SINOPSIS
Suspicious Partner Episode 36
Sumber gambar: SBS
Setelah
cukup lama, Ji Wook sadar juga. Semua orang mengerubunginya dengan khawatir.
Apa dia baik-baik saja? Dia mengingatnya? Tuan Byun menunjuk dirinya, ia adalah
ayahnya. Apa dia mengingatnya?
Ji
Wook mengernyit, “Anda siapa?”
Tuan
Byun sampai kaget melihat reaksinya. Ji Wook tersenyum menikmati keterkejutan
mereka. Mereka pun bisa bernafas lega karena tak terjadi sesuatu yang fatal
pada Ji Wook. Peka dengan suasana disana, Eun Hyuk dan Tuan Bang menyeret Tuan
Byun untuk keluar dan membiarkan Ji Wook berbicara dengan Bong Hee.
Diluar,
Tuan Byun masih komplain karena mereka berdua menyeretnya begitu saja. Memangnya
ada apa sih?
Eun
Hyuk dan Tuan Bang kesal dengan ketidak-pekaan Tuan Byun. Mereka harus
memberikan Bong Hee dan Ji Wook berbicara. Ah, mereka berdua.. ah, dia paham
sekarang. Kenapa mereka tak mengatakannya dari tadi?
Tuan
Byun pergi ke WC. Eun Hyuk dan Tuan Bang masih berdiri didepan pintu
menempelkan telinganya, berusaha menguping pembicaraan Bong Hee dan Ji Wook.
Ji
Wook meminta maaf pada Bong Hee. Suara Bong Hee bergetar menahan tangis, dia
khawatir dengan Ji Wook yang terluka karenanya.
“Jika
kau melakukan itu lagi, aku akan benar-benar marah kepadamu. Kau harus
benar-benar minta maaf kepadaku. Kau kehilangan pekerjaan karenaku, dan kau
terus tersakiti karena aku.” Tangisnya.
Hyun
Soo masih terus mengingat bagaimana ia menusuk perut Ji Wook. Sementara Yoo
Jung yang tengah mengintrogasi terus mencecarnya, ingatannya sudah kembali kan?
Dia Jung Hyun Soo kan? Dia tahu alasannya berada disana sekarang?
Yoo
Jung melemparkan foto chef yang dibunuhnya dan juga pisau yang ia gunakan untuk
membunuh Lee Jae Ho dan Bang Eun Ho. Itu ditemukan di tempat tinggalnya dan ada
sidik jarinya pula. Dia tidak ingat?
Hyun
Soo terus diam dan menatap Yoo Jung dengan tajam. Yoo Jung lelah sendiri,
baiklah, tunggu saja sampai dia kehilangan haknya untuk tetap diam. Hyun Soo
pun kemudian dimasukkan kembali ke sel tahanan.
Ji
Wook terbangun dari tidurnya dan menemukan Bong Hee tidur disamping ranjang. Ia
membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Bong Hee menggeliat kemudian
bangun dari tidurnya, ia kaget melihat Ji Wook sudah duduk menatapnya.
Dengan
santai, Ji Wook memberikan kode supaya Bong Hee mengelap air liur disudut
bibir. Bong Hee menanyakan kondisinya, apa luka tusuknya sudah membaik? Apa
boleh dia melihatnya?
Tidak
boleh, lukanya sangat jelek. Bong Hee yakin kok kalau lukanya akan tetap cantik
dan seksi. Opss, keceplosan. Ia buru-buru meminta maaf karena tak bisa memisahkan
antara urusan pribadi dan pekerjaan. Ji Wook tak masalah, dia malah
menyukainya.
Karena
rambutnya awut-awutan, Bong Hee mau ke toilet membasuh wajahnya. Ji Wook
memanggilnya, dia ingin membicarakan masalah yang sangat penting dengannya. Belum
sempat mengatakan apapun, Tuan Byun dan Tuan Bang masuk ke kamar Ji Wook
membawa Jae Hong.
Jae
Hong dengan perhatian menanyakan kondisi lukanya, dia ingin melihat itu. Ji
Wook melarang. Tuan Byun menyuruhnya supaya menunjukkan pada mereka saja,
lagipula menunjukkannya tidak akan membuat lukanya memburuk.
Ini
belum sembuh.. Ah, Ji Wook meringis kesakitan karena berteriak. Bong Hee
menyalahkan Tuan Byun yang menyebabkan Ji Wook sakit lagi. Ji Wook berkata
kalau Bong Hee sebenarnya lebih buruk karena dia juga ingin melihat lukanya.
Ji
Wook kemudian menyarankan pada Jae Hong supaya melihat luka Tuan Bang saja,
luka tusuknya lebih besar. Jae Hong menggeleng polos, dia tak perduli
dengannya. Tuan Bang kesal, dia juga tidak tertarik dengannya.
“Omong-omong,
Seonsaengnim sakit juga?”
Bong
Hee heran, “Aku? Aku baik-baik saja.”
“Wajah
dan rambutmu terlihat aneh.”
Bong
Hee kesal menerima komplain dari anak kecil. Lebih baik dia cepat pulang saja.
Tuan Byun cekikikan, anak itu ternyata punya mata yang bagus. Bong Hee kontan
meliriknya sebal. Tuan Byun balik melotot, apa!
“Aku sungguh tidak bisa menunggu untuk keluar dari RS. Masuk RS lebih
melelahkan.” Keluh Ji Wook.
Eun
Hyuk berdiri didepan kantor Yoo Jung dengan ragu. Ditengah keraguannya, pintu
terbuka dan seketika ia bingung untuk berbicara apa. Yoo Jung mengernyit heran,
kenapa dia ada di kantornya?
“Benar,
ini kantormu. Bagaimana kondisi kepalamu? Ada gejala lain? Gejala seperti sakit
kepala, pusing atau hilang ingatan. Kau mengalami hal seperti itu?”
Iya,
jawab Yoo Jung. Eun Hyuk mendelik khawatir. Tapi Yoo Jung menambahkan dengan
berkata kalau dia merasa depresi. Eun Hyuk yakin semuanya akan segera membaik. Jung
Hyun Soo yang menjadi biang masalah akan segera ditangkap.
Dan,
ia menyuruh Yoo Jung mengambil bekal makanan yang sudah dibawanya. Dia selalu
melewatkan makan. Dia harus makan supaya kuat begadang. Yoo Jung tersenyum
menerimanya, terimakasih.
Setelah
membaik, Ji Wook boleh pulang. Tuan Bang membantunya berjalan, Bong Hee
memperhatikannya dengan khawatir. Ia pun naik ke kamarnya untuk mengantarkan
obat dan bubur. Dia melarang Ji Wook bekerja sampai sepenuhnya pulih.
Ji
Wook meyakinkan kalau dia baik-baik saja, mereka harus segera rapat. Tidak
bisa, Bong Hee tahu kalau dokter tidak memperbolehkannya bekerja. Dia diperbolehkan
pulang dengan syarat itu.
Ia akan mengurusnya sebagai rekan kerja, ia akan
merasa bersalah kalau sampai Ji Wook tidak mengijinkannya. Ia akan terus
memukuli dirinya sendiri, karena Ji Wook yang terluka, bukan dirinya.
Bong
Hee meletakkan bubur dihadapannya, ia harus minum obat. Ji Wook cemberut
soalnya dia tidak menyukai bubur. Bong Hee tidak mau mendengar alasan apapun
dan meletakkan sendok ditangannya. Terpaksa, Ji Wook pun harus melahap bubur
itu.
Saat
sedang membersihkan luka, Bong Hee sigap membantunya meskipun Ji Wook melarang.
Ia meniupnya luka Ji Wook supaya tidak perih, tapi Ji Woo malah merasa geli.
Keduanya pun tanpa sengaja saling bertatapan.. lama.
Canggung,
Bong Hee buru-buru mengambil plester untuk menutup lukanya. Tapi Ji Wook
melarang, dia akan melakukannya sendiri. Bong Hee menurut, ia memberikan
plesternya kemudian bergegas pergi.
Tuan
Bang menemui Ji Wook untuk melaporkan hasil penyelidikannya tentang insiden
kebakaran di rumah Ji Wook. Sebenarnya, semua tak ada yang pasti karena kejadiannya
sudah sangat lama. Tapi ada kemungkinan itu kebakaran yang tak disengaja, bukan
karena dibakar seseorang. Hanya kesimpulan itu yang terbaik saat ini.
Ji
Wook menghela nafas dalam, lantas bagaimana ia menjelaskannya pada Bong Hee?
Sepulang
kerja, Ji Wook mengajak Bong Hee untuk bicara. Alasan kebakaran sampai sekarang
belum diketahui. Tapi satu alasan yang pasti, Ayah Bong Hee bukanlah pembakar
yang menyebabkan kematian orangtuanya.
Sebenarnya,
itu kebalikannya. Ayah Bong Hee menyelamatkan dia dan meninggal karena
orangtuanya. Bong Hee pening mendengarkan penjelasan yang begitu tiba-tiba itu,
lantas kenapa ayahnya dituduh menjadi pembunuh mereka? Apa yang sebenarnya
terjadi?
Ji
Wook tertunduk merasa bersalah, “Itu karenaku. Aku membuat kesalahan saat
bersaksi. Aku bilang kalau ayahmu adalah pelakunya. Aku memberi informasi yang
salah saat bersaksi.”
Ekspresi
Bong Hee berubah menegang, kenapa? Kenapa dia melakukan itu? Jawab
pertanyaannya. Katakan apapun yang bisa membuatnya paham.
Pada
saat itu, Ji Wook mengira kalau dirinya lupa ingatan untuk sementara karena
syok. Pengacara Distrik, Jang Moo Young, yang menyalahtuduhkan ayah Bong Hee
dan menyembunyikan kesalahannya.
Oleh
karena itu, sepertinya dia sengaja menuduh Ayah Bong Hee karena tubuhnya berada
di TKP. Penuntut saat itu, dia tak kenal ampun pada kesalahan dibandingkan
sekarang. Alasan apapun yang ia berikan, Ji Wook mengakui kalau ini semua
salahnya.
Bong
Hee sungguh tak bisa bereaksi apapun. Ia syok sampai terus terdiam dan air mata
menggenang dipelupuknya.
Sambil
menatap ponsel, Ji Hye terus merutuk karena melakukannya dengan terlalu cepat.
Bahkan sekarang Eun Hyuk tidak meneleponnya sama sekali. Ia melempar ponselnya
dengan sebal, Ji Eun Hyuk berengs*k.
Terdengar
suara seseorang memasukkan passcode. Ji Hye buru-buru menghapus air matanya.
Bong Hee melihatnya, apa dia menangis? Aish, Ji Hye kesal. Seharusnya dia
pura-pura saja tidak melihatnya.
Air
mata Bong Hee menggenang, ia menghampiri Ji Hye dan langsung memeluknya. Ji Hye
berkata kalau dia baik-baik saja. Dia tidak seharusnya menangis karenanya. Ia
tidak sesedih itu. Bong Hee masih terus memeluk Ji Hye dengan sesenggukan. Ji Hye
jadi tak tahan, ia pun kembali menangis dan semakin sedih karenanya.
“Jangan
menangis.” Ucap keduanya saling menguatkan.
Eun
Hyuk kembali membantu Yoo Jung dengan membawakan file-file miliknya. Yoo Jung
rasa belakangan ini Eun Hyuk sangat baik padanya. Eun Hyuk cuma kebetulan saja
lewat, tak disangka malah disuruh membawa berkas. Apa Yoo Jung mau membacanya
lagi di rumah? Tidakkah dia bekerja terlalu keras?
Yoo
Jung menatap Eun Hyuk untuk memastikan, apakah betul apa yang ia lakukan
hanyalah kebetulan? Dia selalu membantunya saat mengalami waktu yang sulit. Eun
Hyuk mengiyakan pertanyaannya. Yoo Jung tampak kecewa, sepertinya dia sudah
salah paham. Mereka kan teman baik.
Sesampainya
dirumah, Yoo Jung kelihatan sedih. Tapi dia memantapkan hatinya, dia sudah
melakukan hal yang benar.
Jaksa
Jang malas sekali harus menerima kedatangan Tuan Byun di kantornya. Tuan Byun
menyuruhnya supaya tidak menunjukkan ketidaksukaannya dengan begitu jelas. Dia
juga datang kesana bukan karena menyukainya.
“Kalau
begitu anda harus pergi.”
Setidaknya,
Tuan Byun akan memberitahukan alasan kedatangannya kesana. Ia akan memberitahukan
sesuatu yang mungkin membuatnya terluka. Kematian Hee Jun, bukan Bong Hee
pelakunya. Tapi pria hilang ingatan itu, Jung Hyun Soo.
Jaksa
Jang masih menyangkal. Tuan Byun tahu kalau Jaksa Jang orangnya tidak
perdulian, merasa benar sendiri dan tak mendengarkan orang lain. Tapi dia bukan
orang yang bodoh. Kalau melihat bukti yang tak langsung, dia akan sadar kalau
Jung Hyun Soo-lah pelakunya.
Dia
memintanya melihat kasusnya dengan seksama. Berhentilah mengusik hubungan Ji
Wook dan Bong Hee. Ji Wook lahir untuk menjadi jaksa, jadi kembalikan-lah dia keposisinya.
Meskipun
seolah tak mau mendengarkan ucapan Tuan Byun, tapi Jaksa Jang kembali
membandingkan berkas kasus pembunuhan Hee Jun dan pembunuhan tanki air. Dia
berjalan meninggalkan ruangannya menuju ke suatu tempat.
Namun
ia berpapasan dengan Bong Hee. Bong Hee membungkuk salam padanya, ia berniat menemuinya.
Jaksa Jang heran, dia mau mengunjunginya?
Ya.
Bong Hee ingin memberitahunya kalau dia harus hidup dengan lebih baik. Jelas
Jaksa Jang tersinggung, apa? Bong Hee mengatakan kalau ayahnya adalah Eun Man
Soo. Dia adalah kambing hitam yang Jaksa gunakan untuk menutupi kesalahanya.
“Itu..”
Dengarkan
saja! Sela Bong Hee. Ayahnya tidak pernah menjadi pelaku pembakaran dan dirinya
bukanlah pembunuh Hee Jun. Tapi Jaksa Jang pikir dirinya selalu benar dan tak
pernah melakukan kesalahan. Parahnya,
dia bahkan memalsukan bukti dan menganiayanya.
“Anda
pernah berpikir bagaimana hidup dari keluarga yang sudah anda hancurkan? Atau
bagaimana ibuku hidup? Anda pernah berpikir betapa sulitnya hidupku karena yang
sudah Anda lakukan kepadaku? Anda tidak tahu, kan? Tidak tertarik juga,
ternyata.”
Bong
Hee menekankan sekali lagi, “Aku akan memberitahu lagi. Ayahku tidak bersalah
dan tidak melakukan kesalahan. Anda-lah yang membuat kesalahan.”
Setelah berhasil menenangkan dirinya, Bong Hee kembali ke kantor. Ia berpapasan dengan Ji Wook. Keduanya saling menatap tanpa tahu harus bersikap bagaimana. Namun untuk kali ini, Bong Hee memilih untuk mengabaikannya.
Tapi
Bong Hee tetap menepati janjinya, dia naik ke ruangan Ji Wook untuk merawat
lukanya. Ji Wook menolak untuk kali ini, dia sungguh baik-baik saja. Dia bisa
melakukannya sendiri. Bong Hee meminta supaya Ji Wook membiarkan dia merawat
lukanya. Bukankah dia merasa bersalah padanya?
Ji
Wook tak bisa mengelak, ya.
Bong
Hee tahu kalau Jaksa Jang punya kesalahan yang lebih besar. Bagaimanapun, Ji
Wook sudah membuat kesalahan dalam bersaksi. Jadi dia memintanya menunggu. Baik
dia akan memaafkannya atau akan membiarkannya.
Untuk
kali ini, Ji Wook meyakinkan kalau dia sungguh bisa mengobati lukanya sendiri.
Bong Hee pun akhirnya membiarkannya. Baiklah kalau begitu. Ia akan pergi.
Ji
Wook menahan tangannya, “Terimakasih telah kembali.”
Bong
Hee tidak kembali untuk selamanya. Dia akan mencoba memisahkan pekerjaan dan
urusan pribadi. Ia akan memberi pikirannya waktu untuk memilah-milah. Ji Wook
mengiyakan, tapi itu saja sudah cukup untuknya.
Rapat
kali ini, semua orang ribut otot-ototan sendiri. Jae Hong sibuk merekam mereka.
Ji Wook sampai marah, dia menyuruh mereka semua untuk serius dan untuk Jae
Hong, berhentilah merekam mereka.
Tuan
Byun malah senang direkam, dia mengusap rambut klimisnya. Ia rasa cukup bagus.
Eun Hyuk yang sadar sedang direkam pun ikutan nimbrung dan menunjukkan v
sign-nya.
Seusai
rapat, Bong Hee menonton rekaman itu sambil senyum-senyum. Dia kemudian
memotong bagian Ji Wook marah-marah dan menuntonnya berulang kali. Ia pun
tersenyum getir karenanya.
Ji
Wook kembali menemui Hyun Soo, dengan sopan dia bertanya apakah dia
mengenalinya? Hyun Soo malah tertawa, berkat Ji Wook. Kontan Ji Wook marah
dengan sikap menyebalkannya.
Sekarang,
dia sudah tak punya lubang untuk menyelamatkan diri lagi. Dia dituduh atas dua
kali percobaan pembunuhan termasuk yang dia lakukan padanya. Ia memastikan akan
membuktikan kalau Hyun Soo membunuh dua orang itu. Sistem di negeri ini penuh
ampunan pada orang yang mengakui kesalahannya. Tapi b*jingan sepertinya tak
pantas menerima ampunan.
Pfft..
Hyun Soo menahan tawa. Ji Wook makin terpancing emosi, Kenapa? Dia masih tidak
tahu? Dia masih belum paham apa yang
terjadi?
Hyun
Soo tertawa, “Bukan, bukan. Bukan begitu. Ini hanya spekulasi, tapi seseorang
mungkin saja masih ada di pihakku. Jadi karena itulah...”
Masih
diruang interogasi, Hyun Soo bosan dibuatnya. Yoo Jung bertanya, apakah dia
memutuskan untuk bicara sekarang?
Hyun
Soo mengangguk. Pertama, dia memang membunuh mereka semua. Dia akan
menceritakannya satu persatu. Dari Kasus Apartemen Supa, terus disana mereka
menemukan dua mayat kan? Yang satu namanya Sung Jae Hyun. Dia satu sekolah
dengan Jin Woo.
Satu
lagi, namanya adalah Jang Hee Jun. Pada mulanya, dia tak bertujuan untuk
membunuhnya. Tapi karena Eun Bong Hee melihat dia membunuh di atap, dia pergi
mencarinya tapi malah bertemu dengan Hee Jun.
Dari
ruang pantau, Jaksa Jang melihat jalannya interogasi. Hyun Soo menambahkan
kalau dia menusuk Hee Jun, tapi Hee Jun malah merengek ‘Ayah, selamatkan aku’.
Dia terus menangis. Hyun Soo tertawa mengingat kejadian itu.. sungguh cengeng,
dia tak suka dan menusuknya kembali sampai mati.
Jaksa
Jang kembali keruangannya dengan marah. Tapi kemarahannya berubah kepedihan
saat ia melihat foto Hee Jun. Ia memeluk foto itu, merindukan putranya.
Bong
Hee pergi ke kantor kejaksaan untuk menemui Ye Jin. Jaksa Jang yang hendak
keluar berpapasan dengannya. Tak disangka, dia tiba-tiba mengucapkan maaf pada
Bong Hee. Bong Hee agak terkejut, tapi dia menolak memaafkannya. Jaksa Jang
cuma mengangguk dan berjalan pergi.
Masih
aneh, Bong Hee terus memperhatikan kepergiannya.
Hyun
Soo dibawa oleh polisi keluar dari ruang interogasi. Tapi sudah ada orang yang
menunggunya didepan pintu, orang itu kemudian berbisik pada petugas polisi
kemudian membawa Hyun Soo pergi. Orang itu membawanya masuk ke dalam mobil..
dan Jaksa Jang ada di dalam mobil itu.
Jin
Wook berjalan masuk ke kamarnya. Dia kemudian langsung membuka lemari dan
mengambil jubah jaksa yang tersimpan dalam lemari. Rupanya ia sudah lulus ujian
perekrutan jaksa berpengalaman.
Hwahhh... jin wook jd jaksa lagi. Daebak..
BalasHapusTrims sinopsisnya :-)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus😍😍😍😍,,jin wok,,,penjarain hyun soo yaa,biar nda mbunuh orang lg
BalasHapusWaduh...jangan2 hyun soo mo d bunuh sm jaksa jang 😱😱
BalasHapusAtau jangan2 jaksa jang mau ngajak bunuh diri bareng sm hyun soo
BalasHapusPreview ep 37nya donx...
BalasHapusBikin penasaran.. Kapan eps 37 dstnya ya?
BalasHapus