SINOPSIS
Introverted Boss Episode 15 Bagian 1
Sumber gambar dan konten: tvN
Pagi-pagi
sekali, Ro Woon sudah menyibukkan diri di dapur dan menghidangkan sarapan. Ayah
mencicipi masakan anaknya, hampir tersedak tapi ia mengaku makanan buatan Ro
Woon enak. Ro Woon senang mendengar komentar baik ayahnya, tapi saat ia
mencicipinya sendiri, rasanya sungguh tidak karuan hingga ia harus menambahkan
nasi dan MSG untuk menetralkan rasanya. Ia meminta ayah untuk berhenti
berpura-pura.
Ro
Woon bergegas melahap makanannya karena dia bisa telat berangkat kerja. Ayah
memastikan apakah ia akan tetap bekerja disana, sebelumnya Ro Woon kerja di
Brain karena memiliki niat buruk.
Ro
Woon terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum, “Unnie yang telah mengantarku
kesana. Aku akhirnya menemukan tempat serta rekan yang menyadari kemampuanku.
Semuanya berkat Unni. Begitulah keyakinanku.”
“Tapi
Ji Hye tidak meninggalkan kalung itu untukmu.”
Ro
Woon memegang kalung pemberian Hwan Ki, dia sudah mendapatkan pengganti kalung
yang lebih baik.
Woo
Il menghampiri Hwan Ki yang tengah mencuci piring. Ia mencoba mengajaknya
bicara tapi Hwan Ki masih diam murung. Woo Il tahu kalau alasan kedatangan Hwan
Ki bukan sekedar untuk mencuci piring, sebenarnya ada yang ingin ia bicarakan
kan?
Hwan
Ki masih ragu untuk mengatakannya. Woo Il memintanya untuk bicara saja, sudah
cukup selama ini ia yang selalu memperhatikan orang lain. Sekarang giliran dia
yang harus menunjukkan dirinya.
“Aku
tidak bisa melihat apa pun. Sungguh. Semula, aku pikir dapat melakukannya
dengan mudah. Bisa melihat dan membaca pikiran orang lain. Tapi, aku salah. Berpikir
bahwa kita mengetahui dan memahami segalanya, sangatlah berbahaya.”
Woo
Il tak mengerti arah pembicaraan Hwan Ki, apa maksudnya. Hwan Ki mengaku jika
dirinya tengah membicarakan masalah Sekretaris Chae, dia merasa jika ia-lah
penyebab kematiannya.
Ro
Woon menatikan kedatangan Hwan Ki diruangannya. Ia cemas karena sampai sekarang
Hwan Ki belum juga kembali. Saat melongok keluar jendela ruang kerja Hwan Ki,
Ro Woon terkejut melihat sesuatu. “Apa... itu?”
Hwan
Ki masih ke ruangannya dengan wajah lesu. Ro Woon memanggilnya dengan wajah
sumringah, ia mencemaskannya. Darimana saja seharian? Bukankah ia sudah
mengatakan jika diantara mereka tidak ada rahasia lagi?
Bukannya
menjawab, Hwan Ki malah memeluk Ro Woon begitu saja. Ro Woon menyadari jika
sesuatu telah mengganggu pikiran bos-nya, kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?
“Kenapa
banyak sekali alasan agar aku tak bersamamu?” ucap Hwan Ki sembari melepaskan
pelukannya.
Episode 15: Satu
Alasan Yang Lebih Besar Dari 99 Alasan
FLASHBACK
Hwan
Ki tersenyum lebar seusai mengantarkan Ro Woon kerumahnya. Namun tiba-tiba
datanglah Reporter Woo yang menghadangnya. Hwan Ki tak mengenalnya, siapa dia?
Reporter Woo mengaku jika dirinya adalah tetangga Ro Woon. Dan seharusnya, Hwan
Ki tidak berhak tersenyum selebar itu disamping Ro Woon.
“Apa
maksudmu?”
Reporter
Woo mengklaim jika ada sesuatu yang tidak Hwan Ki ketahui. Seseorang yang
disukai oleh Ji Hye bukanlah Woo Il, melainkan Hwan Ki. Tentu saja dia tak
mengetahuinya karena ia sama sekali tidak melirik Ji Hye. Entah apa yang
terjadi hingga akhirnya Ji Hye malah terlibat dengan Kang Woo Il, tapi sepertinya
dia ingin mengorek informasi Hwan Ki melalui sahabatnya. Pada akhirnya, semua
berawal dari Hwan Ki.
Hwan
Ki tertegun mendengar ucapan Reporter Woo, sesuatu yang sama sekali tidak
pernah ia sangka.
Dan
sebenarnya, sketsa yang dibuat oleh Ji Hye ingin ia berikan pada Hwan Ki. Dia
berfikiran untuk menitipkannya pada Woo Il.
Akhirnya
Ji Hye curhat pada Reporter Woo jika dirinya gagal memberikan sketsa buatannya.
Ji Hye murung soalnya wanita yang disukai Hwan Ki adalah seorang kurator
profesional, sketsa buatannya tidak akan sebanding. Tapi sejujurnya, Ji Hye tidak
membenci wanita itu. Dia bahkan senang karena berkat wanita itu, ia bisa
pura-pura kencan dengan Hwan Ki. Ji Hye sungguh berbunga-bunga mengingat moment
dimana Hwan Ki memberikan sebuket bunga untuknya.
Reporter
Woo tidak suka mendengar curhatan Ji Hye, “Hei, kau tahu tidak ada gunanya
menyukai pria jahat?”
“Dia
bukan pria jahat. Dia manis.” Bela Ji Hye.
Reporter
Woo sinis, saat seorang pria berbuat 9 keburukan dan 1 kebaikan, wanita masih
saja tersentuh. Sedangkan pria yang berbuat 9 kebaikan dan 1 keburukan malah
dibilang brengsk. Apa wanita tidak bisa berhitung? Bagaimana bisa pria yang
selalu berbuat kebaikan malah kalah dengan pria yang berbuat satu kebaikan.
Jawabannya sudah jelas, apa hanya kalian yang bodoh?
Ji
Hye tersenyum membenarkan, dia memang bodoh. Ia mencoba menahannya tapi rasanya
sakit saat harus selalu menutupi perasaannya. Reporter Woo dengan tidak suka menyarankan
agar Ji Hye mengungkapkan saja perasaannya. Ji Hye menolak, dia mungkin tidak
akan bisa bertemu dengannya lagi. Ia tak akan bisa hidup jika tidak melihatnya.
Ditengah
pembicaraan mereka, tiba-tiba Ji Hye mendapatkan panggilan dari Woo Il. Ia pun
permisi untuk pergi menemui atasannya. Jelas Reporter Woo melarang, sekarang
sudah larut tapi kenapa dia harus pergi menemui atasannya. Ji Hye bersikeras
untuk tetap pergi, dia akan mentratir Reporter Woo. Terimakasih sudah mau
mendengarkan curhatannya.
“Jangan
pergi.” Pinta Reporter Woo sungguh-sungguh.
Ji
Hye tak mendengarkannya dan tetap pergi. Reporter Woo cuma bisa diam di tempat
duduknya dengan kecewa. Ia merogoh sakunya, ia pun menatap kotak cincin yang
dipersiapkannya dengan sedih.
Kembali
ke adegan pertemuan antara Reporter Woo dan Hwan Ki. Ia menyalahkan Hwan Ki
sebagai penyebab utama semua ini. Seharusnya dia sekali saja menatapnya. Ji Hye
bahkan tak bisa hidup tanpa melihatnya. Paling tidak, dengarkan dia sekali
saja. Dibandingkan siapapun, Hwan Ki –lah yang paling melukainya. Dibandingkan
siapapun, Hwan Ki –lah yang paling bertanggung jawab.
“Dan
sekarang, kau ingin mengencani adiknya?” tanya Reporter Woo.
Ucapan
Reporter Woo sungguh tak disangka oleh Hwan Ki. Dia terdiam kaget, mulutnya bungkam
tak bisa mengatakan apapun.
FLASHBACK END
Ro
Woon terkejut mengetahui jika Reporter Woo memendam perasaan untuk Kakaknya. Ia
baru menyadari kenapa selama ini Repoter Woo berusaha mengungkapkan insiden
dibalik kecelakaan tiga tahun lalu. Bahkan atasannya sampai memecatnya. Dan
yang membuat Ro Woon sulit menerima kenyataan adalah karena Kang Daepyo
bukanlah penyebab kematian kakaknya. Tapi penyebabnya karena kakaknya takut
jika ia tidak bisa melihat Hwan Ki lagi, pria yang sangat dicintainya.
FLASHBACK
Ji
Hye tak bisa menahan tangis setelah Hwan Ki mengetahui apa yang terjadi antara
dirinya dan Woo Il. Ia mencoba menghubungi seseorang, namun teleponnya tidak
diangkat. Ji Hye semakin bimbang, apalagi saat ia membayangkan Hwan Ki ada
disampingnya, namun ia tak mau berbicara ataupun menatapnya. Ji Hye putus asa
membayangkan hal itu, dia menerawang jauh menatap ke luar jendela ruang kerja
Hwan Ki. Jendelanya sudah terbuka dan angin menerpa wajah Ji Hye yang sudah tak
punya semangat hidup lagi.
FLASHBACK END
Ro
Woon menatap keluar jendela ruang kerja Hwan Ki “Orang yang semestinya memiliki
sketsa Unni bukanlah Kang Daepyo melainkan kau. Sesuatu yang selalu dilihat seseorang. Kang Daepyo selalu
dikerubungi oleh orang-orang. Semula, kupikir itu alasan dia menggambar gedung
dipenuhi orang-orang. Rupanya aku salah.”
FLASHBACK
Hwan
Ki punya kebiasaan menatap keluar jendela dan Ji Hye selalu memperhatikannya.
Suatu ketika, Ji Hye iseng berdiri didekat jendela menirukan apa yang Hwan Ki
lakukan. Dibalik jendela itu, ia bisa melihat gedung disebelah gedung brain
dari sana. Ji Hye pun membuat catatan di note-nya.
Tanpa
disadarinya, Hwan Ki tiba-tiba muncul dan bertanya apa yang tengah ia lakukan. Ji
Hye yang panik pura-pura menyolek jendela, ia hanya memeriksa debu yang
menempel disana. Hwan Ki menyuruh Ji Hye tidak usah khawatir, dia sudah
membersihkannya. Ji Hye makin salting dihadapan Hwan Ki, ia pun bergegas pamit
dan berlari meninggalkan ruang Hwan Ki secepat mungkin.
FLASHBACK END
Ro
Woon menunjukkan sketas buatan kakaknya yang ditujukan untuk Hwan Ki, “Ini yang
selalu kau lihat di luar jendelamu. Toko bunga dan kue di lantai satu. Kafe di
lantai dua. Salon di lantai tiga. Benarkan? Kurasa dia ingin menggambar
serealistis mungkin.”
Air
mata Hwan Ki menetes, mungkin menyesal karena sudah salah paham selama ini. Ro
Woon menyerahkan sketsa itu untuk Hwan Ki, sekarang sketsa itu sudah menemukan
pemilih yang sebenarnya.
Selepas
meletakkan sketas buatan kakaknya diatas meja, Ro Woon pun berjalan meninggalkan
ruang Hwan Ki dalam diam. Hwan Ki tak sanggup untuk menghentikan Ro Woon. Ia
hanya bisa menemaninya pulang, dibelakangnya.
-oOo-
Figting. Saya penggemar tulisanmu
BalasHapusDaebak faithing💞👌👌
BalasHapusSuka dgn ceritanya, mksih tuk yg udah nulisnya
BalasHapus