SINOPSIS Ruler:
Master of the Mask Episode 9
Sumber gambar: MBC
Hari
terus berganti, Putera Mahkota masih tinggal di tempat asosiasi pedagang dan ia
terus mengasah kemampuan beladirinya dengan bantuan Chung Woon.
Hari
itu, Ia mendapatkan kiriman gulungan yang memberitahukan kabar kalau Departemen
Pengadaan Air ingin meminta pedagang membayar hutangnya sekaligus. Putera
Mahkota tidak terima mengetahui rakyatnya harus semakin menderita, pemilih toko
bahkan sudah kehilangan lapak mereka. Apa yang sebenarnya diinginkan Dae Mok?
Chung
Woon menduga mereka ingin mengumpulkan uang rakyat. Putera Mahkota rasa bukan
itu tujuannya, bagi seorang Dae Mok, itu terlalu memalukan dan beresiko. Chung
Woon bertanya apakah mereka memeriksa saja harta timbunan milik Dae Mok?
Mereka
pun memata-matai tempat penimbunan harta Pyunsoo-hwe. Tiba-tiba saja, ditengah
pengintaian mereka mendengar adanya keributan. Putera Mahkota terkejut melihat Ga
Eun disana.
Ga
Eun terus menunduk, ia takut Tae Ho mengenalinya. Woo Jae menginterogasi
mereka, ia menanyakan alasan mereka memata-matai tempat ini. Mereka mengelak,
mereka bukanlah mata-mata. Mereka sedang beristirahat ditengah perjalanan.
Tae
Ho rupanya tetap bisa mengenali Ga Eun, tak disangka mereka bertemu. Woo Jae
penasaran, siapa dia? Apa akan menjadi masalah? Bukan masalah, jawab Tae Ho.
Dia hanyalah anak pengkhianat jadi tidak akan ada yang mencarinya.
Woo
Jae menyuruh Tae Ho mengurus masalah ini. Kalau sampai dia menyebarkan kabar tentang
tempat ini, maka dia-lah yang akan membayar mahal. Baiklah, Tae Ho pun memerintahkan
anak buahnya untuk menghabisi mereka semua.
Mereka
semua pun siap menebas Ga Eun dan dua orang Ahjussi yang menamaninya. Namun
begitu mereka siap menebas, Putera Mahkota dan Chung Wook keluar dari persembunyiannya
dan menyerang mereka.
Tae
Ho bersiap mengeluarkan pedangnya, namun Ga Eun buru-buru memungut pedang di
tanah kemudian mengarahkan mata pedang itu ke lehernya. Tak punya pilihan, Tae
Ho menyarungkan kembali pedangnya. Putera Mahkota dan Chung Woon siaga
memperhatikan pergerakan Tae Ho.
Tae
Ho menggunakan sarung pedangnya untuk menyingkirkan pedang Ga Eun dari lehernya
kemudian berbalik menebasnya. Beruntung, Putera Mahkota berhasil meraih tubuh
Ga Eun dan menghindari tebasan itu. Kemudian ia berhasil mencuri kesempatan
untuk kembali mengarahkan pedang ke leher Tae Ho.
Chung
Woon menyuruh mereka untuk pergi sekarang. Ia pun menggantikan posisi Putera
Mahkota mengarahkan pedangnya ke leher Tae Ho. Begitu semua orang berhasil
pergi dengan selamat, barulah Chung Woon ikut kabur bersama mereka.
Ga
Eun berlari dengan terpincang-pincang. Orang-orang Pyunsoo-hwe sudah tak jauh
dibelakangnya. Bertepatan saat itu, Chung Woon dan Putera Mahkota menghampirinya
dengan menunggang kuda. Chung Woon mengulur waktu dengan melawan prajurit
Pyunsoo-hwe.
Putera
Mahkota mengulurkan tangannya pada Ga Eun, dia akan membawanya pergi dari sana.
Ga Eun agak ragu apalagi melihat penampilan mereka yang tampak sangat misterius
menggunakan cadarnya. Tapi situasinya terjepit, dia tak bisa menolak dan
menerima uluran tangan Putera Mahkota.
Tae
Ho membawa pasukan pemanahnya pula, dia mengintruksikan pada mereka untuk
memanah sekarang. Putera Mahkota sigap melindungi tubuh Ga Eun dan bergegas
pergi darisana. Begitu Putera Mahkota aman, Chung Woon pun kabur ke arah yang
berlawanan dengannya.
Ditengah
pelarian mereka, cadar yang digunakan Putera Mahkota terbang terbawa angin. Ga
Eun menoleh ke arahnya, dia terkejut mengetahui orang bercadar itu adalah Chun
Soo (samaran Putera Mahkota).
Begitu
sampai ke tempat aman, Putera Mahkota langsung menurunkan Ga Eun. Ga Eun memanggilnya,
“Tuan Chun Soo”
“Aku
tidak tahu siapa maksudmu, tapi aku bukanlah Chun Soo.” Putera Mahkota bergegas
pergi meninggalkan Ga Eun.
Ga
Eun masih terus memandangi kepergiannya. Dua orang Ahjussi muncul dari hutan,
keduanya begitu senang bisa bertemu dengan Ga Eun Agashi lagi.
Genderang
ditabuh menyambut kedatangan Putera Mahkota, semua orang memberikan hormat
padanya dan memanggilnya Ketua. Putera Mahkota sampai malu dan meminta mereka
berhenti bersikap formal padanya. Ahjussi mengaku kalau dia juga tidak nyaman,
tapi semua orang sudah menunggunya.
“Aku
sering dengar bahwa meski sedang tidak melakukan apa-apa, aku tetap terlihat
tampan dan berwibawa.” Canda Putera Mahkota.
“Hei,
hentikan! Sebelum aku kehilangan kesabaranku, ayo pergi.”
Putera
Mahkota melakukan pertemuan dengan para pedagang. Ia menginstruksikan agar
mereka tidak lagi menerima uang Sangpyeong Tongbo. Mereka kebingungan, lalu apa
yang akan mereka dapatkan?
Mereka
sudah sejak lama menjual katun kualitas bagus ke Sangpyeong Tongbo, jadi mereka
terima saja perak atau emas. Kalau mereka mengikuti perintahnya, semua akan
kembali seperti sedia kala. Kalau penyelidikannya sudah selesai, dia akan
menjelaskan pada mereka. Ia kemudian bertanya pada Ahjussi, apa dia tahu tempat
yang menjual tembaga secara bebas?
Tidak,
Ahjussi tidak lagi melihat orang menjualnya secara bebas sejak tiga tahun lalu.
Bahkan ia tidak pernah melihat mangkuk tembaga lagi. Putera Mahkota kembali
bertanya, dimana tempat penambangan tembaga di Joseon?
“Biasanya
ditambang di wilayah timur, tapi jumlahnya juga tidak banyak, jadi biasanya di
import dari Jepang.”
“Maksudnya,
tembaga adalah otoritas Biro Perdagangan?”
“Entahlah.
Para petugas di sana diganti beberapa tahun lalu. Entah ada rahasia apa di
baliknya, tapi mereka semua terlalu takut untuk buka mulut, jadi kami tidak
dapat informasi apa-apa dari Biro Perdagangan.”
“Bila
ada informan yang sekiranya tidak saya kenal, tolong cari tahu tentang
transaksi tembaga.” Pinta Putera Mahkota.
Ga
Eun sampai juga ke tempat tujuannya. Dia bertanya pada seorang pedagang
mengenai Kepala Pedagang. Pedagang itu menunjukkan tempat tinggal Kepala
Pedagang, tapi sekarang sedang ada pertemuan. Ga Eun harus duduk menunggunya.
Putera
Mahkota keluar dari rumahnya, beberapa orang menyapanya ramah dan menyebutnya
sebagai Kepala Pedagang. Ga Eun tak menyangka kalau Kepala Pedagang adalah Chun
Soo. Ia memanggilnya, apa benar kalau dia Tuan Muda Chun Soo? Putera Mahkota masih
mengelak, dia salah orang.
“Ini
karena surat yang kutinggalkan untukmu? Atau karena aku tidak memenuhi janjiku,
maka kau pura-pura tidak mengenalku?”
Putera
Mahkota masih bersikeras tak mau mengakui Ga Eun. Dia tidak pernah membuat
janji dengannya. Ia pun pergi, ingin mengabaikan Ga Eun. Tapi ia tak tega
begitu melihat kaki Ga Eun berdarang karena menggunakan sepatu jerami.
Putera
Mahkota menarik tangan Ga Eun menuju rumahnya, dia mengganti sepatu jerami itu
dengan sepatu yang layak. Dia membantunya bukan karena mengenalnya, tapi dia
akan tetap membantu semampunya. Dia meminta Ga Eun mengatakan tujuannya datang
kesana.
Chung
Woon menemui Putera Mahkota yang tengah merenung memandang langit. Ia melihat
interaksi mereka berdua tadi siang, dia bertanya apakah Putera Mahkota merasa
bingung karena bertemu Nona Ga Eun lagi?
Putera
Mahkota hanya merasa kecewa. Dia berharap Ga Eun bisa hidup bahagia selamanya
tanpanya. Orang yang di panggil “Chun Soo” dan orang yang pura-pura tak
mengenalnya, tak lain adalah dia sendiri. Tapi kenapa ia merasa kecewa?
“Kenapa
tidak menghampirinya, ‘Aku bukan Chun
Soo, aku Putera Mahkota,’ dan mengatakan kebenaran itu? Hamba kira Anda
akan bersyukur tak ketahuan olehnya. Rupanya hamba salah.”
Putera
Mahkota menahan air matanya, “Ya. Aku sangat bersyukur tidak ketahuan olehnya meski
kami bertemu kembali.”
Ga
Eun tak bisa tidur memikirkan bagaimana orang yang begitu mirip dengan Chun Soo
terus mengelak kalau ia bukanlah Chun Soo. Ia pun keluar kamar untuk menghirup
udara segar. Tanpa sengaja, ia melihat ada kunang-kunang yang terbang tak jauh
darinya. Cantik, Ga Eun tertarik untuk terus mengikutinya.
Ia
terus mengikuti kunang-kunang yang membawanya menuju Putera Mahkota. Putera
Mahkota masih merenung di tempatnya, ia meremas kalung bulan matahari yang ia
berikan pada Ga Eun sebelumnya. Wajahnya menampakkan kepiluannya.
Putera
Mahkota seperti tinggal dalam dunianya sendiri, sampai tak sadar Ga Eun sudah
berdiri dihadapannya dan menatapnya dengan lembut. “Apa aku sangat mirip dengan
pria bernama Chun Soo itu? Dari tatapan mata Nona, dia pasti cinta pertamamu.”
“Ya.
Meski sangat mirip dia, kau bersikukuh bukan Chun Soo. Segenap hatiku merindukan
orang itu.”
Ga
Eun dengar, besok mereka akan pergi ke Ibukota. Putera Mahkota mengiyakan, ia
akan menyelesaikan masalah para pedagang. Jadi ia harap, Nona tidak
kemana-mana. Tidak, Ga Eun ingin menyaksikan sendiri bagaimana mereka
menyelesaikan masalahnya.
Putera
Mahkota memperingatkan kalau perjalanan ini akan berbahaya. Namun Ga Eun enggan
mendengar segala alasannya, “Kalau begitu, sampai jumpa besok.”
Putera
Mahkota tersenyum dengan melihat sikap keras Ga Eun, dia masih seperti yang
dulu.
Salah
seorang pejabat mengadu pada Ratu kalau Raja selalu saja menerima permintaan
Dae Mok mentah-mentah. Apa yang harus mereka lakukan. Ratu menghela nafas
berat, andai saja Raja muda tahu intrik-intrik kerajaan. Dia akan menemuinya.
Sun
membaca setiap gulungan yang diajukan oleh para pejabat. Sun tampak lelah
mental, dia pun mengiyakan tanpa pikir panjang saat melihat kode titik tiga
ditepian kertasnya.
Pejabat
meminta Raja untuk memberikan persetujuan supaya mereka bisa memberikan hukuman
berat pada warga yang mencuri air, mereka ingin menjadikannya sebagai kriminal
berat. Kontan Sun ingat akan nasib ayahnya yang berakhir digantung oleh
orang-orang Departemen Pengadaan Air.
Seketika
emosinya membuncah, “Kalian semua itu dibayar oleh negara. Namun bukannya
peduli para rakyat, kalian hanya peduli pada Departemen itu dan obsesi mereka. Menghukum
orang-orang yang mencuri dari waduk mereka? Departemen Pengadaan Air bahkan memiliki hak
peradilan sendiri.”
Mereka
berkilah bahwa mereka akan tetap menunggu persetujuan. Sun semakin marah,
mereka tetap tidak punya hak merenggut nyawa orang lain. Sekarang juga,
bebaskan semua orang yang tidak bersalah. Kontan para pejabat kasak-kusuk,
sepertinya kaget dengan pemberontakan Sun kali ini.
Ratu
melakukan pertemuan dengan Sun, dia kelihatan senang karena Sun membebaskan
warga tak bersalah. Dulu, ia khawatir melepaskan tampuk kekuasaannya dan
membiarkan Raja muda memimpin.
Tapi
ia rasa keberaniannya semakin kuat, ia meminta Raja untuk memegang
tanggungjawabnya sebagai Raja. Mulai sekarang, tetaplah mempertahankan harga
dirimu sebagai seorang Raja. Sun mengiyakan saja ucapan Ratu dan kelihatan
sekali kalau ia terbebani dengan kata-katanya.
Sun
pergi meninggalkan istana untuk menemui Dae Mok. Meskipun posisinya menjadi
Raja, sudah jelas dia harus membungkuk dalam dihadapannya. Dae Mok kelihatan marah
karena Sun membebaskan orang-orang itu, apa dia ingin mempertaruhkan nyawanya?
Kalau dia tidak minum poppi, nyawanya melayang.
Rasa
nyeri muncul di dada Sun, seketika Sun pucat dan dadanya terasa amat sakit. Ia
memohon ampun atas keputusannya itu. Ia memperingatkan supaya Sun tak menentang
Pyunsoo-hwe lagi. Atau dia akan menggantinya dengan orang lain.
Dae
Mok meletakkan anggur poppinya di lantai. Sun harus merangkak mengambilnya. Dae
Mok dengan sengaja menendangnya dan membuat Sun merangkak menyedihkan. Auh..
Dae
Mok berpapasan dengan Woo Jae, ia bertanya-tanya dimana keberadaan Hwa Gook.
Woo Jae mengatakan kalau Hwa Goon punya acara penting sendiri, dia meminta maaf
karena tidak bisa datang. Dae Mok kelihatan kesal, kenapa susah sekali bertemu
dengannya sekarang.
“Apakah
Anda tidak bangga pada Hwa Goon? Tanpa bantuan siapa-siapa, dia bisa mengurus
sebuah kelompok besar seperti itu.” ujar Woo Jae. Dae Mok langsung memberikan
tatapan tajam hingga Woo Jae tak berani bicara apa-apa lagi.
Hwa
Goon berada disebuah dermaga dan melakukan barter dengan orang Jepang. Ia
menawarkan barter antara katun dan perak. Semuanya berjalan mulus, berkat Hwa Goon
yang andal dalam tawar menawar.
Ga
Eun mengeluh soalnya mereka harus melewati jalur yang sulit. Putera Mahkota
enggan disalahkan, sebelumnya dia mengatakan kalau perjalanannya berbahaya. Masalah
yang Ga Eun persoalkan bukan itu, tapi kenapa juga dia harus menunggang kuda
dengannya?
“Orang
yang tidak mau disuruh istiahat saja adalah Nona sendiri. Dan pasti lebih tidak
nyaman kalau berbagi kuda dengan kakak yang itu! Memangnya ada pilihan lain? Atau kau memilih
ditinggal disini saja?”
Rumor
mengatakan kalau Kepala Pedagang akan menyelesaikan persoalan, sebagai gantinya
hanyalah loyalitas saja. Ternyata itu tak benar, sindir Ga Eun. Putera Mahkota
pikir itu bukanlah rumor melainkan reputasinya. Ga Eun berdecih, apa dia mau
menjadi orang paling populer di Joseon?
“Iya.
Aku harus menjadi sepopuler mungkin sampai temanku di istana akan mendengar
tentangku.” Ujar Putera Mahkota kemudian melanjutkan perjalanan.
Sun
kelihatan sangat tertekan. Dia melihat tebing tempat Putera Mahkota jatuh, ia
sungguh putus asa dan berniat menjatuhkan diri dari sana. Namun tiba-tiba
seorang prajurit menghentikannya. Sun membentaknya marah, siapa yang
menyuruhnya kesana?
Prajurit
itu bersujud mohon ampun, dia hanya ingin memberi hormat. Yang Mulia telah
membebaskan para tawanan Departemen Pengadaan Air dan salah seorang dari mereka
adalah ayahnya. Terimakasih karena beliau sudah menyelamatnya nyawa ayahnya.
Air
mata Sun menggenang, tercengang tak menyangka apa yang sudah ia lakukan
menyelamatkan nyawa orang lain. Orang bodoh sepertinya bisa menyelamatkan nyawa
oranglain?
Sun
tak bisa menahan tangis, “Seandainya ini Yang Mulia (Yi Sun), dia tak akan jadi
Raja sepertiku.”
Para
pedagang di tempat Ga Eun mulai ketar-ketir, kebanyakan dari mereka belum bisa
membayar sepenuhnya dan mereka juga tidak mendapatkan kabar dari Nona Ga Eun.
Ibu Sun menenangkan, mereka tunggu saja Nona kembali besok.
Putera
Mahkota membawa Ga Eun menuju perkumpulan pedagang besar. Ga Eun kesal mengetahui
Putera Mahkota malah menemui pedagang besar, yang dia inginkan adalah
menyelamatkan pedagang kecil.
Mereka pasti punya kemampuan bertahan, namun
orang-orang miskin akan menjadi gelandangan karenanya. Kenapa bukannya ke Pasar
Seomun, tapi dia malah kemari? Apa dengan membantu mereka, dia akan lebih
populer daripada membantu rakyat miskin?
“Pikirmu,
aku ini siapa? Aku bukanlah Raja negeri ini, tidak berkuasa, maupun kaya raya. Kenapa
kau berpikir aku akan menyelesaikan masalah ini?” ujar Putera Mahkota santai.
Hwa
Goon memimpin jalannya pertemuan dengan para saudagar kaya. Dia
menginstruksikan bagaimana pembagian bahan pangan yang akan para pedagang
lakukan. Salah seorang dari mereka sudah mengkalkulasikan hasilnya, kalau
mereka membayar hutang ke Departemen Pengelolaan Air, mereka hanya punya sisa
37 perak.
“Kita
harus bersiap untuk krisis agar tidak jatuh saat mereka mendadak menarik hutang
ada kita. Lebih baik, selama beberapa ke depan, tidak meminjam uang lagi dari
Departemen itu.” jelas Hwa Goon.
Seseorang
muncul tiba-tiba, “Yakin... bisa melewati krisis itu?”
Hwa
Goon terkejut melihat sosok Putera Mahkota yang dikiranya sudah menghilang. “Putera
Mahkota?” desisnya.
Ini episode 11
BalasHapusHehe iya udah diperbaiki, makasih yah
HapusYa mb. Keren mb sinopsisnya. Tetap semangat ya. Ditgg yg selanjutnya😁
HapusMasukkan komentar Anda....tetap aja bikin baper euhh.. Kapan dua sahabat itu bertemu sihh _- auahhh gelap :'v mangat mba bikin sinopnya
BalasHapus