SINOPSIS Bride of
Water God Episode 7 Bagian 2
Sumber gambar: tvN
“Jadi,
apa Habaek mengetahui semuanya? Apa dia mengetahuinya? Hah? Apa Joo Geol Rin
mengakui segalanya?” cecar Moo Ra.
Bi
Ryeom memuji kemampuan Joo Geol Rin yang bisa kabur dari kejaran Habaek. Moo Ra
ingin menemukan Joo Dong sesegera mungkin. Kehadirannya disana hanya membuatnya
cemas.
Ngomong-ngomong,
Bi Ryeom penasaran kenapa Moo Ra mencari tempat tinggal baru. Apa dia berusaha
membuatnya tinggal bersama? Bi Ryeom menyarankan supaya dia menemukan tempat
tinggal yang nyaman untuk Habaek. Dia mungkin akan tinggal lama disana.
Moo
Ra mengernyit heran, “Kenapa?”
Didepan
gedung perusahaan Hoo Ye, Ja Ya sedang melakukan syuting yoga. Tubuh Ja Ya tak
bisa seimbang dan terus meliuk-liuk hampir jatuh. Saat Hoo Ye melintas, Ja Ya
terus memperhatikannya dan Hoo Ye tersenyum ke arahnya.
Sekretaris
Min memberitahukan Hoo Ye kalau Ja Ya mungkin akan mendesaknya lagi. Mereka
masih keberatan dengan wawancaranya kemarin. Hoo Ye cuma tersenyum tak memberi
tanggapan dan berterimakasih atas kerja keras Sekretaris Min. Ia menyuruhnya
untuk mengirimkan rekaman konser padanya, sementara dia mau pergi ke ruang
rapat.
Sekretaris
Min melakukan tugasnya. Tak lama kemudian, Ja Ya masuk ke ruangan mencari-cari
Hoo Ye. Sekretaris Min memberitahukan kalau Hoo Ye pergi ke ruang rapat. Dan
sebelumnya, dia kan sudah menjelaskan alasan kenapa Hoo Ye tak bersedia
diwawancara.
Baiklah.
Ja Ya tak perduli dengan hal sebelumnya. Tapi, kenapa barusan dia tersenyum
padanya? Cara tersenyumnya itu membuat dia sebal. Kenapa dia tersenyum padanya?
Sekretaris
Min tak tahu bagaimana perasaan CEO Shin, tapi seandainya dia adalah CEO Shin,
dia pasti akan menganggap Ja Ya lucu karena meliuk-liukan tubuhnya begitu.
Kontan Ja Ya tak terima, hei kau!!
Soo
Ah masih tidur lelap. Ponselnya berdering mendapat telepon dari Hoo Ye. Ia pun
menerimanya sambil terkantuk-kantuk. Hoo Ye memberitahukan kalau dokumennya
sudah siap, mereka harus menjadwalkan pertemuan. Apakah mereka bertemu hari
senin?
Mata
Soo Ah langsung terbuka lebar, ia pun bergegas untuk bangun. Hoo Ye pikir
terlalu lama untuk bertemu hari Senin, ia menyarankan supaya bertemu nanti sore
saja, dia akan membawa stempel perusahaan. Soo Ah senang mendengarnya, baiklah.
Jadi mereka akan bertemu nanti sore di kebun.
“Kenapa
kau senang sekali? Siapa itu?” tanya Habaek mengagetkan Soo Ah. Bagaimana dia
bisa masuk ke rumahnya?
Habaek
menunjukkan kunci rumah Soo Ah. Soo Ah buru-buru merebutnya dan merutuki Habaek.
Tapi Habaek mengatakan kalau kuncinya tergantung di pintu. Hahaha.. Soo Ah baru
ingat kalau selamam dia galau jadi lupa membawa masuk kuncinya.
Tak
mau kehilangan muka, Soo Ah menganggap kalau masuk ke rumahnya dan kunci
tergantung di pintu adalah dua hal yang berbeda. Habaek santai, memangnya salah
untuk masuk ke rumah sendiri? Sudah dibilang kalau mulutnya lagi sakit, tapi
dia tak paham juga. Dan.. bagaimana kabar tanahnya?
Soo
Ah tak berani menatap Habaek. Habaek sudah bisa menebak, dia ingin menjualnya
demi benda yang dinamakan uang? Karena dia tak memilikinya?
“Jika
boleh, aku takkan menjualnya. Tapi..”
Tak
masalah, Habaek membiarkan Soo Ah melakukan apa yang dia inginkan. Kalau dia
bisa bahagia dengan uang, maka lakukanlah. Tapi ngomong-ngomong, dengan siapa
barusan dia bicara? Siapa dia sampai bisa membuat Soo Ah tertawa seperti idiot?
Soo
Ah tak mau memberitahukan pada Habaek. Habaek memperhatikan gerak-gerik aneh Soo
Ah dan terus menatapnya. Tak mau mengaku, dia berjalan menghampiri Soo Ah dan
Soo Ah yang grogi sontak berjalan mundur sampai terdesak di dinding. Wajahnya
memerah saking groginya.
“Sepertinya
seorang pria. Pipimu memerah dan jantungmu berdegup kencang. Napasmu tidak
beraturan dan pandangan matamu goyah. Kau terlihat seperti pemeran film yang
kutonton.” Duga Habaek kemudian pergi.
Soo
Ah terduduk lemas. Dia memegangi dadanya, jantungnya berdegup tidak karuan. Perasaan
apa ini?
Habaek
naik ke loteng dengan kesal dan langsung melepaskan bajunya. Dia melihat
sesuatu yang tak kuduga akan kulihat di kehidupan nyata. Ia bertanya dimana air
pohonnya. Soo Ah mengejar Habaek untuk memberi penjelasan.. tapi seketika dia
malu melihat Habaek tak memakai baju.
Ia
kaget melihat baju baru milik Habaek. Soo Ri yang sedang membereskannya
mengatakan kalau Nona Moo Ra yang mengirim semua ini. Soo Ah meminta penjelasan
akan kata-kata Habaek, apa maksudnya kalau dia bicara dengan pria?
“Kalau
begitu, apa dia wanita?”
Soo
Ah tak bisa mengelak. Tapi masalah pipinya meremah bukan karena dia bicara
dengannya... tapi... Ah, terserahlah. Lupakan. Soo Ah buru-buru pergi darisana.
Dalam
perjalanan, Soo Ah kelojotan sebal, kenapa juga dia repot-repot memberikan
penjelasan? Kenapa itu penting? Lagian, dia hampir saja bilang kalau yang
menelepon adalah pembeli tanah.
Dia
ingat akan ucapan Habaek, sebelumnya dia melarangnya untuk menjual tanah dewa
tapi kemudian membiarkannya. Kenapa dia labil sekali? Apa Habaek ingin dia
bahagia? Soo Ah tersenyum memikirkannya.. tapi sedetik kemudian, dia menggeleng
mengenyahkan pikirannya sendiri.
Soo
Ah berpapasan dengan dua orang petugas dari lembaga perlindungan satwa. Dia
heran dengan kedatangan mereka disana. Sang Yoo menjelaskan kalau mereka
menemukan kotoran macan tutul yang sudah punah di tanahnya.
Mereka akan
melakukan penelitian dan berharap Soo Ah tak menjual tanahnya sampai penelitian
selesai.
Soo
Ah malas mendengar hal itu. Sang Yoo coba membujuknya, mereka harus mencoba
mengembalikan macan tutul korea yang punah. Soo Ah tak perduli, lagian bukan
cuma ditempatnya yang ditemukan kotoran macan. Dia tanya jadwal pertemuannya
dengan Ma Bong Yeol.
Sang
Yoo memberitahukan kalau Bong Yeol membatalkan pertemuan karena liburan dengan
ayahnya. Jadi, dia menyarankan agar Soo Ah pulang dan istirahat. Toh, kliniknya
akan segera ditutup. Soo Ah kesal, apa dia sedang mencoba melucu?
Ditempat
syuting, Moo Ra melakukan adegan perpisahan. Aktor dihadapannya mengkhayati
perannya dan siap mencium Moo Ra. Namun Moo Ra berbisik menyuruh dia menghela
nafas dan seketika aktor itu roboh.
Syuting
berakhir. Manager dan Ketua Tim ribut, tak menyangka kalau aktor itu juga pingsan.
Apa dia tak bisa membedakan antara karisma dan energi? Semua aktor pingsan
karena karisma Moo Ra. Makanya, banyak orang yang bilang kalau Moo Ra tak punya
kemistri dengan lawan mainnya dan menggap dia tak cocok dengan melodrama.
Moo
Ra tak tahan dengan keributan mereka dan bertanya tentang tempat yang ia minta.
Ketua Tim merasa kalau Moo Ra sangat cocok dengan penthouse, jadi dia sudah
menemukannya. Moo Ra marah karena Ketua Tim tak mengerti yang ia minta. Manager
tahu kalau Moo Ra marah dan berusaha mengalihkan pembicaraan.
Bertepatan
saat itu, Bi Ryeom datang kesana untuk mengajaknya makan. Moo Ra dengan dingin
menyuruh semua staff-nya meninggalkan mereka berdua. Bi Ryeom menertawakan Moo
Ra yang tak bisa melakukan adegan ciuman. Kalau begini terus, dia hanya bisa
tampil sebagai karakter penjelajah amazon.
Manager
Moo Ra menemui Moo Ra, dia memujinya yang begitu cantik setelah menggunakan
lipstik. Dia memberitahukan kalau aktornya dikirim ke rumah sakit. Pfft.. Bi
Ryeom tak bisa menahan tawanya. Apa dia mau pergi minum?
“Aku
ada janji.” Dingin Moo Ra.
Mereka
berdua pergi untuk menemui Hoo Ye. Hoo Ye pikir Moo Ra dan Bi Ryeom tampak
seperti teman yang begitu dekat. Bi Ryeom membenarkan, mereka adalah teman yang
begitu percaya satu sama lain.
Moo
Ra sebal mendengar pembicaraan mereka. Dia to the point mengatakan keinginannya
untuk meminta bantuan Hoo Ye mendapatkan tempat tinggal. Hoo Ye dengan mudah
mengiyakan permintaannya, dia juga yang sudah membuat resort-nya dikenal ‘resort
tempat dewi tinggal’. Moo Ra meminta maaf sudah merepotkannya.
Bi
Ryeom tak menyangka kalau Moo Ra bisa bicara dengan manusia dan meminta maaf
padanya. Moo Ra berkata kalau dia hanyalah manusia biasa. Dia melawan yang kuat
dan lemah. Wah, Bi Ryeom tak menyangka Moo Ra punya kemampuan menghakimi orang
lain.
Memangnya
dia tahu apa? Sinis Moo Ra. Namun kesinisannya segera menghilang saat melihat
nama Habaek di ponselnya. Dia mengangkat telepon Habaek. Keduanya berjanji
untuk bertemu. Moo Ra bertanya, kenapa dia tak mengajak hambanya?
“Aku
tak mau melibatkannya.” Jawab Habaek.
“Rahasia
apa yang kalian bicarakan? Apa kalian sang Dewa Air juga berjalan-jalan
sendirian? Wah, aku merasa dibuang.” Bi Ryeom penasaran.
Moo
Ra menyuruh dia supaya pergi. Bi Ryeom mengancam akan mencelakainya kalau Moo
Ra terus menemuinya. Moo Ra tak perduli, terserah dia.
Bi
Ryeom pergi dengan senyum sebal, “Apa yang harus kulakukan agar wanita itu mau
bersamaku? Oh, haruskah aku menangkap pria itu untuk wanita itu?”
Joo
Geul Rin keluar dari persembunyiannya di saluran air. Kemana dia harus pergi
saat dikejar-kejar didunia manusia juga? Joo Dong searching di internet ‘Manusia yang disebut Dewa’. Di sebuah
forum, dia membaca peringatan kalau mereka akan melakukan pertemuan.
Habaek
dan Moo Ra pergi ke lahan batu lagi. Kenapa dia mengajaknya pergi kesana? Mereka
sudah terlambat untuk mencari petunjuk. Habaek masih menatap tajam ke
reruntuhan bangunan batu, bukankah sebelumnya Joo Dong berkata pada Moo Ra
kalau ada sesuatu yang aneh terjadi?
“Tidak,
Joo Dong pergi kesana untuk menemukan batu itu!” ujar Moo Ra tapi Habaek
mengabaikannya dan berjalan menuju ke pintu di reruntuhan bangunan batu itu.
Habaek
memperhatikan batu dengan noda darah. Dia sudah memperhatikannya sejak pertama
kali kesini, tapi dia terganggu dengan ucapan Joo Dong dan memutuskan untuk
kembali. Dia memberikan batu itu pada Moo Ra dan Moo Ra menggunakan kekuatannya
untuk memeriksa noda darah itu.
Moo
Ra memastikan kalau darah itu adalah darah manusia. Tapi tak ada jalan lain,
tempat ini tak boleh ada jejak manusia dan harus suci. Habaek paham, tapi
darimana asalnya? Apa mungkin dari alam dewa?
“Jejak
dari Alam Para Dewa bisa saja tertinggal namun tak ada siapapun dari Alam Para
Dewa yang memiliki darah.”
Hoo
Ye sedang membantu anak tuna netra menanam bunga. Anak itu berkata kalau
neneknya boleh mengajak Ahjussi untuk makan mie bersama. Hoo Ye meminta maaf,
dia harus pergi untuk rapat penting. Ponsel Hoo Ye berdering. Dia menjauh dari
anak itu untuk menerima telepon.
Namun
tiba-tiba anak itu menjerit memanggilnya, dia menangis ketakutan karena ada
ulat ditangannya. Hoo Ye terkejut dan langsung membuang ulat itu. Ia memeluknya
supaya lebih tenang. Ia pun mengajaknya untuk pergi.
Begitu mereka berdua
pergi, ulat yang tadi ada ditangan anak itu langsung terbakar.
Moo
Ra menduga-duga kalau mungkin kejadian ini ada hubungannya dengan Joo Dong. Ia
yakin kalau dewa kecil itu tahu lebih banyak dari mereka. Apa mereka tak kan
memberitahu Bi Ryeom?
Habaek
memintanya tak memberitahu Bi Ryeom. Moo Ra tahu kalau Habaek membencinya, dia
juga begitu. Tapi mau bagaimana lagi, itu adalah sifatnya. Ia benci saat dia menciptakan
hamba dan sengaja melukainya. Ia tanya apakah Habaek ingin sesegera mungkin menemukan
Joo Dong?
“Bi
Ryeom mengatakan hal aneh. Dia bilang kau tak ingin cepat kembali.” Ujar Moo
Ra.
“Apa
maksudnya itu?”
Mereka
berdua berhenti ditepi pantai. Moo Ra sekali lagi ingin memastikan kalau ucapan
Bi Ryeom hanyalah mengada-ada. ‘Mulut
yang memuntahkan kebohongan harus tertutup.’ Itulah yang dikatakan Habaek.
Moo
Ra sering berbohong pada Habaek dan Habaek mengetahuinya. Tapi, Habaek tak
pernah berbohong padanya. Tapi apa dia tahu? Terkadang, ia ingin agar Habaek
berbohong padanya. Karena dia tahu seberapa pentingnya kata-kata itu, sekalipun
itu benar, dia memohon agar Habaek berkata kalau Bi Ryeom salah.
“Jangan
jatuh cinta dengan wanita lain. Lupakan semua rasa sakitmu di masa lalu!” pinta
Moo Ra.
Habaek
tak mengerti maksud ucapan Moo Ra. Moo Ra bersyukur kalau memang dugaan Bi
Ryeom salah. Dia berlutut dihadapan Habaek, “Sebagai calon Raja Negeri Air,
jika kau ingin menggunakan wewenangmu untuk menghukum seorang Dewi arogan ini,
aku akan menerimanya.”
Kontrak
penjualan tanah sudah ada dihadapan Soo Ah, tapi Soo Ah masih terus teringat
akan ucapan Habaek supaya tak menjual tanah dewa. Dia ragu. Hoo Ye bertanya
apakah ada masalah dengan kontraknya?
Tidak.
Soo Ah ingat kalau Habaek sudah membiarkannya. Dia yang menyuruhnya jadi dia
akan melakukannya. Tap! Tap! Soo Ah menstempel semua kontraknya. Hoo Ye berkata
kalau beberapa orang mencurigainya karena mengurus kontraknya sendiri.
Soo
Ah bersedia untuk meluruskan kesalah pahaman itu. Hoo Ye melarang, ada beberapa
situasi yang menjadi semakin rumit setelah mendapat penjelasan. Jadi, lebih
baik mereka merayakan kontrak mereka dengan makan malam.
“Kudengar
tanahmu adalah peninggalan leluhurmu. Kau tak sedih?”
Tanah
itu tak berguna, jadi tidak masalah. Hoo Ye yakin kalau orangtua Soo Ah akan
sedih. Soo Ah berkata kalau Ayahnya ada disuatu tempat, jadi dia tak bisa
menanyainya. Sedangkan ibunya, ibunya sudah meninggal jadi ia tak bisa
menanyainya.
“Maafkan
aku. Kupikir kau terlihat jelas—“
“Hal-hal
yang kelihatannya jelas ternyata tak jelas sama sekali. Dan mengenaimu, kurasa
sudah jelas kau terlahir dari keluarga kaya. Tidak, 'kan? Katakanlah bahwa itu
tak benar.”
Hoo
Ye mengaku kalau dia adalah seorang yatim piatu. Ia tak tahu siapa ibunya dan
ayahnya melakukan kekerasan sebelum akhirnya membuang dia. Soo Ah terkejut
mendengar cerita menyedihkan Hoo Ye sampai dia tanpa sengaja menjatuhkan
garpunya.
Ia
berniat memungut garpu itu, tapi Hoo Ye menahan tangannya. Biar dia memesan
garpu lainnya.
Moo
Ra menawari mereka untuk makan. Habaek masih melamun dan mengaku tak lapar.
Namun tiba-tiba Moo Ra menghentikan mobilnya, dia melihat Soo Ah sedang bersama
Hoo Ye. Dia tak menyangka kalau mereka berdua saling kenal, itu CEO Shin. Soo
Ri juga sering melihat pria itu, dia CEO? Dia punya banyak emas kalau begitu.
“Jalan.”
Habaek cemburu. Moo Ra tampak kecewa melihat raut wajahnya.
Hoo
Ye meminta maaf karena sudah membicarakan hal yang tak pantas. Mungkin kalau
dilihat dari sudut pandang dokter, Soo Ah menganggapnya punya kepribadian ganda
atau psikopat. Soo Ah mengelak, itu tak mungkin. Hoo Ye pun menawari untuk
mengantarnya ke rumah.
Tidak
usah, Soo Ah ingin naik bus dan berjalan. Angin malamnya sangat sejuk. Kalau
begitu, Hoo Ye punya sebuah pertanyaan yang ia pikirkan sejak kemarin dan
karena barusan dia menyebut angin malam. Seberapa cepat angin malam itu akan
menggetarkan hatinya? Dia ingin tahu apakah angin itu bisa ia hentikan atau
tidak.
“Aku
tak tahu apa angin itu cukup bermakna untuk diukur kecepatannya atau tidak. Jika
aku ingin menghentikannya, aku akan melakukannya sendiri. Aku tak butuh bantuan
orang lain. Dan juga, angin itu sudah berhenti sekarang. Itu... jawabanku.”
Habaek
masih ada disana memperhatikan mereka. Dia menyuruh Moo Ra mengatakan pada Bi
Ryeom kalau dugaannya salah. Entah apapun sesungguhnya, yang terpenting adalah
jawabannya kan?
“Iya.”
Jawab Moo Ra berubah senang.
Soo
Ah berjalan sambil merenungkan ucapan Hoo Ye. Dan begitu sampai ke gang
rumahnya, dia kelihatan kecewa karena Habaek tak ada di dekat lampu jalan
menunggunya. Dia masuk ke rumah dan rumahnya gelap. Ia pun naik ke loteng untuk
mengecek apakah Habaek sudah pulang.
Ia
terkejut saat Habaek tiba-tiba muncul. Soo Ah dengan tergagap menjelaskan
maksudnya naik ke loteng.. Tapi Habaek langsung memotong ucapannya dan menyuruh
dia istirahat. Dan jangan pulang terlalu larut begini.
Ngomong-ngomong,
Soo Ah penasaran kenapa Habaek tak berdiri di gang untuk memikirkan agar kekuatannya
kembali. Habaek berkata kalau dia tak akan melakukannya lagi, karena dia akan
segera kembali ke negeri air. Soo Ah mengangguk dan bergegas turun.
Habaek
masih menggenggam batu yang memiliki noda darah. Ia menelepon Moo Ra untuk
menanyakan apakah dewa kecil itu tahu tentang kejadian masa lampau? Mengenai
darah itu, dia belum bisa menemukan jawabannya.
Soo
Ah sampai ke rumah dan bertanya-tanya dengan sikap aneh Habaek. Apa mungkin dia
barusaja menonton drama dengan karakter kasar? Atau mungkin, dia tahu kalau dia
sudah menandatangani kontrak?
Bodo
amat. Soo Ah memeluk kontraknya dan membawanya untuk tidur bersama. Semuanya sudah
selesai, dia akan pergi ke Vanuatu. Tapi kemudian, dia tak bisa tenang
mengingat perkataan Habaek yang melarang dia untuk menjual tanah itu.
Penasaran,
dia mengetuk pintu loteng Habaek. To the point, dia menanyakan alasan kenapa dia
tak boleh menjual tanahnya. Pintunya takkan hilang walaupun pemiliknya
berpindah tangan. Portalnya takkan tertutup dan walaupun menjadi sedikit tidak
nyaman, itu bukan masalah besar bagi kalian, Para Dewa.
“Itulah
sebabnya kau boleh melakukan apapun yang kau inginkan.” Habaek malas.
Soo
Ah masih menuntut penjelasan. Habaek berkata kalau para dewa akan mengatakan
Raja tak sanggup menjaga tanahnya. Soo Ah masih tak mengerti, yang penting kan
Habaek terlahir sebagai Raja, jadi itu tak penting.
“Bagaimanapun,
pasti ada Dewa yang menunggu-nunggu datangnya kesempatan. Apa itu menjawab
pertanyaanmu? Pergilah.”
Soo
Ah kembali ke kamarnya dan meyakinkan kalau itu bukan masalah besar. Semuanya sudah
clear. Dia merebahkan tubuhnya ke ranjang. Tapi esok paginya, lingkaran matanya
menghitam karena dia tak bisa tidur.
Soo
Ah mencuci selimut supaya punya alasan untuk menjemurnya di loteng. Dia terus
melirik Habaek. Ia mengajak Soo Ri untuk makan bersama. Tapi Soo Ri menolak,
dia sudah makan dengan Nona Moo Ra. Oiya, semalam dia juga melihat Soo Ah
dengan CEO itu, mereka berdua sangat cocok.
Kontan
Habaek menutup buku yang dibacanya dan mengajak Soo Ri untuk pergi.
Soo
Ah masih penasaran, jangan-jangan mereka tahu kalau dia sudah teken kontrak.
Tapi, bukankah mereka tak tahu siapa pembelinya? Bagaimana kalau mereka tahu? Apa
itu alasan mereka berkonspirasi dengan dewi itu?
Tak apa-apa, kan Habaek
sendiri sudah membiarkannya. Ah.. lama-lama Soo Ah stres memikirkannya.
Moo
Ra menemui Bi Ryeom, dia kesal soalnya Bi Ryeom tak mengangkat teleponnya. Dia
ingin tahu tentang dewa kecil yang hidup selama masa Imam Besar. Bi Ryeom berkata
kalau Moo Ra mengenalnya.
Para
dewa kecil berkumpul. Didunia manusia, mereka menjadi orang kaya dan punya
mobil mewah. Saat makan bersama, mereka membahas hilangnya Joo Dong. Mereka tak
bisa menemukannya makanya mereka mengutus mereka ke dunia. Itulah alasannya
kenapa Habaek belum bisa kembali.
Kasim
Kim memuji Joo Geol Rin sebagai pahlawan. Tak pernah ada seorangpun yang
meninggalkan tanda pada Habaek dan melarikan diri. Joo Geol Rin bangkit,
bagaimana bisa mereka membiarkan masa depan mereka dipimpin oleh Raja
sepertinya?
“Apa-apaan?
Kenapa kau takut? Dia Raja disana, tapi, apa dia juga Raja disini? Menurutmu kenapa kita semua lari
ke dunia manusia yang menyedihkan ini?” balas Kasim Kim.
Pintu
tiba-tiba terbuka dan Bi Ryeom masuk kesana. Kontan mereka semua ketakutan dan
berusaha kabur. Namun Bi Ryeom melarang mereka, Augh, ini pertama kalinya dia
melihat para kriminal sedang makan siang bersama. Apa yang mereka bicarakan
pagi-pagi begini?
Takut,
mereka semua berusaha kabur. Bi Ryeom cuma tertawa melihat mereka lari
terbirit-birit. Karena yang ia butuhkan sekarang hanya Joo Geol Rin, dia
menahan kepalanya dan menyuruh dia tetap tinggal.
Moo
Ra berjalan masuk dengan anggunnya. Joo Geol Rin mangap ketakutan dan bersujud
dihadapannya. Moo Ra memarahinya karena dia berani meninggalkan tanda diwajah
Habaek kemudian melarikan diri.
“Maafkan
aku. Aku tak mengatakan apapun pada Habaek. Mengenai seseorang yang
menantangnya berkelahi.. Aku tak memberitahu padanya bahwa itu Anda.. Aku tak
memberitahunya bahwa Anda menyuruhku untuk memukulnya..”
Moo
Ra marah sekali Joo Geol Rin membahas masalah ini, tutup mulutnya kalau dia
ingin lidahnya selamat. Bi Ryeom tak bisa menahan tawa, mereka sedang melakukan
pertunjukan lawak atau apa?
Mereka
membuat Joo Geol Rin pingsan dan membawanya ke mobil. Moo Ra masih kesal karena
Bi Ryeom terus menertawakannya. Bi Ryeom masih menganggap lucu dengan
pertengkaran Moo Ra dan Ja Ya, dia cemburu mengira Habaek menyukai Ja Ya
padahal Habaek membencinya juga.
Moo
Ra diam menatap tajam Bi Ryeom. Bi Ryeom jadi tak enak, kenapa dia tak
mengungkapkan perasaannya saja lalu biarkan Habaek menolaknya. Moo Ra sinis,
apa perdulinya?
“Karena
aku benci melihatnya. Aku benci melihatnya. Itu bukan sesuatu yang seorang Dewi
pantas lakukan.”
Kesal,
Moo Ra bergegas masuk ke mobil kemudian mengunci pintunya. Bi Ryeom membujuknya
supaya bisa pergi bersama, tapi Moo Ra mengabaikan dia dan meninggalkannya
disana.
Meskipun
makan steak, tapi Habaek tak bisa memakannya dengan lahap. Soo Ri bertanya
apakah Joo Geol Rin mengetahui sesuatu. Habaek sendiri tak begitu yakin, tapi
karena dia hidup dengan Imam Besar maka kemungkinan dia mengetahui sesuatu.
Ponsel
Habaek berbunyi, Moo Ra mengabarkan kalau dia sudah membawanya. Tak lama
kemudian, Habaek sudah berada di rumah Moo Ra menemui Joo Geol Rin. Joo Geol
Rin berlutut memohon ampunan.
Moo
Ra menyuruh dia diam. Dia akan mengajukan beberapa pertanyaan dan Joo Geol Rin
harus menjawabnya. Kalau sampai dia membicarakannya diluar maka ia akan
memotong-motong lidahnya.
Habaek
menunjukkan batu yang dibawanya dari gerbang para dewa. Ada noda darah di
batunya. Joo Geol Rin terkejut, tak mungkin hal itu terjadi. Habaek bertanya,
siapa yang mungkin bisa melakukannya?
Tidak
masuk akal, karena tanah dewa itu akan menghapus semua jejak dewa. Kecuali,
pria itu.. Joo Geol Rin menggeleng tak percaya, dia yakin kalau pria itu tak
ada disana. Tak ada yang pernah melihatnya.
Mereka
menduga kalau pelakunya adalah Joo Dong. Bi Ryeom sering membicarakannya jadi
dia menyarankan supaya Habaek bicara dengannya. Bertepatan saat sedang
mengobrol, Hoo Ye datang untuk menyapa mereka.
Moo
Ra menyapanya, dia sebelumnya melihat dia bersama wanita yang mereka kenal. Hoo
Ye cuma tersenyum. Moo Ra memperkenalkan Hoo Ye pada Habaek. Hoo Ye mengulurkan
tangannya pada Habaek tapi Habaek cuma menatapnya dengan tatapan penuh telisik.
Moo
Ra meminta maaf, temannya sedang punya masalah jadi dia bersikap begitu. Tidak,
Hoo Ye yang meminta maaf karena sudah mengganggu mereka. Ia pun mempersilahkan
mereka melanjutkan acara makan. Habaek terus menatap Hoo Ye tanpa henti.
Tak
lama kemudian, datanglah Soo Ah kesana. Soo Ah tampak sedang mencari-cari
seseorang. Hoo Ye heran, dia kelihatan sangat cemas. Jika dia bersikap seperti
itu, dia bisa saja salah paham dan menganggapnya berubah pikiran. Apa dirinya
baru saja ditolak?
Soo
Ah tampak bingung. Soo Ri melihat interaksi keduanya, dia merasa mereka berdua sangat
dekat. Habaek tiba-tiba bangkit dari duduknya menghampiri mereka. Soo Ah
terkejut dengan kehadirannya dan menarik Hoo Ye pergi.
Tapi
Habaek menghalangi jalan mereka. Dia berdiri dihadapan Hoo Ye dan berbisik, “Aku
menangkapmu.”
Kontan
Hoo Ye terbelalak kaget.
Aduh... penasaran sama kelanjutannha? Min.. episode 7 ini siaran hari selasa ya? Utk episode 8 nya ga tayangkah?
BalasHapusKyk si CEO ini jga DEWA dehh coz ny kata2 ny "saya heran melihat para manusia yg suka dgn Lelucon dre mana sisi lucu ny" (klo gx slah), trus jga yg tentang ular/ulat yg tdi saat mereka pergi langsung terbakar gtu :), & jga si Haback di akhir ep 7 bilang "aq menagkapmu" ??? :) thanks sinopsis ny :) di tunggu2 sinopsis2 yg lain nyaaa ;)
BalasHapusMakasih sinopsisnya kak...
BalasHapuswaw....so fast recap.....penasaran, kayaknya Hoo Ye emang bukan manusia, trus anak yang bercocok tanam itu bukannya yang muncul di episode 1 ya?
BalasHapus