Ra masih duduk didepan rumah sambil bergenggaman tangan. Ae Ra
bingung harus beralasan apa pada Sul Hee nanti. Dia bukannya tunawisma, dia tak
bisa beralasan kalau ia tidur di bar Namil lagi.
Tetap
saja, Dong Man masih ingin terus memegangi tangan Ae Ra. Dia harus mengisi
tenaga sebelum pertandingan besok. Ae Ra bertanya, apakah mereka harus
mengatakannya pada Sul Hee?
“Kau
mau?”
“Kau
serius?”
Dong
Man menyalahkan Ae Ra yang sudah mendekatinya lebih dulu. Aish, Ae Ra pengen
menyikut wajahnya geregetan. Dong Man memperingatkan kalau Ae Ra tidak boleh
mengatakan hal semacam itu pada kekasihnya.
Sul
Hee pulang. Dong Man dan Ae Ra buru-buru melepaskan tautan tangan mereka dan bebasa-basi
dengannya. Ae Ra cemberut saat harus pulang ke rumahnya meninggalkan Dong Man.
Dong
Man memanggil Sul Hee kemudian meraih tangan Ae Ra, “Aku akan tidur dengan Ae
Ra malam ini. Pertandinganku besok. Aku membutuhkannya malam ini. Boleh aku meminjamnya?”
Ae
Ra berusaha menjelaskan pada Sul Hee. Namun, Sul Hee hanya tersenyum dan
mempersilahkan Dong Man meminjam Ae Ra. Bawa dia.
Nyonya
Hwang menemui Jang Ho dan memanggilnya dengan sebutan ‘Sundae’. Dia mengajaknya
untuk minum. Jang Ho mengoreksi kalau namanya Jang Ho, bukannya Sundae. Nyonya
Hwang cuma mendesah tanpa memperdulikan penjelasannya.
“Aku
perlu meminta bantuanmu, Sayang.” Ujar Nyonya Hwang sembari menenggak bir-nya.
“Sayang?”
“Bukan
itu yang ku maksud. Benar, kau mau membantuku? Bisakah kau menyimpan rahasia,
Sayang?”
Jang
Ho bersedia melakukan apapun untuknya. Nyonya Hwang memberikan ponsel jadul
berbandul boneka beruang. Ia meminta bantuan untuk menyimpannya. Jang Ho
berniat membuka ponselnya tapi Nyonya Hwang langsung menutupnya kembali, simpan
ini lalu...
Joo
Man baru pulang dari kantor. Ia berhenti didepan rumah Sul Hee dan meletakkan
buah serta boneka didekat pintu. Ia ragu untuk mengetuknya. Karena tak berani,
akhirnya Joo Man memutuskan untuk memencet bel rumahnya kemudian bergegas
pergi.
Ae
Ra mengompres kening Dong Man. Dong Man memuji Ae Ra yang luar biasa, dia
langsung lolos setelah interview pertamanya. Jadi kalau menang nanti, Ae Ra
akan mewawancarainya kan?
Iya.
Makanya Ae Ra menyuruh Dong Man untuk menang. Sampai kapanpun, dia tak mau
mewawancarai Tak Su. Dong Man mengangguk, baiklah. Ae Ra bertanya, apakah Dong
Man tidak takut? Apa dia tidak takut sama sekali?
“Sejujurnya?”
“Berhentilah
jujur. Katakan saja kau tidak takut.”
Dong
Man butuh waktu sepuluh tahun untuk mendapatkan 15 menit ini. Dia tak akan
kalah. Jadi, Ae Ra tak perlu cemas. Ae Ra berkata kalau dia tak akan berkedip sekalipun
selama 15 menit itu. Dia akan menontonnya sampai selesai. Ia akan berada di
samping oktagon dan akan melindunginya agar tidak terjadi apapun.
Dong
Man mengusap puncak kepala Ae Ra. Dia itu begitu mungil, tapi selalu saja
mengatakan akan melindunginya. Apapun yang terjadi, ia akan menyelesaikannya
dalam 15 menit. Begitu Ae Ra membuka mata, ia akan berdiri dihadapannya.
Ae
Ra mulai menangis, “Sejujurnya, aku mau memastikan kau tidak bangun. Aku akan
membiusmu selama kau tidur dan...”
Dong
Man mengusap air mata yang mengalir diwajahnya kemudian memeluknya. Dia tak
akan kalah supaya tak melihat Ae Ra menangis lagi. Ae Ra masih sesenggukan,
kalau Dong Man hanyalah pria biasa baginya, ia akan menyuruh dia melakukannya.
Tapi dia sungguh menyukainya, mana mungkin dia bisa setuju begitu saja?
“Kenapa
kau mengungkapkan perasaanmu lagi? Kau sangat manis.” Ujar Dong Man kemudian
mencium lembut bibir Ae Ra.
Ditengah
ciuman mereka, Dong Man menarik diri supaya tak melanjutkannya. Ia meminta
maaf, dia sangat menyukai Ae Ra hingga ia tak bisa melakukannya. Ae Ra
kelihatan kecewa, karena Dong Man menyukainya maka ia ingin melindunginya?
Dong
Man menarik Ae Ra supaya berbaring di ranjang. Bukan, dia sangat menyukainya
hingga tak bisa menahannya malam ini. Ia pun kembali mencium mesra Ae Ra.
Esok
harinya, Ae Ra masih terus memainkan rambut Dong Man yang lembut seperti
anjing. Dong Man masih malas-malasan, sepertinya Ae Ra sudah membiusnya dan
membuat dia malas bangun.
Dia
tak mau bangun? Ae Ra akan mengatakannya pada Pelatih Hwang kalau begitu. Dong
Man berbalik menatap wajah Ae Ra. Belakangan ini, dia sangat menyukai Ae Ra. Ia
sangat menyukainya sampai bertanya-tanya apakah dia bisa menyukai orang lain
seperti ini. Sejak kemarin, dia menyukainya 500 kali lipat.
Ae
Ra malah risih sendiri mendengar ucapan Dong Man. Dia bisa membuatnya terkena
aritmia. Dong Man merasa dirinya sangat bodoh karena menolak Ae Ra selama 20
tahun ini. Ae Ra heran, apa dia benar-benar menyukainya?
Ya.
Dong Man menyukai perut buncit Ae Ra. Lengan dan kaki pendeknya. Aromanya
seperti makanan favoritnya, sup rumput laut. Ia pun memeluk Ae Ra dengan gemas.
Ae Ra masih berfikir, bagaimana bisa aromanya seperti sup rumput laut?
Ae
Ra ragu untuk masuk ke rumahnya sendiri. Dia mengajak Dong Man untuk masuk
bersamanya. Dong Man menggeleng, dia malu dan tak mau memikirkannya. Ae Ra
kesal, katanya dia mau melindunginya.
“Seharusnya
itu obrolan antarwanita saja.”
“Aku
harus bilang apa? Seharusnya aku mengeringkan rambutku.”
“Ae
Ra..”
Ae
Ra menatapnya penuh harap, “Kau akan menemaniku?”
“Fighting.”
Ae
Ra masuk ke rumahnya kemudian langsung membahas soal cuaca cerah pagi ini.
Mereka bisa menjemur pakaian. Sepertinya, sebentar lagi sudah mau musim panas.
Sul Hee tahu karena ini kan sudah bulan juli.
Sul
Hee merenges paham, “Kau sudah menahan diri selama 20 tahun, tapi akhirnya kau
menyerah.”
Dong
Man masuk ke rumah Joo Man. Joo Man buru-buru bangun, begitu melihat Dong Man,
dia kembali rebahan dan menyuruhnya membuka kunci sembarangan. Dong Man
memperhatikan wajahnya, dia yakin kalau Joo Man baru menangis.
Jangan
permalukan dirinya dan bangkitlah. Ia sudah mengenal Joo Man selama 10 tahun
dan mengenal Sul Hee selama 20 tahun. Kalau mereka berdua bertengkar, jelas dia
akan membela Sul Hee. Sul Hee itu luar biasa dan sangat baik.. tapi aku tidak
mempercayai pria lain. Joo Man-lah yang terbaik. Jadi, turunlah dan memohon
padanya.
Joo
Man bangkit dengan lesu, “Tapi di rumah itu, Ae Ra kan juga disana.”
Joo
Man dan Dong Man akhirnya pergi ke rumah Sul Hee dengan alasan untuk sarapan
bersama. Ae Ra sebal bukan kepalang dengan kedatangannya. Dia sengaja
menggebrak meja saat meletakkan sumpit dan cuma memasak tiga telur. Dong Man
memintanya untuk tidak bersikap begitu.
Tapi
Ae Ra masih saja judes, “Sul Hee, ayo makan. Joo Man saja makan, jadi, kenapa kau
tidak?”
Sul
Hee sibuk mengotak-atik laptop. Dia heran melihat komentar di blognya, ada
beberapa orang yang memesan arak murbei buatannya. Ia mengira kalau itu cuma
penipuan. Mereka nimbrung melihat komentar-komentar itu.
Dong
Man rasa ini bukan penipuan, lagipula kan Sul Hee yang akan dapat uang justru
dia yang bisa menipu. Lebih baik, sekarang mereka memikirkan berapa harga jual
yang akan ditetapkannya. Joo Man menyuruh Sul Hee menghitung biaya bersih dan
biaya tak terduganya.
Sul
Hee berfikir, “Seharga 70 sen?”
Mereka
semua langsung malas, tak usah dijual saja sekalian (terlalu murah). Sul Hee
menaikannya menjadi 80 sen kemudian 1 dolar 40 sen. Dong Man, Ae Ra dan Joo Man
tak habis pikir dengan kepolosanya dan pergi dengan malas.
Sul
Hee masih polos, “Apa itu terlalu mahal?”
Ae
Ra duduk di ruang tunggu dengan risau. Dong Man meyakinkannya, ia akan
baik-baik saja. Dia tak takut. Ae Ra menghela nafas panjang. Dong Man protes,
kenapa dia menghela nafas saat pacarnya akan bertanding?
Ae
Ra memukul kepala Dong Man. Dia batal memintanya untuk menang. Tidak masalah
kalau dia kalah. Jika kesakitan, menyerahlah. Kalau tidak maka ia akan naik
ring dan mengacaukan pertandingan. Dia akan melompati batas oktagon.
“Baiklah.
Aku akan menyerah jika merasa akan mati. Aku akan berbaring dan menyerah. Tapi
jika aku bisa menahannya, aku akan menang. Aku tidak akan setengah hati.”
Ae
Ra mendesah melihat Dong Man berapi-api sekali. Dong Man menyuruh Ae Ra untuk
melakukan yang terbaik juga. Tunjukan kehebatannya pada mereka semua.
Ye
Jin bertemu dengan Sul Hee untuk menjelaskan apa yang terjadi saat ia mabuk
bersama Joo Man sampai jam 11 malam. Sul Hee enggan mendengarnya, dia tak perlu
menjelaskannya lagi.
Ye
Jin membenarkan kalau mereka memang minum, tapi tepat jam delapan, Joo Man
menolaknya dan menghabiskan waktu tiga jam membicarakan Sul Hee. Joo Man bahkan
akan memilih Sul Hee dibandingkan dengan Putri Mansour.
Flashback
Malam
itu, Ye Jin membujuk Joo Man untuk pulang. Tapi Joo Man yang mabuk masih terus
mengatakan penolakannya pada Ye Jin. Tak perduli kalau keluarganya memiliki
Kaki Khinzir Granny Park. Meskipun Putri Mansour mendekatinya, dia akan tetap
memilih Sul Hee.
Bagi
Dong Man, Sul Hee lebih cantik dari Kim Tae Hee. Dia mirip Lee Young Ae.
Rambutnya pun hanya cocok padanya, kalau sampai rambut Ye Jin begitu.. Ye Jin
menyela ucapan Joo Man, Joo Man juga pria tergemuk yang pernah ditaksirnya.
“Kenapa
aku malah putus dengan Sul Hee? Aku pantas mati.” Rutuk Joo Man.
Flashback end.
Yah bagaimanapun, Ye Jin sudah ditolak sejak awal. Ia kira, sebelumnya Joo Man tak
serius mengatakannya. Sul Hee bertanya apa maksud Ye Jin sebenarnya
menceritakan semua itu padanya.
Ye
Jin memberikan sketsa Dong Man dan Sul Hee. Awalnya, dia tidak berniat
menggambar Joo Man tapi dia akhirnya menggambarnya juga. Sul Hee tak mengerti
kenapa Ye Jin memberi gambar itu padanya.
“Agar
merasa tenang. Aku tidak mau mendapat karma karena membuat orang sebaik itu
menangis. Rasanya menyiksa. Aku sungguh ingin meminta maaf dengan tulus sebelum
pergi.”
Sul
Hee heran mendengar perkataan Ye Jin, apa dia akan pergi ke suatu tempat?
Di
restoran, karyawan perusahaan tengah makan bersama. Ye Jin menganggap makan
malam ini sebagai perayaan perpisahannya. Salah satu dari mereka nyeletuk,
katanya orang-orang di Inggris sangat memikat. Ye Jin tidak akan mencari pria
dulu, dia mau fokus dengan kuliahnya.
Chan
Ho berbisik mengajak Sul Hee untuk pergi dengannya lagi. Sul Hee canggung
menerima ajakan itu, tentu, tapi dia akan memeriksa apakah ada waktu luang
untuknya. Joo Man cemburu mendengar mereka saling memanggil nama.
Ia
sengaja menawarkan daging dengan potongan besar untuk Chan Ho. Chan Ho ngeri
melihat ukurannya, dia tak akan bisa memakan daging sebesar itu. Karena tak
enak hati, ia tetap mencicipinya.
Chan
Ho masih terus mendesak Sul Hee untuk jalan bersamanya. Apa mungkin mereka bisa
pergi bersama di akhir pekan? Joo Man makin kepanasan melihat kedekatan mereka.
Ia sengaja berteriak dengan keras saat memanggil pelayan.
Ae
Ra naik ke atas ring untuk membuka jalannya pertandingan. Meskipun gugup, ia
mampu mengendalikan dirinya dan berbicara dengan begitu lancar. Dong Man pun
berjalan masuk ke arena pertandingan dengan diiringi lagu BTS-Fire. (Fire~~)
Ae
Ra terus memperhatikan dia dengan cemas.
Jang
Ho menekankan kalau ini adalah pertandingan perdana Dong Man, bukan
pertandingan terakhirnya. Jangan sampai cidera. Jangan terkecoh dengan
kecepatannya. Dia juga masih belum siap dengan teknik lantai.
Dong
Man paham. Dia sudah menunggu moment ini selama 10 tahun. Ia akan bertarung
tanpa penyesalan.
Nam
Il juga datang ke oktagon bersama Nyonya Hwang. Dia mengedikkan dagu menunjuk
Dong Man dan Ae Ra, kemudian bertanya pada Nyonya Hwang, siapa diantara mereka
berdua?
Tak
Su masuk ke ring, pertandingan pun dimulai. Ae Ra duduk dengan cemas, ia
memejamkan matanya untuk meredam kecemasannya itu.
Seorang
pelayan datang ke meja Sul Hee dkk untuk mengantarkan arang. Pelayan itu
membawanya tanpa mengalasinya. Celakanya, ada orang yang menyenggol lengah
pelayan tanpa sengaja.
Arangnya
pun melayang ke udara. Semua orang kaget dan bangkit dari duduknya, sementara
Sul Hee tidak sempat bereaksi. Sigap Joo Man berlari memeluknya, sehingga arang
itu tidak mengenainya.
“Pak
Kim, apa kau baik-baik saja?”
Joo
Man tak memperdulikan dirinya, ia bertanya apakah Sul Hee baik-baik saja. Sul
Hee terkejut saat melihat luka bakar dipunggung Joo Man.
Sementara
di oktagon, Tak Su dan Dong Man masih bergulat dengan sengitnya. Tak Su mencoba
melancarkan serangan tendangan berputar. Namun, Dong Man mampu menghindari
serangannya.
Ia
balik menyerang dengan tendangan beputar dan mampu mengenai wajah Tak Su. Tak
Su oleng dan hampir terjatuh. Dong Man siap menyerangnya lagi tapi lonceng
sudah berbunyi duluan mengakhiri ronde ini.
Mereka
berdua pergi kepinggir ring. Jang Ho yakin kalau Tak Su barusan terhuyung, dia
harus menyerangnya saat kondisinya setengah sadar. Tapi jangan sampai Dong Man
jatuh.
Disisi
lain, Pelatih menyuruh Tak Su untuk menjatuhkan Dong Man dan menyerangnya. Kacaukan
mentalnya dan buat dia marah.
Pertandingan
kembali berlanjut, Dong Man langsung menyerangnya dan berhasil melayangkan
pukulan. Tak Su sengaja terhuyung dan menantang Dong Man untuk menyerangnya.
Jang Ho berteriak menyuruh Dong Man tidak terkecoh.
Dong
Man pun langsung mundur tak memperdulikan tantangan Tak Su. Wasit pun akhirnya
menyuruh dia untuk bangun. Keduanya kembali bergulat dan Tak Su lagi-lagi
menjatuhkan dirinya ke lantai. Tapi Dong Man sama sekali tak terkecoh.
Tak
Su bangkit kemudian menyeruduk Dong Man dan menghimpitnya ke dinding ring. Dia
memancing emosi Dong Man dengan mengatai adiknya. Dia takut untuk melakukan
pertandingan di lantai karena adiknya selalu duduk kan?
Dong
Man terpancing dan mengangkat Tak Su untuk membantingnya. Jang Ho berteriak
melarangnya. Tapi terlambat, Dong Man membanting Tak Su dan Tak Su dengan
sengaja menyundul mata Dong Man.
Tae
Hee sebelumnya sudah menyuruh Tak Su menyundul Dong Man. Sundulan akan sulit
diketahui kalau kondisinya tampak seperti Tak Su sedang memimpin jalannya
pertandingan. Jika terdesak, sundul kepalanya dan dia yang akan mengurus media.
Mari mengincar hasil seri.
Semua
orang kaget melihat darah mengucur deras dari pelipis mata Dong Man.
Ae
Ra membeku ditempatnya, mengingat semalam dia masih duduk bersama dengan Dong
Man. Ia mengecup tangannya, lututnya.. itu sebagai mantra supaya dia tidak
terluka. Dimana lagi dia harus mengecupnya?
Dong
Man tersenyum senang kemudian menunjuk dahinya, pipinya kemudian bibirnya.
Sul
Hee dan Joo Man naik bus bersama tapi pisah duduknya. Saat bus berhenti
mendadak, luka di punggung Joo Man sakit dan Sul Hee diam memperhatikannya.
Dokter
menyarankan untuk menghentikan jalannya pertandingan. Dong Man tidak mau
meskipun darah terus mengalir dari pelipis matanya. Tapi, Jang Ho tak punya
pilihan selain menghentikan pertandingan ini.
Wasit
pun mengumumkan berakhirnya pertandingan karena pelanggaran illegal yang tak
disengaja dan menyebabkan cidera. Pertandingan berakhir seri. Dong Man meraung
pada Jang Ho, dia masih ingin melanjutkan pertandingan! Dia bisa melakukannya!
Dia masih mampu!
Nyonya
Hwang tak tega melihat kejadian itu dan bergegas pergi. Nam Il mengikutinya,
apa ibunya sedih? Apa Ibu tak suka di panggil ibu lagi olehnya?
“Apa?”
“Belakangan
ini ada banyak anjing terlantar. Tapi, dari banyak alasan kenapa anjing
diterlantarkan, ada satu alasan yang indah dan keji. Saat seorang bayi lahir,
orang tua yang penyayang menelantarkan anjing yang mereka besarkan.”
“Apa
maksudmu?”
Nam
Il rasa wajar kalau seseorang menyerang jika ada orang yang mengambil miliknya.
Nyonya Hwang memperingatkan agar Nam Il tidak mengganggu anak-anak. Nam Il
bertanya, apa yang ibunya lakukan dengan ponsel itu?
Bel
pintu Joo Man berbunyi. Joo Man sudah mengumpat sebal mengira kalau orang yang
menemuinya adalah Dong Man. Tapi, tebakannya salah, Sul Hee lah yang berdiri di
depan pintu rumahnya.
Wartawan
mengerubungi Tak Su, meminta pendapatnya tentang pertandingan kali ini. Tak Su
masih angkuh mengatakan kalau dia sudah memimpin. Kalau bukan cedera, mereka
pasti mengetahui hasilnya.
Pelatih
Choi dengan panik menghampiri Tak Su, apa yang terjadi padanya. Tak Su masih
percaya diri mengatakan kalau dia baik-baik saja. Tapi bertepatan saat itu,
darah mengalir dari hidungnya. Dan Tak Su seketika pingsan.
Ambulan
datang dan mengangkut Tak Su ke rumah sakit. Jang Ho juga menyuruh Dong Man
untuk memeriksakan diri. Ae Ra yang melihat Dong Man langsung pergi dengan
kesalnya. Dong Man menahan tangan Ae Ra dan langsung memeluknya. Ia tahu Ae Ra
pasti takut, maafkan dirinya.
“Aku
sudah menyuruhmu untuk menyerah. Pelatih menyuruhmu untuk menghindari lantai! Kenapa
kamu memacariku jika tetap berbuat semaumu? Kenapa kau bilang mencintaiku?”
Dong
Man meminta maaf, dia tak begitu terluka. Ae Ra masih terus ngomel memarahi
Dong Man dengan khawatir. Tiba-tiba Dong Man mendengar suara dengungan di
telinganya dan perlahan pendengarannya mulai menghilang.
Ia
melihat mulut Ae Ra masih terus bergerak tapi dia tak bisa mendengar suaranya.
Dong Man memukuli telinganya dengan panik. Ae Ra tentu khawatir, apa yang
terjadi?
“Kenapa
bicaramu seperti itu? Kenapa kau tidak bersuara? Kenapa semuanya hening? Kenapa
semuanya sangat sunyi?” teriak Dong Man sambil memukuli telinganya.
“Badai menerpa dan
dunia menjadi gelap.” – Dong Man
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^