SINOPSIS The King
Loves Episode 6
Sumber gambar: MBC
Di
tempat latihan Song In, seorang pria dengan penutup mata tengah duduk diatas
kuda. Dan Moo Suk dari kejauhan sudah berfokus mengarahkan mata panahnya menuju
pria itu. Ia pun tanpa ampun melesatkan panahnya.. bukan menuju pria berpenutup
mata, melainkan titik incar yang ada ditembok.
Song
In meminta Moo Suk untuk menembaknya lebih dekat. Sangat dekat, sampai menggoresnya
dan meninggalkan bekas luka. Dia ingin melihat beberapa tetes darah. Hanya
beberapa tetes.
Boo
Young menuangkan teh untuk Jeon, sudah sejak lama dia berkorban. Jeon emosi,
tujuh tahun sudah. Itulah berapa lamanya dia menyuruh ia untuk menunggu. Boo
Young mengelap air yang bersisa dimulut Jeon. Rakyat sudah menunggu sejak lama,
seorang raja dengan darah murni untuk mengambil takhtanya.
Raja
sedang mengerang mengumpulkan kekuatan untuk menarik busur. Dia tak pernah
memegang busur yang sangat kuat dalam hidupnya. Menteri Song kontan menjilat
Raja dan mengatakan kalau Jenderal saja tak bisa mengikat busur itu sendirian,
dia harus dibantu tiga orang prajurit.
Raja
tahu kalau Menteri Song sedang bicara manis padanya dan merendahkan
Jenderalnya. Dimana mereka akan berburu kali ini? Kanselir Wang mengatakan
kalau mereka akan berburu ditempat milik Menteri Keuangan, Tempat itu disebut
Bokjeonjang.
Raja
bersemangat, tempat itu memang banyak hewan buruan apalagi pemiliknya tak suka
berburu. Menteri Song memuji putra Kanselir Wang, mereka pemuda yang sangat
hebat, cerdik dan pintar (dalam memilih tempat). Kanselir Wang buru-buru
mengelak. Raja bertanya, anaknya yang mana? Rin atau Jeon?
“Jika
dia mahir dalam berburu.. itu pasti Jeon. Rin hebat dalam menggunakan pisau.” Sela
Permaisuri Wonsung.
Raja
tak sependapat dengan ucapan Permaisuri, Rin pasti bermartabat seperti ayahnya.
Tidak seperti anak mereka. Raja meminta Jeon dan Rin untuk ikut. Anaknya tidak
suka berburu jadi dia bosan kalau harus sendirian. Kanselir Wang kelihatan
panik, dia beralasan kalau putranya hanya akan mengganggu.
Raja
tak masalah dan tetap meminta dia membawa putranya. Pria seusianya harus
menghabiskan waktu dengan pemuda yang cerdas dan gagah. Bukan dengan pria yang
bodoh, sindir Raja pada Permaisuri Wonsung.
Permaisuri
Wonsung pun langsung pergi ke paviliun Putera Mahkota. Dia kembali menekan
Kasim Kim dan mengancam akan menghilangkan kepalanya kalau sampai dia tak bisa
membawa Putera Mahkota ke tempat perburuan.
Moo
Suk masih terus berlatih memanah sampai akhirnya dia bisa menggores pipi si
pria berpenutup mata. Song In sedang menjelaskan rencananya pada Jeon. Saat
Yang Mulia dan Putera Mahkota pergi ke Bokjeonjang, semuanya akan dimulai.
Tidak
akan ada orang lain selain Yang Mulia. Setelah itu, Putera Mahkota akan tiba.
Dan Yang Mulia akan terkejut, ‘kenapa
putraku coba membunuhku?’ Jeon kurang yakin, apa Raja akan mempercayainya?
Itulah
sebabnya mereka harus bersiap-siap. Raja dan Putera Mahkota menggunakan panah
khusus. Setiap panah memiliki ukiran khusus dan pengrajinlah yang membuatnya. Lambang
yang diukir tidak bisa ditiru.
Itulah
panah yang akan mereka gunakan dan Putera Mahkota akan berdiri dimana arah anak
panah itu. Artinya, anak panah itu akan menjadi milik Putera Mahkota. Bukankah
itu gambaran yang sempurna?
Won
keluar dari kamarnya. Dia menyuruh semua pelayan yang melihatnya supaya tak
perlu menyapanya. Dia mengendap-endap untuk keluar darisana. Tapi Rin datang
memergokinya, dia berkata kalau ‘dia’ tak akan keluar pagi-pagi, ‘dia’ tak ada
disana,
Won
lega, dia paling takut dengan adiknya Rin. Padahal, dulu adiknya Rin itu manis.
Rin tak terima, jadi sekarang adiknya tak manis lagi? Ia kasihan dengan adiknya
karena terus mengharapkan kedatangan Won.
Rin
dan Won menghentikan langkah mereka didepan dapur. Keduanya melihat seseorang
yang tak disangka-sangka ada disana. San. Mata Won berbinar-binar, apa yang
sedang ia lihat sekarang?
San
berbasa-basi dengan Bibi di kediaman Kanselir Wang. Dia mendengar kalau tuan
muda disana tampan-tampan. Bibi pun mengajaknya untuk duduk, tuan muda mana
yang dimaksudnya? Tuan muda ke-satu sudah menikah dan tak tinggal disana.
“Yang
kedua?”
Bibi
kira kalau masalah tampang, Tuan muda yang ke-tiga paling tampan. San bertanya
bagaimana perilaku mereka. Bibi kira Tuan muda yang ke-dua bukanlah yang ia
cari, dia menganggap mereka semua bukanlah manusia. San berdecak malas,
bagaimana dengan yang ke-tiga?
Yang
ketiga, Tuan Muda ke-tiga tak pernah menganggap mereka ada. Dia tak pernah
menyapa mereka ataupun memandang mereka. Dia hidup di dunianya sendiri. San
menyayangkan, sepertinya dia tak tertarik dengan wanita.
Wkwkwk..
Duo Rin dan Won berdiri dibalik tiang mendengarkan pembicaraan San.
San
mengendap-endap memperhatikan Jeon. Won berdiri disampingnya, bukankah dia
tampan? San terkeju dengan kedatangannya, kenapa dia disana? Won mengaku kalau
dia tengah menemui Tuan Muda disana. Wah.. kalau begitu, San mau tanya siapa
pria yang ada disana?
“Dia
Tuan Muda kedua, Wang Jeon, di keluarga itu.”
San
bertanya-tanya Tuan Muda ke-tiganya. Bertepatan saat itu, Rin datang dan Won menyuruhnya
untuk tanya pada Rin saja. San menyapa Rin dengan gugup, kemudian dia menatap
mereka berdua penuh curiga. Mereka hampir ditangkap prajurit, lalu apa yang
mereka lakukan disana?
Rin
dan Won bingung untuk menjawab. San makin mencurigai mereka, mereka kelihatan
tambah aneh. Won mengatakan kalau mereka berdua ini satu tim. San menyipitkan
mata, tim? Memangnya apa pekerjaan mereka?
“Putera
Mahkota..” seru seorang gadis dari kejauhan.
Won
tersentak, “Putera Mahkota.. pengawal Putera Mahkota.”
Won
menghadang gadis Wan Dan kemudian membungkuk hormat padanya. Ia berkata kalau
kedatangannya kesana atas perintah Putera Mahkota untuk menemui Tuan Muda Ke-tiga.
Dan kebingungan dan menoleh ke arah Rin. Rin memberikan isyarat supaya tak
mengatakan yang macam-macam.
Dan
mengerti, “Dia keluar lebih awal hari ini. Ada pesan yang ingin kau sampaikan? Han
Chun dan Soo In.”
Won
ingin buru-buru pamit. Tapi Dan menghalanginya, nanti kalau kakaknya tahu, dia
bisa dimarahi karena membiarkannya langsung pergi. Ia mengajaknya untuk minum
teh sebelum pergi.
Rin
menyuruh San untuk pergi sekarang juga. Ia akan melepaskannya kali ini, tapi
tidak untuk berikutnya. Tapi bertepatan saat itu, Dan berseru mengajak San
untuk minum teh bersama. Dia akan mentraktir mereka.
Dan
masih bergelayut manja ditangan Won. Dia penasaran dengan gadis itu, siapa dia
sampai mereka menyembunyikan identitasnya. Won malas dan berusaha melepaskan
kaitan tangannya, dia juga tak tahu. Dan semakin erat memegang lengan Won,
kalau begitu, dia akan mencaritahunya sendiri.
San
memakan hidangan di hadapannya dengan sangat lahap sampai Wang Dan heran
sendiri melihatnya. Won menjelaskan kalau San ini hidup di gunung, jadi dia
tidak pernah makan makanan seperti ini.
Dan
tanya apakah mereka bertemu San saat mereka berburu di gunung. Mereka
mengiyakannya, beberapa waktu yang lalu. Dan berkomentar kalau mereka pasti
sangat dekat.
Won membenarkannya dan langsung merangkulkan lengan San padanya
sambil mengklaim kalau mereka memang sedekat ini.
"Jangan
menyentuhku!"
Dan
sedih melihat kedekatan mereka. San tanya apakah Dan kenal dekat dengan kedua
pria ini, apa pekerjaan mereka. Won tanya balik, apa San pernah dengar tentang
penjaga bayangan. Tentu saja, tapi San tak percaya kalau mereka berdua adalah
penjaga bayangan. Kemampuan mereka kan tidak seberapa. Won mengklaim kalau
mereka masih dalam masa pelatihan.
"Lalu
kenapa kalian pergi ke gunung?"
"Untuk
menjalankan tugas."
"Lalu
kenapa kalian dikejar pasukan kerajaan?"
"Itu
rahasia."
Dan
membeli mereka dan mengklaim kalau dia sudah mengenal mereka sejak kecil, dia
bisa menjamin identitas mereka. Baiklah, San akan mempercayainya. San lalu
menuang teh, tapi dia sembrono hingga membuat teh panas itu tumpah mengenai
tangannya.
Won
bergerak cepat menarik tangan San dan menjauhkan teko itu darinya. Tapi saking
cemasnya, dia malah tak sadar kalau dia masih memegangi teko air panas itu di
tangannya yang satunya.
Won
kontan menjatuhkan tekonya. Rin hendak mengambil lap, tapi kalah cepat dari
San. Dia langsung menempelkan lap itu di tangan Won sambil mengomeli
kebodohannya. Dan dan Rin tercengang melihat interaksi mereka.
Tapi
San salah paham mengira Dan mempermasalahkan teko yang pecah itu dan
menyalahkan Won sebagai biang keladinya, jadi suruh saja Won yang bertanggung
jawab. Dia lalu berterima kasih pada Dan dan buru-buru pamit.
Won
langsung mengikutinya seolah belum mau berpisah dan tanya apakah San tahu jalan
keluarnya. Tentu saja tahu, dia langsung jalan ke suatu arah dengan penuh
percaya diri... sampai saat Won bilang kalau dia salah jalan.
San
sontak balik arah. Tapi Won cuma mengerjainya lalu menuntunnya ke arah yang
tadi. Dan sedih melihat mereka.
Dalam
perjalanan keluar, San berkomentar kalau Won pasti harus ikut perburuan
selanjutnya. Won tidak mengerti perburuan apa. San berkata kalau tuannya saat
ini sedang sibuk menyiapkan perburuan untuk Raja. Katanya Won adalah pelayan
Putra Mahkota.
"Iya.
Tapi aku tak yakin kalau dia akan muncul. Dia orang yang malas."
San
berpikir kalau Tuannya Won pastilah seorang yang pemalas dan pemarah. Won
sering memikirkan kematian dan semacamnya. Dia pasti budak seorang penguasa
kejam sampai berpikir melakukan hal itu.
"Kau
tidak boleh memikirkan sesuatu seperti itu terjadi. Hak untuk membunuhmu"
San
kan sudah memberikan itu pada anjing. San mengklaim kalau dia membuangnya
karena dia takut kalau Won akan menggunakannya lagi. "Jadi sekarang, kau
tidak bisa mati sesuka hatimu, mengerti?"
Won
tersentuh mendengarnya, baiklah. San pun pamit. Won tanya apakah San akan pergi
ke perburuan, San hanya menjawab mungkin. San senang, kalau begitu sampai
ketemu di sana.
Ayahnya
Rin mewanti-wanti Rin untuk tidak menghela nafas panjang di tempat berburu
nanti. Ratu adalah seseorang yang mudah sakit hati. Orang yang mudah sakit
hati, sulit mengendalikan diri dengan baik. Jadi Rin harus selalu waspada.
"Aku
hanya harus berhati-hati. Tapi aku merasa tidak enak untuk Putra Mahkota. Dia
tidak bisa menunjukkan apa yang benar-benar ada di hatinya pada Raja atau Ratu.
Apa seorang anak akan merasa gugup setiap kali melihat orang tua mereka?"
Kanselir
Wang mengenang saat Putri Wonsung pertama kali tiba di negeri ini dulu. Ia baru
berusia 16 tahun. Dia seperti bunga magnolia yang baru mekar, sementara Raja
berusia sekitar 40 tahun. Beliau pasti seperti seorang pria tua yang
menyeramkan bagi Putri Wonsung.
Waktu
itu, Adik Kanselir Wang adalah Ratu pertama. Putri Wonsung waktu itu pasti
sangat terkejut. Datang ke sebuah negeri asing dengan hanya mempercayai Raja,
tapi Raja ternyata sudah punya istri dan seorang putra.
Putri
Wonsung muda tampak gugup saat dia pertama kali masuk ke istana Raja. Raja
menyambutnya dengan senyum dan di belakangnya ada Putri Jeong Hwa (Mantan Ratu
yang diturunkan dari jabatannya) dan Putranya yang mungkin seusia Putri Wonsung
saat itu.
"Dia
pasti ketakutan karena hamil di usia muda. Dia pasti juga hidup dalam
kesedihan. Dia pasti mencintai Raja. Tapi bagi Raja, Putri Wonsung hanyalah
sebuah beban dari sebuah negeri asing."
Saat
Wang Won lahir, Putri Wonsung tampak cemburu melihat kemesraan Raja dan Ratu
yang tengah menimang Wang Won bayi. Kesal, dia langsung membanting piring dan
menuduh Ratu telah membuat cucu Kubilai Khan menangis.
Ratu
mencoba menenangkan Putri Wonsung dengan menawarinya teh. Tapi Putri Wonsung
terus berteriak-teriak hingga Ratu terpaksa harus berlutut di hadapannya. Tapi
Putri Wonsung jadi semakin kesal dan langsung menyiram teh itu ke muka Ratu.
Setelah
kejadian itu, Ratu dikirim ke istana terjauh dan tak pernah lagi melihat Raja,
sementara putra mereka (Pangeran Gang Yang) dikirim ke kuil. Karena itulah,
Kanselir Wang memperingatkan Rin untuk berhati-hati terhadap Putri Wonsung.
Permaisuri
Wonsung sendiri tengah menikmati alunan musik sambil memikirkan kemungkinan
untuk menyingkirkan Rin. Tapi jika satu-satunya teman putranya meninggalkannya,
maka putranya akan sendirian.
Pelayannya menyangkalnya, Putra Mahkota masih
memikili ibunya. Permaisuri Wonsung lama-lama kesal dan langsung membentak para
pemusik.
Raja
tak bisa tenang dalam tidurnya. Saat dia membuka mata, pandangan matanya tampak
agak kabur dan dia seperti berkhayal melihat seorang wanita sedang menyalakan
dupa. Raja mengira masih bermimpi, tapi kemudian terdengar suara Song In
menyapanya.
Song
In berkata kalau wanita ini hanya dia suruh untuk menyalakan dupa secara
diam-diam untuk Raja. Dia mengklaim kalau wanita ini belajar ilmu medis dan
cukup berbakat. Raja tanya siapa nama wanita itu.
Wanita
itu berbisik mau pergi saja, tapi Raja malah menyuruhnya mendekat untuk
memeriksa nadinya. Tapi wanita itu ternyata Bu Yong, sepertinya ini sudah
direncanakan. Saat Bu Yong memerksa nadi Raja, tiba-tiba dia menangis dan
pura-pura bersimpati pada Raja. Ia pasti sangat kesakitan tapi tak bisa
menunjukkannya karena ia seorang Raja.
Dengan
sengaja dia mendekat untuk memeriksa nadi lehernya Raja sambil menutup mata.
Lalu saat dia membuka mata, dia pura-pura kaget dan hampir terjatuh. Raja sigap
menangkapnya dan menanyakan kondisinya.
Dengan
mata berkaca-kaca, Boo Yong tanya sudah berapa lama Raja tidak tidur nyenyak
tanpa mimpi buruk. Raja tampak mulai tertarik padanya dan tanya namanya tanpa
melepaskan genggeman tangannya.
Gae
Won dan temannya tengah berusaha menipu dua orang pria yang lewat dengan
pura-pura jadi ibu hamil dan membuat kehebohan di hadapan mereka. Gae Won
memanfaatkan kesempatan untuk menarik kotak yang mereka bawa hingga isinya
berhamburan.
Kotak
itu ternyata berisi panah-panah khusus milik Raja. Diam-diam mereka
menyembunyikan masing-masing satu buah lalu buru-buru pergi. Mereka memang
disuruh untuk mengambil sedikit tanpa diberitahu apa alasannya.
Rombongan
Raja pergi ke Bokjeonjang keesokan harinya. Menteri Eun dan Bi Yeon menyambut
mereka di gerbang. Raja menyapa mereka dengan ceria, sementara Bi Yeon
menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Rin
tanya apakah Won tidak mau menyapa Putrinya Menteri Eun. Won tidak mau,
"Aku harus bilang apa? Akulah yang menyebabkan kau memiliki bekas luka itu
tujuh tahun yang lalu, haruskah aku mengatakan itu?"
"Kau
bisa menyapanya saja. Itu bisa meringankan rasa bersalahmu."
"Tidak
mau. Itu terdengar egois."
Kasim
Choi melapor kalau Wang Jeon sudah merencanakan segalanya dan bicara dengan
sangat manis pada Yang Mulia. Seandainya saja Putra Mahkota bisa melakukan
sesuatu seperti itu pada saat seperti ini.
Won
sendiri malah sibuk mencari San, tapi dia tidak kelihatan dan menyuruh Won
untuk mencarinya. Lalu apakah Rin harus menjaga jarak San dari Won. Iya, San
tidak boleh melihatnya tapi dia ingin selalu melihat San.
Rin sontak menahan
senyum geli mendengarnya. Begitu rombongan Raja masuk, Song In langsung memberi
isyarat pada Moo Suk.
Rin
berkeliling mencari keberadaan San, tapi malah mendapati Gae Won dan temannya.
Rin masih ingat kalau mereka adalah para preman yang membawa senjata tajam 7
tahun yang lalu untuk menyerang rombongan keluarga Menteri Eun.
Dia
lalu melihat si pria betopi jerami yang mendekati mereka. Moo Suk menoleh
padanya, tapi tepat saat itu, ada sebuah kereta lewat dan Rin menyembunyikan
dirinya tepat waktu. Dia melihat kedua preman itu menyerah sebuah anak panah.
Moo
Suk hendak pergi saat San lewat dan tak sengaja menubruknya. Makanan yang
dibawanya tumpah mengenai lengan Moo Suk. Saat dia tengah berusaha
membersihkannya, saat itulah dia melihat tato ular di tangan Moo Suk. Moo Suk
cepat-cepat menampik tangannya dan pergi dan San langsung membuntutinya.
Rin
langsung memelintir tangan Gae Won dan merampas uang perak di tangannya. Benda
berharga apa yang sebenarnya mereka jual. Tapi kemudian dia mendapat jawaban
dengan sendirinya saat temannya Gae Won panik memegangi tubuhnya.
Rin
langsung menyingkap bajunya dan di situlah dia mendapati anak panah milik Raja
itu. Rin sontak cemas menyadari apa yang akan terjadi.
Moo
Suk menyadari San yang membuntutinya. Tapi San bergegas menyembunyikan diri.
Dia gemetar menahan amarah teringat kematian Ibunya dan langsung menarik
sebilah belati.
Rin
menyerahkan kedua preman ke prajurit lalu bergegas pergi ke area perburuan,
tapi malah diberitahu kalau Putra Mahkota dan Raja sudah masuk kedalam hutan
bersama dengan Wang Jeon juga.
Jeon
tiba-tiba kembali dan kelihatan panik, dia berkata kalau dia tidak melihat Raja
setelah beliau menantang Putra Mahkota berlomba tadi. Para pengawal mereka juga
tidak ada. Rin tambah panik dan bergegas menyusul kedalam hutan.
Won
tersesat sendirian di hutan. Dia berusaha memanggil-manggil Raja, tapi tak ada
jawaban. Tapi kemudian dia melihat ada seseorang di depan, Rin pun bergegas
mengejarnya.
Moo
Suk melihat Raja yang berkeliaran sendirian dan mulai membidiknya, tanpa
menyadari San yang ada di belakangnya. Pada saat yang bersamaan, Rin juga
menemukan Raja. Tapi dia juga melihat Moo Suk yang tengah membidik Raja.
San
hendak menyerang Moo Suk, tapi Song In memergokinya dan dengan cepat mengambil
alih belatinya dan tanya siapa dia.
Tepat
saat itu juga, Won tiba di tempat yang sama dan Moo Suk pun langsung
menembakkan anak panahnya tepat menyerempet telinga Raja sampai Raja terjatuh
dari kudanya dan telinganya berdarah.
Dia
melihat Won tiba di sana saat itu dan langsung menuduh Won mencoba membunuhnya.
Panik, Rin dengan sengaja membidik Won dengan anak panah yang ada padanya,
mungkin demi menyelamatkan Won dari tuduhan dengan membuat seolah mereka
berdualah sasarannya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^