SINOPSIS Chicago
Typewriter Episode 4 Bagian 1
Sumber gambar: tvN
Jin
Oh menyeringai, “Seperti yang kau lihat, aku adalah Ghost Writer -nya Penulis
Han Se Joo. Yoo Jin Oh.”
Se
Joo tersinggung dengan seringaian Jin Oh. Jin Oh mengaku terkejut, dia tidak
menyangka akan tertangkap basah. Se Joo makin kebakaran jenggot, dia duduk di
kursinya, menggunakan mesin ketiknya dan dia masih berharap tidak tertangkap
basah?
Jin
Oh menyeringai sambil membenarkan. Se Joo kesal melihat seringaian Jin Oh terus
menerus, apa dia berharap dirinya meludahinya? Jin Oh memohon supaya Se Joo
tidak melakukannya, dia akan merasa terhina kalau Se Joo benar-benar meludahi
wajahnya.
“Lebih
dari perasaan terhina yang kualami? Kau ini memang sampah. Siapa yang
mengirimmu?” bentak Se Joo kesetanan.
Se
Joo menelepon CEO Gal yang tengah sibuk karokean. Dia menyuruhnya supaya datang
ke rumahnya sekarang juga. CEO Gal dengan riang menolak perintah Se Joo, ia
sedang makan malam diluar bersama karyawan kantor.
Se
Joo memberikan waktu 20 menit, kalau tidak datang maka ia tak akan
memperbaharui kontraknya. Kontan CEO Gal berlari meninggalkan studio karaoke
secepat mungkin. Karyawannya sampai terperangah semua, dia seperti melihat
Usain Bolt, atau bahkan Dokkaebi.
Se
Joo mengikat tubuh Jin Oh ke kursinya. Jin Oh duduk santai saja, bukankah
mengikatnya merupakan tindakan illegal? Se Joo pikir Jin Oh tidak pantas
mengatakan hal itu, dia juga menerobos masuk ke rumahnya tanpa izin.
“Jadi
apa yang mau kau lakukan setelah selesai mengikatku? Apa aku mau dibakar sampai
mati?”
Ide
yang bagus, tapi Se Joo akan membuat keputusan setelah ketiga pihak
membicarakannya. Bertepatan saat itu pula, CEO Gal teriak-teriak mengetuk pintu
rumah Se Joo dengan tergesa-gesa.
CEO
Gal protes soalnya Se Joo mengganti kode pintu rumahnya. Se Joo sinis menyuruh
CEO Gal berhenti akting. Ia mendengar kalau CEO Gal sudah memberikan kode
pintunya pada ghost writter. Artinya,
dia sudah tahu berapa kode pintu rumahnya yang baru. CEO Gal menyangkal, kan
sudah dia bilang kalau dia tidak menggunakan jasa ghost writter.
Se
Joo menyeret CEO Gal ke ruangannya supaya mereka bisa bicara bertiga. CEO Gal
celingukan melihat ruangan Se Joo, bingung dengan apa yang akan ditunjukannya.
Se Joo keheranan mendapati tali yang mengikat tubuh Jin Oh sudah tergeletak di
lantai. Dia menuduh CEO Gal sudah membantu Jin Oh kabur, dia barusan ada
disana.
CEO
Gal menuduh Se Joo sedang dalam pengaruh obat, dia pasti belum menemui Dokter
Yang lagi. Dengan suara bergetar, Se Joo meyakinkan kalau pria itu ada disana
barusan. Dia mengatakan kalau Gal Ji Seol dari penerbit Golden Bear yang sudah
mengirimnya. CEO Gal lelah menerima tuduhan terus menerus Se Joo, dia akan
membuktikannya dengan menghubungi Penulis Yoo.
Namun
telepon CEO Gal tidak bisa tersambung dengan Penulis Yoo. Penulis Yoo
meninggalkan pesan otomatis mengabarkan kalau dia sedang di Itali dan tak bisa
dihubungi untuk sementara waktu. Se Joo menarik kerah baju CEO Gal dengan
geramnya, merasa dipermainkan. CEO Gal gemetaran, memohon supaya Penulis Yoo
Chang Myung mengangkat teleponnya.
Se
Joo tertegun, namanya Yoo Chang Myung? CEO Gal membenarkan, dia adalah penulis
yang debut tiga tahun yang lalu dari sebuah kompetisi, semuanya tak berjalan
dengan begitu lancar hingga ia memutuskan menjadi ghost writter untuk menulis
biografi.
Se
Joo teringat akan seringaian Jin Oh yang memperkenalkan dirinya sebagai Yoo Jin
Oh. Dia menoleh ke arah lukisan pria tua di dindingnya, di pojok lukisan
tersebut ada mark yang menunjukkan nama Yoo Jin Oh. Se Joo kontan berteriak
kesetanan (lagi).
CEO
Gal meninggalkan rumah Se Joo, masih ngeri sendiri melihat kemarahannya yang
meluap-luap begitu. Dia pun menghubungi Dokter Yang, mempertanyakan kapan sesi
psikoterapi Se Joo. Akhir-akhir ini sikapnya sungguh sangat aneh.
Jin
Oh muncul dihalaman rumah Se Joo setelah kepergian CEO Gal. Ia tak menyangkan
akan tertangkap basah begini. Apa yang harus ia lakukan? Karena sudah terlanjur
tertangkap basah begini.. Jin Oh menyeringai penuh makna, haruskah dia membuat
sedikit masalah lagi dengannya?
Se
Joo masih frustasi memikirkan identitas Jin Oh yang sebenarnya. Dia menatap ke
lukisan pria tua dan seketika kemarahannya kembali tersulut. Dia pun berteriak
geram, siapa kau sebenarnya!
Esok
harinya, Tae Min menemui CEO Gal untuk memberitahukan kalau ia tidak bisa
memberikan novelnya sekarang. Dia sudah membuangnya, ia akan memulainya kembali
dari awal. CEO Gal tampak tidak setuju, katanya kemarin dia akan
menyelesaikannya dalam dua hari? Dia harusnya mengirim novelnya hari ini, ada
apa dengannya? Apa dia punya masalah?
Tae
Min tidak ingin mendengar komplainan CEO Gal terlalu lama, dia hanya
mengucapkan terimakasih atas pengertiannya dan buru-buru pamit pergi. CEO Gal
menahan Tae Min, dia memohon supaya Tae Min tetap memberikan novelnya sekarang.
Mereka bisa membicarakan lagi bagaimana cara revisinya.
Tae
Min tetap pada pendiriannya, novelnya adalah novel yang ia terbitkan setelah 5
tahun hiatus, ia menginginkan yang terbaik. CEO Gal menggerutu kesal, Tae Min
dan Se Joo sama-sama membuat masalah. Apa mereka bersekongkol menghancurkannya?
“Han
Se Joo? Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?”
Sadar
keceplosan, CEO Gal segera menyangkal dan mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Seol
dalam perjalanan menuju ke klinik hewan. Sesekali dia menoleh kebelakang,
merasa sesuatu tengah mengawasinya. Benar saja, tak jauh dari sana, Jin Oh memang
tengah memperhatikannya.
Sesampainya
di klinik hewan, Sunbae sudah bersiap pergi untuk menemui suaminya. Dia menyarankan
supaya Seol berhenti kerja di tempat jasa ‘Lakukan
apa saja’. Bekerja saja dengannya, dia akan menjadikannya sebagai wakil
bos. Seol menolaknya penawarannya, terimakasih.
“Apa
sapinya masih menangis? Tangisannya tidak mau berhenti?”
Seol
tampak tak nyaman menerima pertanyaan itu, dia menyuruh Sunbae –nya cepat
berangkat. Dia bilang dia bisa habis kalau sampai terlambat menemui suaminya.
Sunbae buru-buru pergi, tak lupa, dia menyuruh Seol menggunakan jas dokter
supaya orang mempercayainya.
Jin
Oh terus memperhatikan Seol dari luar klinik. Perlahan senyumnya mulai
mengembang memperhatikan Seol yang sibuk bekerja.
Seol
memeriksa hewan satu persatu. Tiba-tiba dia menoleh dengan waspada. Rekan kerjanya
sampai heran, ada apa? Seol merasa aneh, dia terus merasa seperti tengah
diperhatikan seseorang. Ia berlari keluar klinik untuk memeriksanya, namun tak
seorang pun ada disana.
Bertepatan
saat itu, Tae Min datang kesana membawa Seol untuk menitipkannya selama ia
melakukan riset. Melihat penampilan Seol yang mengenakan jas dokter, Tae Min
agak heran, apa dia seorang dokter hewan?
“Kenapa
kau sepertinya tidak percaya? Aku menggantikan Sunbae-ku sementara.” Ujar Seol
bercanda.
Mereka
berdua pun masuk ke dalam klinik. Jin Oh muncul dari balik mobil, memperhatikan
interaksi mereka berdua.
Seol
memeriksa kondisi kucing Tae Min, sepertinya dia mengalami depresi. Tae Min
terus menitipkannya kesana padahal kucingnya tidak sedang sakit. Ketika ia
meninggalkan seekor kucing, kucingnya akan mulai cemas dan merasa dibuang. Seol
tanya, berapa kali Tae Min bermain dengan kucingnya dalam sehari?
Tae
Min mengaku agak sibuk, dia sering melihat kucingnya tidur jadi ia tidak
membangunkannya. Seol terus mengomentari Tae Min yang sering mengabaikan
kucingnya sampai kucingnya begitu. Tae Min lama-lama agak heran, dia serasa
sedang dimarahi oleh guru anaknya.
Seol
yakin kalau Tae Min tidak tahu caranya bermain dengan kucing. Ia pun
menyarankan supaya dia bisa belajar dengannya. Mereka berdua pun sudah ada di halaman
klinik, mencoba permainan kucing dan Seol mengajarkan bagaimana cara
menggunakan mainan-mainan itu. Tae Min tampak menikmati waktunya bermain dengan
Seol dan terus tertawa.
Sudah
puas mencoba beberapa permainan, Seol menghitung semua biaya mainan itu. Tae
Min bertanya, jam berapa Seol pulang kerja? Dia ingin mengajaknya minum. Seol
menyipitkan matanya dengan curiga, kenapa? Tae Min seperti tengah menggodanya.
“Aku
tidak sedang menggodamu. Aku hanya mau berterima kasih karena menolongku dengan
gratis hari ini, dan juga karena menjaga Baek Seol hari ini. Dan, aku punya
permintaan padamu.”
“Permintaan
apa?”
Frustasi
tak bisa menulis apapun, Se Joo mengetuk-ngetuk kepalanya ke rak buku. Dia berulang
kali menatap lukisan pria tua dengan tatapan penuh dendam. Tak tahan lagi, ia
pun meminum obat penenangnya dan bersiap untuk tidur. Namun saat ia mencoba
untuk terlelap, suara detik jam terdengar sangat nyaring.
Suara
detik jam itu lama-lama mengganggu Se Joo. Ia mencoba mencari sumber suaranya
dan mendapati jam saku yang ia temukan tempo hari. Ia teringat akan ucapan Seol
yang mengatakan kalau ia tengah mencari warisan ayahnya dan ia juga menggali
tanah di sekitar semak tempatnya menemukan jam saku itu.
Disisi
lain, Tae Min bilang kalau dia membutuhkan dokter hewan untuk selama dia
membuat naskah novelnya. Seol sempat heran, dia kan bukan penulis? Apakah Tae
Min membutuhkan dokter hewan untuk menjaga kucingnya?
Bukan
juga. Tae Min sedang butuh informasi seputar dunia obat-obatan hewan. Jadi, Seol
bisa menjadi narasumber, supervisor dan juga asistennya. Ia akan membayarnya
dengan bayaran tinggi.
Seol
menolak dengan hati-hati, ia sudah berhenti menjadi dokter hewan. Akan ia
kenalkan Tae Min pada temannya yang lebih ahli. Tae Min tidak mau, dia maunya
Seol yang membantunya. Seol kekeuh menolak apapun itu alasannya.
“Kenapa
kau berhenti jadi dokter hewan? Apa ada sebuah kisah menarik di belakangnya?”
“Akan
kuberitahu nanti kalau kita sudah dekat.”
“Mari
kita mendekatkan diri dulu, dimulai dari sekarang. Sejak pertama kali
melihatmu, aku sudah menunggu untuk bisa dekat denganmu.”
Seol
memesan gelas bir dan membuat dirinya agak mabuk. Setelah cukup mabuk, ia mengibaratkan
alasannya berhenti menjadi dokter hewan seperti ‘Silence of the Lambs’, tapi dalam kasusnya adalah ‘Silence of the Cows’.
Saat
menjadi mahasiswa, ada wabah penyakit kaki dan mulut yang menyerang hewan. Saat
itu mereka tak punya banyak tenaga dokter hewan, jadi semua dokter hewan dan
mahasiswa dikerahkan untuk mengatasi wabah itu. Seol bertugas untuk menyuntik
mati hewan kemudian mengumpulkan sample darah mereka.
Para
peternak memberi makan hewan mereka dengan makanan mahal sambil menangis. Seekor
sapi muda menjilat tangannya waktu itu, namun ia ada disana untuk membunuhnya. Saat
menyuntik sapi itu, sapi langsung mati dalam 3 detik karena masih sangat muda.
Sejak
itu, ia tidak bisa melupakan tangisan sapi muda itu. Seharusnya dia menjadi
dokter untuk menyembuhkan hewan, tapi nyatanya dia lebih sering membunuh
ketimbang menyembuhkannya. Tae Min terdiam, tampak simpati mendengar cerita
Seol.
Seol
sudah dalam perjalanan pulang, “Kupikir-pikir, kapanpun aku mau melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan membunuh, aku merasa frustasi. Mungkin aku
adalah seorang penyembelih hewan di kehidupanku sebelumnya. Atau mungkin aku
memang pernah membunuh seseorang dulu.”
Se
Joo sudah ada di halaman rumah Seol menunggu kepulangannya. Tak lama kemudian,
ia melihat kehadiran Seol dari pesimpangan jalan. Ia berniat menghampirinya, namun
ia dikejutkan dengan kehadiran Jin Oh yang tengah mengikuti Seol. Kontan Se Joo
terdiam ditempat, menunggu Seol masuk ke dalam rumah.
Saat
Seol sudah masuk rumah, ia langsung menghadang Jin Oh dan menanyakan alasaannya
datang kesana. Jin Oh tidak menjawab pertanyaan Se Joo, dia malah mengalihkan
topik pembicaraan. Se Joo makin geram, dia meraih kerah baju Jin Oh, kenapa dia
terus berpapasan dengannya?
“Aku
jatuh cinta pada pandangan pertama.”
Se
Joo buru-buru menjauh ngeri, “Kau mau mati, ya?”
“Bukan
padamu. Aku sedang membicarakan Jeon Seol.”
Sebelum
masuk rumah, Seol mengangkat jemuran yang masih ada di halaman. Bang Wool
menyuruh Seol membiarkannya, dia yang akan mengangkatnya. Tapi begitu
menginjakkan kaki di halaman, Bang Wool merasakan sesuatu yang aneh. Dia berteriak
menyuruh Bang Jin mengambil kacang merah.
Ia
mencium ada aura jahat mendekat, ada dua, Bang Wool tidak bisa memastikan yang
mana asalnya. Bang Jin mendesis kesal, padahal dia baru mau menulis tapi sudah
diganggu oleh Ibunya.
Se
Joo meminta penjelasan Jin Oh, bagaimana dia mengenal Seol? Jin Oh menatap
rumah Seol dengan tatapan berbinar. Saat ia sampai ke Korea dari Amerika, ia
jatuh cinta padanya di bandara. Se Joo merenges tak percaya, jangan bohong
terus. Apakah orang-orang New York bergaya jadul sepertinya?
Jin
Oh cuma menanggapi ucapan nyinyir Se Joo dengan santai. Namun ia tiba-tiba
merasakan kedatangan sesuatu, Jin Oh ketakutan dan buru-buru kabur meninggalkan
Se Joo. Se Joo keheranan dibuatnya.
Bang
Wool keluar rumah dan langsung melemparkan kacang merah keras-keras ke arah Se
Joo. Se Joo meringkuk melindungi kepalanya yang terasa perih kena kacang. Setelah
beberapa saat diperhatikan, Seol baru sadar kalau orang yang dilepari kacang
adalah Se Joo, Penulis Han. Kontan Bang Wool pun menghentikan lemparan kacang
merahnya.
“Apa
kau ke sini mau bertemu denganku?” tanya Seol.
“Jangan
ngawur kau. Aku ke sini bukan mau bertemu denganmu.” Ujar Se Joo buru-buru
pergi.
Bang
Jin membawa Ibunya masuk ke rumah. Apa-apaan Ibunya, darimana ada aura jahat
yang ia sebutkan tadi. Bang Wool masih terus menatap ke arah halaman dengan
tatapan mencurigakan. Bang Jin ngeri sendiri, apa dia memang melihat sesuatu?
“Aku
bisa tahu dari wajahnya. Aku bisa lihat wajahnya itu.. tampan.” Ujar Bang Wool.
Mata cewek ga akan bohong. Hahaha.
Karena
sayang dengan kacang merah yang berceceran di jalan, Bang Jin kembali untuk
memungutinya. Saat ia terus ngedumel kesal dengan Ibunya yang kemampuan meramalnya
sudah hilang, tiba-tiba seseorang membantunya memunguti kacang. Bang Jin
mendongak sembari mengucapkan terimakasih.
Tepat
saat itu pula, Bang Jin terpesona dengan sosok Jin Oh yang berada dihadapannya.
Efek bunga sakura berguguran langsung muncul dalam imaginasi Bang Jin. Setelah
selesai membantu Bang Jin, Jin Oh berniat pergi. Bang Jin memanggilnya, siapa
namanya?
“Aku
tidak bisa memberitahukan namaku karena beberapa alasan. Kau bisa panggil aku Yoo.”
Se
Joo yang tadinya terus berjalan meninggalkan Seol akhirnya mau berhenti juga.
Ia mencecarnya menanyakan hubungan dia dengan Yoo Jin Oh, Seol mengenal Jin Oh?
Apa yang Jin Oh katakan padanya? Apa Jin Oh membicarakan tentangnya?
“Pertanyaan
mana yang harus kujawab lebih dulu?”
“Semuanya.
Satu persatu. Dengan jujur.”
“Pertama,
aku tidak tahu siapa Yoo Jin Oh itu. Dan, sisanya sepertinya tidak perlu
dijawab lagi.”
Se
Joo berniat meninggalkan Seol lagi. Namun Seol menanyakan alasan kedatangan Se
Joo kerumahnya, apa memang dia datang hanya untuk menanyakan itu? Se Joo
kembali menghampiri Seol dan meletakkan jam saku kuno ke tangannya. Ia menemukannya
di jalan.
Seketika
Seol kegirangan, benda yang ia cari-cari ditemukan oleh Se Joo. Dia mengembalikannya
seperti sosok tsundere. Apa dia sengaja kembali ke gubuknya untuk menemukan jam
saku itu?
Se
Joo menyuruh Seol berhenti berpikiran ngaco. Dia tuh cuma dalam perjalanan
bisnis terus ada kabut tebal. Dia melihat benda yang bersinar dan menemukan jam
itu. Setelah mengucapkan kalimatnya, Se Joo sadar kalau penjelasannya terdengar
tidak masuk akal. Ah, lupakan saja!
Seol
masih terus kegirangan, dia yakin kalau Se Joo memikirkannya kemudian kembali
ke gubuk. Ada kabut tebal kemudian ia melihat benda bersinar dan menemukan jam
sakunya. Se Joo membenarkan ucapan Seol, kecuali kata “aku memikirkanmu”.
Seol
enggan melakukan pengecualian pada kata-katanya. Toh kedengarannya memang
itulah faktanya. Ia pun menunjukkan jam-nya, ia akan mentraktir Se Joo sebagai
balasan sudah menemukan jam-nya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^