SINOPSIS Strong
Woman Do Bong Soon Episode 10 Bagian 2
Sumber gambar:
jtbc
Bong
Soon menyetrika bajunya sambil menari-nari bahagia. Ibu keheranan melihat
putrinya masih dirumah. Bong Soon dengan ceria mengatakan jika Bos-nya sungguh
baik hati, membiarkannya pulang karena besok bekerja.
“Lalu
siapa yang mengurus Menantu Ahn?”
“Aku
tidak tahu. Dia pasti sendirian. Dia tidak boleh sendirian. Aku harus pergi
menemuinya.”
Ibu
melarang Bong Soon dan akhirnya dia sendiri yang datang ke rumah sakit. Menyuapi
menantunya ceker ayam pedas menggunakan sarung tangan bedah. Min Hyuk membuka
mulutnya dengan terpaksa, memakan suapan Ibu. Kontan Min Hyuk mangap-mangap,
ceker ayamnya terlalu pedas untuknya.
Bong
Ki masuk ke bangsal Min Hyuk, ia dengar jika Min Hyuk akan keluar rumah sakit
besok. Min Hyuk membenarkan, lukanya sudah tidak terlalu sakit dan banyak
pekerjaan yang sudah menunggunya. Bong Ki berdecak heran melihat Ibu
menggunakan sarung bedah untuk menyuapi makanan.
Ibu
sih masa bodo, soalnya sarung tangannya enak digunakan, merekat di tangan. Ibu
kembali menyuapkan ceker ayam. Min Hyuk menolak namun Ibu menyuruhnya supaya
tidak usah sungkan-sungkan di antara mereka.
Terpaksa,
Min Hyuk memakan suapan Ibu lagi. Dengan gemetaran menahan pedas, Min Hyuk
menuangkan air minum. Namun airnya habis dan Ibu pergi untuk mengisi wadah
airnya lebih dulu.
Min
Hyuk memohon pada Bong Ki supaya menyuruh Ibunya untuk pulang. Tapi Bong Ki
sendiri tidak bisa melakukannya, Ibu tidak akan mendengarkan ucapan orang lain.
Min Hyuk putus asa, merana harus merasakan ceker ayam super pedas buatan Ibu.
Di
koridor rumah sakit, Ibu malah berpapasan dengan Baek Tak yang wajahnya
membengkak. Baek Tak membungkuk hormat pada Ibu. Ibu menanyakan kondisi
wajahnya, seharusnya kemarin dia saja yang menghantam wajah Baek Tak. Dia tidak
akan membuat wajahnya menjadi separah itu.
Baek
Tak meminta maaf karena sudah melakukan hal yang buruk. Putri Ibu yang sudah
membabad habis karyawannya sehingga ia ingin membalasnya dan mengembalikan
reputasinya kembali.
Ibu
berjalan pergi melewati bangsal para gangster yang pintunya terbuka. Dia cuma
bisa berdecak sinis, bagaimana bisa mereka melakukan itu pada anakku? Makan diatas
kamar tidur lagi. Baek Tak buru-buru menutup pintu ruangan anak buahnya. Ia
mendesis kesal, malu akan kekalahan anak buahnya sendiri.
Malam
harinya, Ibu menginap di ruangan Min Hyuk dan tidur di sofa. Ia masih terjaga,
memandangi wajah rupawan Min Hyuk yang mampu membuatnya terpesona. Tak
henti-hentinya dia memuji wajah Min Hyuk yang dianggapnya cantik.
Disebuah
kastil, seorang wanita bergaun merah tampak tengah memandangi pemandangan malam
yang cantik. Juliet Bong Soon membantin dengan bahasa inggris yang puitis. Dia
sampai mendesis sendiri, saking lebaynya dengan narasi itu. Ia memanggil nama
Romeo sepenuh hati.
Datanglah
Romeo Min Hyuk, “Juliet.”
Juliet
Bong Soon terkejut dengan penampilan Romeo-nya, orang korea? Romeo mengangguk,
memangnya kenapa? Juliet semakin terkejut, apakah Romeo menyukai perempuan? Tentu
saja, Romeo tergila-gila dengan seorang wanita.
Keduanya
sama-sama tertawa garing. Romeo menghentikan tawanya kemudian memegang tengkuk
Juliet, menatap kedua manik matanya dengan intens. Juliet mengedip-ngedipnya
matanya dengan malu. Romeo perlahan mendekatkan wajahnya pada Juliet. Juliet
pun reflek memejamkan matanya, menantikan sentuhan bibir Romeo padanya.
Gyeong
Sim menepuk bibir Bong Soon yang sudah monyong-monyong sambil tidur. Kontan
Bong Soon terbangun dari mimpi manisnya. Gyeong Sim tanya, apa dia sedang kesulitan
melepaskan rasa frustasinya? Bong Soon tidak menanggapi ucapan Gyeong Sim, dia
bersemangat untuk berangkat kerja.
Sebelum
berangkat kerja, Min Hyuk mampir ke toko tas dan membeli salah satu tas yang direkomendasikan
oleh pelayan.
Sesampainya
di kantor. Bong Soon melenggang santai menuju ruangan Min Hyuk. Sekretaris Gong
tiba-tiba muncul memberikan sambutan. Dia mengucapkan selamat atas pekerjaan
barunya. Bong Soon sungguh terharu mendapatkan sambutan meriah dari Sekretaris
Gong dan karyawan lainnya.
Bong
Soon masuk ke ruangan Min Hyuk, ia tak menyangka jika Min Hyuk sudah
dipulangkan dari rumah sakit. Min Hyuk meralat ucapan Bong Soon, bukan
dipulangkan melainkan melarikan diri dari sana. Ia pun memberikan hadiah untuk
Bong Soon, selamat telah bergabung dalam tim perencanaan dan pengembangan.
Bong
Soon membuka kado yang diberikan Min Hyuk, isinya adalah tas cantik dan kartu
tanda pengenalnya. Dia semakin girang apalagi saat Min Hyuk mengalungkan tanda
pengenal itu dilehernya. Ia berjanji akan bekerja keras, ia akan melakukannya
dengan baik. Jadi dia akan bergabung di Tim mana?
Min
Hyuk mewanti-wanti agar Bong Soon bekerja dengan baik. Jika lengah maka ia akan
dipecat. Bong Soon mengerti, ia mencium kartu tanda pengenalnya dengan penuh
cinta.
Min Hyuk pun berdiri didekat meja kerja Bong Soon yang sudah ia beri
tulisan Tim Perencanaan dan Pengembangan, “Ta da! Tim Perencanaan dan
Pengembangan.”
Hahaha.
Kontan ekspresi bahagia Bong Soon berubah sepenuhnya, tidak heran jika ada yang
tidak beres. Rasanya aneh saat semua kemauannya terwujud. Min Hyuk menjelaskan
jika anggota tim perencanaan dan pengembangan adalah orang-orang tercerdas di
perusahaannya. Jika dia langsung masuk kesana, orang-orang akan menganggap jika
ia pilih kasih.
Ia
tak ingin menjadikan Bong Soon sebagai anak buangan. Oleh karenanya, Bong Soon
harus magang dulu disana. Ucapan Min Hyuk tidak mengubah kesedihan di hati Bong
Soon. Dia tetap tidak punya bos, tidak punya rekan kerja dan tidak harus makan
siang sendirian.
“Bukan
begitu. Kita punya ketua tim. Kita punya orang terpandai di perusahaan kita.”
“Pemimpin
tim nya ada di sini?” tanya Bong Soon dengan mata berbinar-binar.
Min
Hyuk berjalan menuju pintu, bertanya-tanya kenapa pemimpinnya belum datang? Ia
tersenyum ke arah Bong Soon, soalnya pemimpinnya adalah dia sendiri. Ia
memperkenalkan dirinya dengan bahagia, pemimpin Tim Perencanaan dan
Pengembangan sementara, Ahn Min Hyuk. Dia mengulurkan tangannya sambil
melemparkan kedipan genit.
“Aku
Do Bong Soon...” ucap Bong Soon lemas.
Baiklah,
Min Hyuk berinisiatif untuk menjalankan rapat saat ini. Bong Soon keheranan,
kalau cuma berdua maka bukan rapat namanya, melainkan percakapan. Tidak ambil
pusing, Min Hyuk menelepon Sekretaris Gong supaya masuk ke ruangannya untuk
menjalankan rapat.
Sudah
ada tiga orang, Min Hyuk langsung memulai jalannya rapat. Bong Soon terduduk memegangi
kepalanya dengan frustasi. Min Hyuk cuma tersenyum polos melihat tingkah Bong
Soon.
Ibu
menelepon nenek yang mau datang ke rumah mereka. Dia mengingatkan supaya nenek
membawa ‘itu’. Ibu berharap supaya mereka bisa saling memaafkan dan dia tampak
baik dihadapan budha. Budha sudah mengirimkan Menantu Ahn yang baik. Yippo. Yippo.
Ditengah
jalannya rapat, seseorang bergaya flamboyan masuk ke ruang kerja Min Hyuk. Bong
Soon membeku di tempatnya berdiri, wajah pria itu sangat mirip dengan Gwang
Bok. Dia doppleganger? Bong Soon tidak bisa melepaskan tatapannya pada pria
itu.
Pria
itu memberikan dokumen sebuah proyek pada Min Hyuk. Min Hyuk langsung
menerimanya dan menyuruh pria itu, Ketua Tim Oh untuk meninggalkan ruangan.
Bong Soon masih tetap melongo menatap pria itu.
“Siapa
namanya?” tanya Bong Soon selepas kepergian Ketua Tim Oh.
Sekretaris
Gong menjelaskan jika pria itu adalah Ketua Tim One, Oh Dong Byung. Mereka memanggilnya
dengan sebutan cartilage. Bong Soon penasaran, apa dia punya kembaran?
Sekretaris Gong tidak tahu pasti, tapi sepertinya dia tidak punya. Sebelumnya,
dia pernah mengeluh kesepian karena menjadi anak satu-satunya.
Ponsel
Sekretaris Oh berbunyi, ia pun permisi untuk keluar. Min Hyuk menunjukkan
sebuah dokumen tapi Bong Soon masih terus memikirkan Ketua Tim Oh. Min Hyuk
sampai menjentikkan jarinya, tetap fokus!
Bong
Soon mengerti. Min Hyuk kemudian meminta pendapat Bong Soon, game seperti apa
yang ingin dia kembangkan. Bong Soon heran, apa mereka tidak menunggu
Sekretaris Gong kembali?
Ya,
orang yang meninggalkan rapat tidak dapat berpartisipasi dalam rapat lagi. Jadi
Min Hyuk menyuruhnya supaya mengatakan saja, game seperti apa yang ingin ia
kembangkan. Ah! Bong Soon ingin menciptakan game yang tidak mengandung
kekerasan, tidak mengarang, dan mendidik. Dengan kata lain, dia ingin
mengembangkan game yang sehat.
“Hmm..
jadi kau tidak ingin menghasilkan uang sama sekali?”
Tidak,
Bong Soon yakin game semacam itu bisa dimainkan oleh anak-anak dan orangtua. Namun
Min Hyuk langsung mematikan idenya, orangtua dan anak-anak tidak akan
menghabiskan uang untuk game. Jadi baiklah, sepertinya rapat mereka sudah
berakhir. Bong Soon tidak terima, sepertinya mereka belum melakukan apapun.
Bagi Min Hyuk, rapat mereka sudah sangat produktif.
Apanya
yang produktif? Tanya Bong Soon bingung. Min Hyuk sudah mendengar usulan Bong
Soon, nanti dia akan menyampaikannya pada Presdir.
Bong
Soon benar-benar bingung dengan cara kerjanya saat ini. Min Hyuk tidak
mendengarkan protesnya, dia mempersilahkannya untuk pergi ke toilet setelah
rapat. Bong Soon menegaskan jika dirinya akan pergi ke toilet kalau memang
menginginkannya. Min Hyuk santai, dia menyuruhnya untuk pergi sebelum dia
berubah pikiran. Karyawan magang harusnya bisa menjaga naluri alamiahnya.
Baru
saja keluar dari ruangan Min Hyuk, Ketua Tim Oh sudah menunggunya dengan gaya
mengerikan. Dia menyuruh Bong Soon untuk ikut bersamanya. Bong Soon seperti
anak anjing yang patuh mengekori Ketua Tim Oh.
Ketua
Tim Oh mencecarnya dengan nada tinggi, bagaimana dia bisa dekat dengan Presdir
Ahn padahal dia bukan sekretarisnya? Apa dia merasa dirinya cantik? Bong Soon
menggeleng, tidak sama sekali. Katanya dia harus magang sebelum masuk ke Proyek.
Ketua
Tim Oh menertawakan kekonyolan alasan Bong Soon, magang apaan? Dia membanting
barang-barang disana sambil menjerit marah. Dia tidak perduli meskipun banyak
gosip yang mengatakan jika Bong Soon adalah pembawa kekuatan hitam untuk
Presdir Ahn.
Bong
Soon kembali mengelak, dia bukan pembawa kekuatan. Ketua Tim Oh makin meradang
karena Bong Soon berani membalas ucapannya. Dia mengancam Bong Soon menggunakan
bogemnya dengan gaya centil kemudian mengibaskan jas-nya dengan kasar.
Pokoknya, baik-baik pada dia. Kalau bukan karena dirinya, mustahil Bong Soon
masuk ke Tim Proyek. Dan.. Jauh-jauh dari Presdir Ahn!
“Ngomong-ngomong,
apakah anda punya kembaran?” tanya Bong Soon hati-hati.
“J@l@ng
gila!” umpat Ketua Tim Oh sambil membanting pintu.
Bong
Soon cuma bisa diam ditempatnya berdiri dengan lutut lemas. Ketua Tim Oh
menakutkan sekali.
Sebelum
kembali, Bong Soon melongok ke ruang kerja Tim Proyek. Itu membuatnya sedih,
dia cuma bisa berangan-angan saja untuk bekerja disana. Bong Soon masuk ke
ruang kerja Sekretaris Gong, dia tidak ingin kembali ke ruangan Min Hyuk.
Tapi
baru duduk sebentar saja, sudah terdengar suara Min Hyuk yang memanggil-manggil
namanya. Min Hyuk terus memanggil nama Karyawan Magang Do dengan suara layaknya
penyanyi seriosa. Bong Soon masuk keruangan dengan wajah muram. Min Hyuk
kembali bergaya sok cool, bagaimana menurutnya pekerjaan disana?
Bong
Soon malas menjelaskan, sepertinya dia belum mulai kerja, jadi dia tidak terlalu
mengetahuinya. Min Hyuk menawarkan supaya mereka melakukan pesta penyambutannya
sebagai karyawan baru.
“Pesta
penyambutan? Hanya kita berdua?”
Min
Hyuk membenarkan. Bong Soon malas, dia tidak terlalu menginginkan pesta penyambutannya.
Kenapa? Min Hyuk penasaran apakah ada yang salah dengan lingkungan kerjanya?
Sekretaris
Gong masuk ke ruangan mereka, dia minta maaf sudah meninggalkan rapatnya. Bong
Soon menghentikannya dan menyuruh dia menyampaikan pesan pada Min Hyuk yang ada
dihadapan mereka.
“Bisa
tolong jelaskan pada Presdir? Ini sangat berbeda dari apa yang dijanjikan. Tolong
katakan padanya kalau ini konyol. Tolong beritahu dia untuk memberikan
pekerjaan yang sesungguhnya! Terima kasih.”
Bong
Soon masuk ke ruang kecilnya dan menutup jendelanya dengan marah. Min Hyuk cuma
merenges sambil geleng-geleng kepala.
Tidak
lama kemudian, Ketua Tim Oh sudah ada diruangan Min Hyuk. Dia memberikan
tumpukan proposal yang sudah ditolak oleh Min Hyuk. Ia memerintah Bong Soon
untuk menganalisis alasan kenapa proposal itu ditolak. Ketua Tim Oh meminta
izin pada Min Hyuk untuk bisa membawa Bong Soon sebentar, dia mau menjelaskan
beberapa acara sosial dan hal lain padanya.
Baiklah,
jawab Min Hyun enteng. Sedangkan Bong Soon kelihatan resah harus berhadapan
dengan pria mengerikan satu ini. Tapi bagaimana pun juga, ia harus mengikuti
perintahnya.
Sekretaris
Gong kasihan dengan Bong Soon, kenapa dia membiarkan cartilage bekerja dengan
Bong Soon? Dia terkenal bisa membuat karyawan menjadi gila. Min Hyuk nyengir
kuda, mereka akan lihat siapa yang akan dibuat gila duluan.
Ketua
Tim Oh duduk santai sembari memoles kukunya. Ia memerintahkan Bong Soon untuk
membuat kopi dengan satu sendok gula, dan jangan gunakan gula merah. Tidak lama
kemudian, datanglah Bong Soon dengan segelas kopi. Ketua Tim Oh meletakkan
permen karet yang sedari tadi dikunyahnya di tepi cangkir kemudian menyeruput
kopinya.
Pfft!
Ketua Tim Oh memuntahkan kopi yang diminumnya, dia buat kopi apa racun sih? Dia
lebih suka kopi yang manis. Bong Soon polos mengatakan jika dia memasukkan satu
sendok teh gula. Ketua Tim Oh menjerit sebal, maksudnya itu bukan satu sendok
teh tapi satu sendok makan.
Bong
Soon menawarkan untuk membuat kopi lagi. Namun Ketua Tim Oh melarangnya, sudah
dia bilang untuk tidak memaksakan diri. Berhenti menggoda! Ia memberikan
isyarat supaya Bong Soon mendekatkan wajahnya. Terpaksa, Bong Soon menunduk
dihadapan Ketua Tim Oh.
“Kau
operasi hidung yah?”
“Tidak.
Cartilage sunbae-nim! Itu tidak ada hubungan nya dengan pekerjaan...”
Yak!
Ketua Tim Oh bangkit dari duduknya dengan sangat amat geram. Namanya bukan
cartilage melainkan Oh Dong Byung. Ketua Tim Oh benar-benar ingin meremek
wajahnya, wajahnya sangat kecil sekecil CD. Tangannya yang sudah gatel akhirnya
mendorong dahi Bong Soon dengan kasar.
Bong
Soon tidak terima karena sudah menerima pukulan. Ketua Tim Oh cuma
menertawainya, dia memang sudah memukulnya. Adukan saja sana sama Ibumu! Ketua
Tim Oh melemparkan bolpen miliknya dan menyuruh Bong Soon untuk memungutnya di
lantai.
Bong
Soon memungut bolpennya dengan tatapan sengit melihat tawa Ketua Tim Oh. Ingin
balas dendam, dia sengaja mendorong meja meeting dan menyudutkan Ketua Tim Oh
sampai ke tembok. Ketua Tim Oh menjerit-jerit kebingungan memanggil nama Bong
Soon. Bong Soon memberikan pulpennya dengan santai, dia pun permisi untuk
membuatkan kopi lagi.
Ketua
Tim Oh meminta pertolongan Bong Soon namun Bong Soon mengabaikannya begitu
saja. Sampai-sampai Ketua Tim Oh mendidih marah karena dikerjai olehnya.
Min
Hyuk sibuk menganalisa game baru mereka, dia mengoreksi di beberapa bagian dan
Sekretaris Gong mencatat masukannya dengan seksama. Tidak lama kemudian,
datanglah Bong Soon seorang diri. Saat ditanya, mana cartilage? Bong Soon
berbohong mengatakan jika dia masih minum kopi.
Min
Hyuk sadar dengan kebohongan Bong Soon, dia tersenyum tidak percaya. Ia pun
mengajaknya untuk minum kopi, tiba-tiba ia ingin minum kopi.
Saat
minum kopi, Min Hyuk langsung mengintrogasi Bong Soon. Apa yang sudah dia
lakukan pada Ketua Tim Oh? Apa dia sudah memukulnya? Atau dia sudah meletakkannya
di suatu tempat. Bong Soon menggerakkan matanya memberi isyarat ‘tidak’. Dia
sedang duduk kok.
“Lalu
kenapa dia belum keluar?”
“Cuma..
dia sedikit terjebak sekarang.”
Min
Hyuk menghembuskan nafas berat, dia menyuruh Bong Soon untuk segera
mengeluarkan Ketua Tim Oh. Tegas Bong Soon menolaknya, dia tidak mau. Min Hyuk
sampai kesal memegangi tengkuknya, tidak mau?
Terpaksa,
Min Hyuk kembali ke kantor sendirian. Dia melihat bunga ucapan selamat dari
Baek Tak untuk Bong Soon. Min Hyuk langsung memukul foto wajah Baek Tak yang
terpasang dikarangan bunga tersebut.
Sekretaris
Gong cemas mengabarkan pada Min Hyuk jika cartilage menghilang. Sepertinya
mereka berkeliling mencari Cartilage dan menemukannya terjepit meja di ruang
rapat. Sekretaris Gong coba menarik meja besar tersebut, namun meja itu terlalu
berat untuk digeser seorang diri.
Ketua
Tim Oh masih terus menjerit minta pertolongan. Tapi dia tidak mau Min Hyuk
menatapnya, dia terus menutup wajahnya dengan malu. Min Hyuk menahan diri untuk
tersenyum, tapi kekonyolan ini terasa lucu dan membuatnya tak tahan menahan
senyumnya.
Min
Hyuk sudah kembali ke ruangannya, tebakannya benar jika Ketua Tim Oh yang akan
dibuat menggila duluan. Sekretaris Gong tertawa mengingat kekonyolan tadi. Tapi
ngomong-ngomong, bukankan Presdir selalu protektif dengan tubuhnya. Dia tidak
suka jika rencananya tidak berjalan dengan lancar. Tapi kenapa dia malah
tertikam pisau untuk Bong Soon? Itu tidak disengaja kan?
“Tidak.
Aku sengaja.”
“Kenapa?”
Bong
Soon berdiri didepan pintu, dia tanpa sengaja mendengar pembicaraan keduanya.
Ia menempelkan telinganya ke pintu, ingin mendengar alasan Min Hyuk mau pasang
badan menolongnya.
Alih-alih
mendengar jawaban Min Hyuk, pintu malah tiba-tiba terbuka dan Min Hyuk berada
tepat dihadapan Bong Soon. Jelas saja, keduanya sama-sama canggung. Min Hyuk
memecahkan kecanggungan dengan mengatakan jika dia mau pergi ke perpustakaan.
Bong Soon menawarkan supaya dia juga pergi bersamanya. Min Hyuk mengangguk
kecil.
Bong
Soon masuk ke ruangannya lebih dulu sebelum pergi ke perpustakaan. Ucapan Min
Hyuk barusan sungguh mengganggu pikirannya.
Min
Hyuk juga merasakan hal yang tidak jauh berbeda dengan Bong Soon. Dia masih
mengingat pertanyaan Sekretaris Gong mengenai alasannya menghentikan tikaman
itu dan membuat tubuhnya terluka. Bahkan, Min Hyuk sendiri seolah bimbang
dengan alasannya melakukan semua itu.
Min
Hyuk mengembalikan buku yang tengah dibacanya ke rak. Bertepatan saat itu, Bong
Soon ada disisi lain rak itu. Keduanya bertatapan tanpa mengucapkan sepatah
kata pun. Ragu, Bong Soon mengajak Min Hyuk untuk melakukan perayaan
penyambutan setelah jahitan perutnya dilepas. Sekarang, dia kan belum boleh
melakukannya.
“Tentu.
Mari kita melakukan itu.”
“Ayo
kita pergi. Aku akan mengantarmu.” Ujar Bong Soon.
Ketua
Tim Oh menangis dipelukan Sekretaris Gong, dia tidak bisa membiarkannya begitu
saja. Sekretaris Gong menyarankan agar dia melupakannya. Tapi sayangnya Ketua
Tim Oh tidak bisa, dia yakin Sekretaris Gong tidak akan tahu perasaannya karena
dia tidak mengalaminya sendiri. Dia memukul dada Sekretaris Gong lemah.
Sekretaris
Gong menahan tangan Ketua Tim Oh dengan lebay, dia tidak tahu apa yang terjadi
pada dirinya lebih parah dari apa yang ia rasakan! Kenapa dia menilainya
begitu, bahkan dia tak mengenalinya? Dia memegangi bagian bawahnya sambil meweh
haru.
Ketua
Tim Oh memandangi bagian bawah Sekretaris Gong dengan miris. Yakin deh, dia
salah sangka sama ucapan dramatis Sekretaris Gong.
Benda
yang didepan Ibu Bong Soon pada nenek adalah sebotol wine. Dia langsung
membawanya ke tempat Baek Tak dan menyuruhnya untuk meminum wine itu. Baek Tak
menyukai minuman yang dibawa Ibu, sangat enak. Ibu menyuruh Baek Tak untuk
meminumnya selama seminggu, itu akan mempercepat penyembuhannya.
“Ah,
minuman apa ini?”
“Itu
namanya wine kotoran.” Bisik Ibu. Kontan Baek Tak mual mendengar ucapannya.
Bong
Ki memeriksa kondisi para gangster, Gwang Bok masih dalam kondisi mirip mumi
dan tidak bisa bicara dengan jelas. Bong Ki melihat Baek Tak yang masih
terbujur kaku di ranjangnya, ada apa dengan dia? Agari juga tidak tahu, tapi
katanya dia mengkonsumsi sesuatu yang aneh dan merasa sudah bukan manusia lagi.
Bong
Ki mengernyit heran tapi tidak begitu memperdulikannya. Dia kemudian bertanya
pada Agari, apakah sembelitnya sudah baikan? Agari mengaku kalau sembelitnya
masih berlangsung. Sebelumnya, dia tidak pernah mengalami hal semacam ini dan
buang kotoran teratur.
Kontan
Baek Tak menyela, “Tolong hentikan! Aku benci kotoran.”
Bong
Ki melihat botol wine di nakas Baek Tak, “Apa dia minum wine kotoran?”
Semua
orang langsung memandang Baek Tak dengan aneh. Baek Tak sendiri kembali
mual-mual mengingatnya.
Bong
Soon mengantar Min Hyuk ke rumahnya. Dia agak khawatir, seharusnya Min Hyuk
meninggalkan rumah sakit setelah jahitannya dilepas. Apa dia tidak apa-apa? Min
Hyuk mengangguk. Bong Soon pun pamit pergi, silahkan beristirahat.
Namun
Min Hyuk malah meraih tangan Bong Soon dan mendudukannya disana. Ia meletakkan
kepalanya di pangkuan Bong Soon, biarkan dia beristirahat selama satu menit.
Bong Soon tidak protes sama sekali, dia terdiam membiarkan bos-nya menggunakan
pangkuannya sebagai bantal.
Tak
lama kemudian, Bong Soon sudah berjalan ke ruang wardrobe Min Hyuk untuk
mengambil selimut. Dia tanpa sengaja melihat ke lukisan di pintu rahasia Min
Hyuk, disana tergambar seorang gadis misterius menggunakan hoodie merah muda. Bong
Soon terhenyak, “ini pasti...”
Dalam
perjalanan pulang, Bong Soon mendapatkan SMS dari Gook Du yang mengajaknya
untuk bertemu. Ada yang ingin ia bicarakan dengannya.
Ketua
Tim Yook membawa Gook Du untuk minum bersamanya. Gook Du masih enggan untuk
membuka mulut. Ketua Tim Yook menegaskan jika dalam sebuah organisasi, komando
dan kedisiplinan harus berjalan dengan selaras. Saat seorang senior mengatakan
sesuatu, mereka harus mengiyakannya. Itulah cara kerjanya. Mereka semua juga
tahu (siapa pelakunya), tapi mereka harus mengikuti tata cara organisasi.
Tapi
Gook Du tidak bisa, dia tidak akan melakukannya jika hal itu salah. Ketua Tim
Yook mengatai Gook Du yang bodoh, tapi dia juga membenarkan kalau mereka
membutuhkan polisi seperti dia. Dia pun mengiyakan untuk menginvestigasi
kembali kasus ini dari awal, mereka akan menjalankannya tanpa surat perintah.
Gook
Du senang mendengar ucapan Ketua Tim Yook. Ia pun segera menuangkan segelas
soju untuknya. Dia minta izin supaya bisa libur besok. Ketua Tim Yook mengumpat
sebal, tapi nyatanya dia tetap memperbolehkan Gook Du untuk libur sehari.
Jang
Hyun kembali memasang foto satu wanita dalam bingkai calon-calon istrinya.
Wanita selanjutnya adalah Hee Ji. Tidak lama kemudian, Jang Hyun sudah ada di
tempat Hee Ji biasanya memainkan cello. Dia mengintainya dari kejauhan.
Hee
Ji menelepon Bong Ki, dia mengajaknya untuk melakukan kencan pertama mereka.
Entah kapan, namun Hee Ji tampak bahagia dan akan mengirim SMS lagi pada Bong
Ki. Hee Ji berjalan memasuki tempat latihan, namun tanpa sengaja cello-nya
menyentuh meja dan vas yang berada diatasnya terjatuh dan pecah.
Min
Hyuk terbangun dari tidurnya dengan kaget. Dia memanggil-manggil nama Bong Soon
namun ia sudah tak ada lagi disana. Yang ada hanyalah selimut yang
menghangatkan tubuhnya dan note Bong Soon. Dia meminta Min Hyuk untuk
menyeterilkan lukanya setiap lima jam dan meminum obatnya.
“Baiklah.”
Ucap Min Hyuk lirih.
Bong
Soon sudah ada dihadapan Ibu dan Neneknya. Nenek memberikan tumpukan buku kuno
yang berisikan sejarah wanita kuat. Sekarang Bong Soon harus menuliskan tentang
kekuatannya, katakan pada generasi penerusnya supaya mensyukuri kekuatan yang
ia miliki. Jangan seperti Ibunya yang hanya menulis dua baris catatan saja.
“Nenek!
Aku bahkan tidak menulis buku harianku selama liburan musim panas. Aku tidak
suka menulis buku harian.”
Tidak,
Nenek menegaskan jika ini adalah misi yang dibebankan untuknya. Dia bukan lagi
Do Bong Soon dari Do Bong-dong. Para dewa sudah memberikan misi khusus dan ia
bukan lagi manusia biasa. Ia tak boleh menyembunyikan atau menghindarinya lagi.
Ia harus menggunakan kekuatannya dan menulisnya disana.
Bong
Soon menyimpan buku-buku kuno yang diwariskan padanya. Namun tanpa
sepengetahuannya, salah satu buku kuno itu tampak bersinar.
Min
Hyuk sudah pindah ke kamarnya, tapi dia sama sekali tidak bisa memejamkan mata.
Sesuatu membuatnya tidak enak dan terus memikirkannya.
Di
kamarnya, Gyeong Sim tanya apa makna dari kata bingung yang sempat Bong Soon
ucapkan. Apa sekarang dia punya perasaan pada Presdir Ahn? Entahlah, Bong Soon
tidak yakin. Tapi hatinya mulai berdebar setiap menatapnya. Seolah dia tak
punya tulang punggung. Dan Gook Du.. Gook Du.. dia terus..
“Terus
bagaimana?”
Belum
sempat memberikan penjelasan, Ibu sudah masuk ke kamarnya untuk mengabarkan
jika Menantu Ahn datang kesana. Bong Soon heran melihat kedatangan Min Hyuk ke
rumahnya tengah malam. Min Hyuk berkata jika ada sesuatu yang ingin ia katakan.
“Kau
bisa mengatakan itu besok.”
“Aku
harus mengatakan sekarang. Aku sakit.”
Bong
Soon kan sudah berpesan supaya Min Hyuk meminum obatnya. Min Hyuk malah menarik
tangan Bong Soon dan meletakkan didadanya, tepat dijantungnya. Disanalah Min
Hyuk merasakan rasa sakit. Ia menatap manik mata Bong Soon penuh keseriusan,
berhentilah menyukai Gook Du.
Min
Hyuk menarik lengan Bong Soon, memperpendek jarak diantara mereka “Sepertinya
aku menyukaimu.”
Ga sabarrrr... Minhyuk_bongson...
BalasHapusWaaah
BalasHapusMin,,tommorow with you 16 duun
BalasHapusJadi gak sabar nonton episode slanjutnya,ap jawaban bong soon nanti
BalasHapusJadi gak sabar nunggu next episode... Semangat recap ya... Thx
BalasHapusFighting unnie đ
BalasHapusAku jg g sabar tgg mgg dpn. Smg lekas Jum at. Smgt y. Thanks sinopsisnya keren
BalasHapusawww cute banget min hyuk yg sok cool dan bong soon yg polos
BalasHapusawww cute banget min hyuk yg sok cool dan bong soon yg polos (nuril huda salken) fighting
BalasHapusaku jg suka kamyuuuu Min Hyuk wkwkwkkkk.....
BalasHapusKyaaaa đgk sbar lihat eps selanjutnya đđ
BalasHapusNggak sabar nunggu next episode ......smangat ya unnie....
BalasHapusJum'at palli... gk sabar
BalasHapus