SINOPSIS Radiant
Office Episode 3 Bagian 2
Sumber gambar: MBC
Ho
Won tidak bersemangat ketika menatap hidangan sup-nya. Sebelum berangkat, dia
cuma punya uang untuk naik bus. Tapi sekarang, dia sudah punya uang setelah
makan siang. Ki Taek tidak ingin melihat suasana murung seperti ini, dia
menyuruh mereka segera menyantap makan siangnya.
Awalnya,
Ho Won berniat mentratir makan siang mereka. Namun Ki Tae melarangnya, dia yang
akan membayarnya. Tidak, Ho Won tetap ingin mentraktir mereka berdua. Dia baru
saja menemukan uang 50ribu won, ini pertama kali dalam hidupnya menemukan uang.
Ia rasanya ingin menghabiskannya secepat mungkin, ini berasa uang pesangon
untuknya.
Kang
Ho menuntut penjelasan akan kata-kata ‘pesangon’ barusan. Ho Won enteng mengaku
jika ia sudah lelah menerima omelan General Manager Seo dan ingin keluar dari
sana. Kang Ho dan Ki Taek jelas terkejut, dia mau mengundurkan diri?
Ho
Won menemui Kkot Bi, sepertinya ingin memberitahukan perihal pengunduran
dirinya. Kkot Bi menyambutnya dengan baik, bahkan menjamunya dengan camilan yang
tidak dimakan Presdir. Oiya, tadi pagi Presdir juga memarahi General Manager Brngsk.
Ho Won heran, kenapa?
“Semuanya
makin lancar bagi tim marketing sejak General Manager Seo bergabung tapi tim
penjualan makin kesulitan. Dia pasti merasa terpojok karena penampilan produk. Walau
begitu General Manager Brngsk yang menerima kalian bertiga. Jangan buat dia
marah. Lalu, sebenarnya apa yang membuatmu kemari?”
Kontan
Kkot Bi kaget mengetahui jika Ho Won sudah memberikan surat pengunduran diri,
padahal dia sudah diterima di Tim Penjualan.
Ho
Won berlarian cemas menuju ke meja Manager Jo untuk mengambil kembali surat
pengunduran dirinya. Namun Manager Jo yang super sibuk tidak memberikan dia
kesempatan berbicara. Dia malah menyuruh Ho Won untuk membantu pekerjaan
Manager Lee.
Manager
Jo menumpuk file miliknya kemudian berjalan pergi. Ho Won melihat surat
pengunduran dirinya terselip diantara dokumen itu. Dia mengulurkan tangannya,
berharap bisa menjangkau surat itu. Namun sayangnya, tangan Ho Won tidak sampai
dan surat itu sudah dibawa pergi Manager Jo.
“Tidak.”
Teriak Ho Won.
Asisten
Lee salah sangka, mengira ucapan kata ‘tidak’ itu ditujukan untuknya.
Sepertinya dia terlalu cepat untuk berkata tidak, dia bahkan belum memberikan
tugas apapun untuknya. Ho Won tak mendengarkan ucapan Asisten Lee, dia lemas
berpegangan ke sekat kayu sambil mewek.
Trio
Karyawan Kontrak membahas masalah yang dihadapi Ho Won. Ki Taek sudah melongok
keruangan Woo Jin dan surat pengunduran diri Ho Won belum dibaca olehnya. Mereka
harus segera mengambil kembali surat itu. Ho Won bingung, bagaimana mereka
mengambilnya sedangkan dia tak tahu kapan Woo Jin akan pergi meninggalkan
ruangan.
Rencana
pertama adalah dengan memberikan minuman untuk Woo Jin. Dengan begitu, dia akan
segera pergi ke toilet dan mereka menggunakan kesempatan itu untuk mengambil
surat pengunduran diri Ho Won.
Ho
Won masuk ke ruangan Woo Jin dengan membawa satu nampan penuh botol minuman.
Woo Jin heran melihat tingkahnya, apa yang dia lakukan? Ho Won meminta maaf
soal kemarin, ini pertama kalinya dia berkumpul dengan rekan kerja dan terbawa
emosi.
“Jadi
kau mau menyogokku? Kau tidak jadi mengajukan pengunduran diri?”
“Aku
belum melakukannya.” Ucap Ho Won sembari mencoba meraih surat pengunduran
dirinya saat Woo Jin lengah.
“Belum?!”
Woo
Jin menoleh ke arah Ho Won. Ho Won berjingkat kaget karenanya, ia pun batal
meraih surat pengunduran diri miliknya. Ho Won tersenyum sok manis, dia mengaku
belum siap melakukannya. Woo Jin berdecak menanggapi Ho Won yang plin-plan. Ia
berniat melanjutkan pekerjaannya namun Ho Won terus berdiri disana. Apa yang
sedang ia lakukan? Dia menyuruh Ho Won cepat keluar soalnya ia ingin
melanjutkan pekerjaan.
Ho
Won berjalan meninggalkan ruang kerja Woo Jin dengan geregetan. Dia berharap
supaya Woo Jin juga dipecat saat ia keluar dari perusahaan.
Ji
Na tengah menerangkan pekerjaan Jae Min, ia terus memujinya yang cepat dalam
belajar. Ki Taek memperhatikan mereka berdua dengan sebal. Sedangkan Ho Won,
dia terus memantau pergerakan Woo Jin. Dia memberikan kode pada Ki Taek supaya
mengintip ruangan Woo Jin, dia sudah meminumnya atau belum?
Ki
Taek membalas kode, jika Woo Jin sudah meminumnya. Ho Won memberikan kode tanda
O menggunakan tangannya. Ji Na memperhatikan interaksi antara Ki Taek dan Ho
Won. Merasa diperhatikan, Ho Won mengubah tanda O-nya menjadi tanda love.
Ji
Na memutar matanya dengan sebal. Manager Jo mempersilahkan Ho Won dan Kang Ho
untuk pulang. Namun Ho Won menolak dengan alasan dia mau mengerjakan lebih
banyak pekerjaan.
Ki
Taek lagi-lagi memberikan semangat pada Ho Won. Ji Na melihat keduanya terus
memberikan kode-kode, ia tampak tidak menyukainya.
Jae
Min kembali membantu Ji Na melakukan pekerjaannya. Dia pun pamit setelah
seluruh pekerjaannya usai. Ki Taek yang baru kembali membeli makan, tanpa
sengaja melihat mereka berdua. Kali ini dia sudah tenang, bahkan ia menyapa Jae
Min dengan santai.
Ki
Taek juga menegur Ji Na, ia memerikan makanan yang baru saja ia beli. Namun Ji
Na memarahinya, makanan itu tidak akan mengubah keputusannya. Ki Taek
menanggapi tenang, dia mengerti kalau mereka berdua memang putus. Ji Na makin
kesal, lalu perpisahan macam apa ini? Kenapa mereka masih harus bertemu dari
pagi sampai sore saat sudah putus?
Tapi
Ki Taek malah suka dengan keadaan mereka saat ini. Ki Taek tidak perlu lagi
penasaran dengan kabarnya, apa dia sudah makan atau belum dan sebagainya. Ia pun
meletakkan makanan yang barusan ia beli ke tangan Ji Na.
Ho
Won makan malam bersama Kang Ho di minimarket. Dia menyuruhnya supaya pulang
saja, biar dia disana sendirian. Kang Ho tidak enak meninggalkannya sendiri,
ada yang ingin ia katakan.
Namun
Ho Won menyela ucapannya, ia memberitahukan jika salah satu dari mereka mungkin
akan menjadi karyawan tetap. Ia dengar kabar ini dari Kkot Bi, kalau dirinya
benar-benar keluar maka kesempatan mereka berdua menjadi 50:50.
Ho
Won sudah hampir menyerah akan nasibnya karena sampai malam begini, Woo Jin
belum juga meninggalkan ruangannya. Namun Ji Na menyuruhnya supaya memasang
poster, seharusnya itu adalah tugas Ki Taek, tapi dia pergi ke percetakan.
Terpaksa,
Ho Won memasang poster itu di kantor. Bertepatan saat itu pula, Woo Jin turun
dari ruangannya untuk pulang. Sontak Ho Won berubah semangat kemudian
menyapanya dengan manis. Woo Jin menanggapinya dingin dan menyuruh Ho Won untuk
mengulang kembali memasang posternya yang tidak rapi.
Ho
Won berjalan menuju ke ruang tempat produk hauline dipajang. Ia memandangi
kasur empuk yang terdapat disana. Ho Won merebahkan dirinya di kasur yang
sangat empuk itu, kamar nyaman yang selama ini begitu dia idamkan,
"Enaknya jika semua ini milikku, selama-lamanya."
Keesokan
harinya, semua staf sibuk mempersiapkan pembukaan pameran. Woo Jin mengecek
segala persiapan dan memberikan berbagai instruksi pada Ji Na. Satu per satu,
para pelanggan mulai berdatangan. Ki Taek dan Kang Ho bertugas menyambut mereka
sementara Jae Min yang kedapatan pekerjaan paling enak, menemani Ji Na
mempromosikan produk-produk mereka pada para pelanggan.
Ki
Taek cemas karena Ho Won masih belum datang juga, jangan-jangan dia pingsan di
tengah jalan lagi, teleponnya juga tidak diangkat. Bagaimana kalau mereka ke
rumahnya saja? usulnya. Memangnya Ki Taek tahu rumahnya Ho Won dimana? Tidak.
Kang
Ho curiga, jangan-jangan semalam Ho Won ketahuan mengambil surat pengunduran
dirinya dan kena semprot Woo Jin. Ki Taek tak yakin, sejak dia bekerja di
timnya Woo Jin, dia merasa kalau Woo Jin itu bukan orang jahat. Tapi tetap saja
Kang Ho cemas, mengingat tingkah Ho Won dalam interview dulu.
Dia
akhirnya memutuskan untuk menelepon Ho Won saat itu juga tanpa mempedulikan
para pelanggan, tapi tetap saja teleponnya tidak diangkat. Woo Jin hanya bisa
mendesah kesal melihat keserampangan mereka.
Di
kantor, Tuan Park menemui Dirut Han yang terang-terangan menyindirnya. Pameran
terakhir mereka tidak mendapat respon positif dan sekarang yang tersisa hanya
satu pemborong. Apa yang akan Tuan Park lakukan jika mereka tidak bisa
merilisnya.
"Tentu
saja kita harus merilisnya apapun yang terjadi. Kalau tidak bisa terjual maka
aku akan tetap di inventory dan berusaha melakukan appaun sebisanya untuk
menjualnya. Jangan khawatir."
"Selesaikan
tanpa ada masalah. Kau juga harus melakukan sesuatu. Setialah pada para pemenang
dan khianatilah pecundang."
"Kita
akan menang."
Ho
Won masih juga belum bisa dihubungi. Kang Ho terus mencoba menghubunginya. Tapi
tepat saat itu juga, Ki Taek melihat seorang anak kecil memanjat sebuah rak
untuk mengambil sebuah mainan dan gara-gara itu rak langsung oleng. Ki Taek
langsung sigap berlari dan menggunakan tubuhnya untuk menamengi anak itu dari
kerobohan rak.
Ibu
anak itu langsung panik menjauhkan Ki Taek dari anaknya dan mendampratnya
habis-habisan. Tak ayal kedua pria itu langsung dimarahi oleh Woo Jin.
Kang Ho
berusaha membela diri dan Ki Taek pun langsung meminta maaf, tapi Woo Jin sama
sekali tidak terima alasan apapun dan terus menyalahkan kecerobohan mereka,
semua ini terjadi karena mereka terlalu sibuk menelepon seseorang ditengah
kerja.
"Kalau
kalian dibayar hanya untuk membuat kecelakaan, enyahlah!"
Begitu
Woo Jin pergi, Kang Ho akhirnya mengerti kenapa Ho Won begitu ingin menabrakkan
truk ke lobi kantor. Ki Taek mendesah, akhirnya dia mengerti bagaimana
kata-kata bisa membuat seseorang merasa ingin mati. Dia bahkan berubah pikiran
tentang Woo Jin, dia memang jahat.
Ji
Na dan Jae Min menunjukkan sebuah ranjang yang empuk dan dilengkapi lampu LED
pada para pelanggan. Tapi anehnya, seorang nyonya tiba-tiba mendengar suara
dengkuran. Dia mencoba tiduran tapi langsung bangkit dengan ngeri, sepertinya
ada sesuatu di dalam kasur itu.
Keheranan,
Ji Na dan Jae Min membuka selimutnya dan menemukan Ho Won keenakan tidur. Ho
Won akhirnya bangun dan langsung cengengesan menyadari kekacauan yang
dibuatnya. Dia cepat-cepat mengubur dirinya didalam selimut dan saat Woo Jin
membuka selimutnya kembali, dia melihat Ho Won menangkupkan kedua tangannya
meminta pengampunan.
Gara-gara
semua kekacauan itu, Dirut Han langsung ngomel-ngomel memarahi Woo Jin. Woo Jin
berusaha membela diri tapi Dirut Han malah jadi menuduhnya tidak mau
bertanggungjawab. Tuan Park sok baik, pura-pura membela Woo Jin padahal
tersirat sindiran dalam ucapannya.
Diam-diam
dia memberi isyarat pada Dirut Han dan Dirut Han pun langsung mengusir Woo Jin
dari ruangannya. Dalam perjalanan keluar, dia mendengar Tuan Park memberitahu
Dirut Han kalau Manajer Jo berhasil mendapatkan kesepakatan dengan Cina.
Dia
berjalan kembali ke kantornya dengan kesal bahkan tanpa mempedulikan sapaan
hormat Asisten Lee. Sementara yang lain keluar untuk makan malam dengan tim
design, Ho Won menggalau di meja kerjanya. Ji Na membanting beberapa dokumen
dan menyuruh Ho Won untuk menyelesaikannya malam ini dan mengaturnya kedalam
file.
"Malam
ini?" Ho Won agak keberatan.
"Apa
kau mau tidur di tangga dan menyelesaikannya besok?" sindir Ji Na.
"Apa
email anda?"
"Kirimkan
saja lewat portal perusahaan."
"Tapi
saya tidak tahu bagaimana caranya..."
Tapi
protesnya sama sekali tidak didengar dan Ji Na terus berlalu pergi
meninggalkannya. Terpaksalah Ho Won harus bekerja lembur menyelesaikan laporan
itu. Woo Jin keluar dari kantornya tak lama kemudian dan langsung melempar
surat pengunduran dirinya Ho Won.
Ho
Won meminta maaf, tapi Woo Jin tidak peduli dan berkata kalau dia tidak mau
melihat Ho Won di kantor besok. Ho Won hanya bisa terdiam sedih mendengarnya.
Dia terus bekerja sampai larut malam lalu mengetik pesan curhat pada Ki Taek dan
Kang Ho. Niatnya cuma mengirim email itu pada Ki Tak dan Kang Ho, tapi mungkin
karena bingung mengoperasikan email kantor, dia malah memilih semua nama
pegawai dan terkirimlah email itu pada semua komputer karyawan.
Keesokan
harinya dia tidak berniat ke kantor karena perintah Woo Jin kemarin. Tapi
kemudian dia ditelepon Asisten Lee yang menyuruhnya untuk menggantikannya
mengerjakan sesuatu dan langsung menyebutkan alamat yang harus Ho Won tuju.
Ho
Won akhirnya pergi ke sebuah rumah sakit bernama Rumah Sakit Miso. Asisten Lee
menyuruh Ho Won untuk mendapatkan tanda tangan Direktur di sana. Bangunan itu
masih dalam proses konstruksi dan direkturnya ternyata Dokter Seo Hyun. Ho Won
langsung terpesona, cakep banget.
Seo
Hyun pun tampak senang melihat kedatangan Ho Won dan menyapanya ramah seolah
ini baru pertama kali dia bertemu Ho Won, dia bahkan bersikap seolah dia tidak
tahu kalau Ho Won dari Hauline.
Sesampainya
di kantor, Asisten Lee langsung menyalakan komputernya tapi malah shock
mendapati pesan dari Ho Won itu. Jae Min juga melihatnya, Ho Won pasti sudah
gila.
Ho
Won santai memotreti segala sesuatu di gedung itu sambil memberitahu Seo Hyun
kalau dia datang menggantikan Asisten Lee dan menunjukkan proposal produk
mereka pada Seo Hyun. Seo Hyun mengklaim kalau dia tidak tahu mana yang bagus
dan meminta Ho Won untuk memilihkan untuknya.
"Ah,
siapa namamu?" tanya Seo Hyun.
"Saya
Eun Ho Won. Saya masih belum punya kartu nama bisnis"
"Sepertinya
kau... pekerja baru, yah?"
Ho
Won hendak mengaku tentang dirinya. Tapi belum sempat berkata apapun, dia
ditelepon Asisten Lee yang meneriakinya untuk balik ke kantor sekarang. Ho Won
pun langsung pamit.
Woo
Jin baru tiba di kantor, tapi malah mendapati kantor sedang kacau dan Tuan Park
sedang ngamuk-ngamuk membanting semua dokumen. Dengan kesal dia memerintahkan
Asisten Lee untuk segera memanggil Ho Won sekarang juga. Woo Jin jelas bingung,
apa yang terjadi?
Dia
akhirnya membaca email itu dan langsung mendengus geli. Karena Ho Won ternyata
curhat kalau dia tidak tahan dengan Tuan Park yang mengganggunya dan memaksanya
minum saat mereka karaokean waktu itu. Apalagi waktu itu mereka makan daging
sapi premium yang mahal tapi yang membayarnya malah si subkontraktor yang
malang. Dia merasa tidak terbiasa dengan lingkungan kerja yang aneh ini.
Woo
Jin menanyakan kebenaran email Ho Won itu. Asisten Lee tak sengaja keceplosan
membenarkannya dan langsung buru-buru menyangkalnya begitu sadar.
Woo
Jin meneruskan membaca lanjutan email Ho Won, Ho Won mengaku bahwa sejak
melihat showroom itu, dia jadi termotivasi untuk bekerja lebih lama di
perusahaan ini. Pekerjaan ini seperti sihir yang mengubah fantasi jadi
kenyataan.
Begitu
sampai lobi kantor, Ho Won langsung disambut oleh Ki Taek dan Kang Ho yang
memberinya sebotol air dan menyuruhnya menarik nafas dalam-dalam. Ho Won jadi
khawatir melihat sikap mereka, ada apa? Mereka menatapnya cemas, kantor sedang
kacau balau.
Woo
Jin dengan tenang menelepon tim IT dan memintanya untuk segera menghapus email
itu dan mengklaim dirinya bertanggungjawab sepenuhnya. Tuan Park sendiri sedang
menggalau didalam ruangannya tak tahu harus berbuat apa. Dari balik tirai, dia
melihat Woo Jin menatap ke arahnya dengan seringai licik.
Tak
butuh waktu lama, email itu pun langsung musnah dari semua komputer. Asisten
Lee shock, baru tahu kalau selama ini mereka semua diawasi. Aduh, bagaimana
kalau Direktur utama membaca emailnya yang menjelek-jelekkannya?
Keadaan
sudah terkendali saat Ho Won tiba di sana. Tapi tetap saja dia langsung dibawa
menghadap ke kantornya Dirut Han. Tuan Park berusaha membela dirinya dari
tuduhan suap yang Ho Won tulis di email tadi. Woo Jin dengan senyum licik,
mengusulkan agar Dirut Han menghukum Tuan Park.
Tuan
Park mati-matian membela dirinya, tidak terima dituduh menerima suap tanpa ada
bukti apalagi tuduhan itu datang dari kata-kata pekerja kontrak belaka. Ia
bahkan langsung menyebut Ho Won jal*ng dan menuntut Ho Won untuk mengatakan
yang sejujurnya.
Kesal
dengan hinaan Tuan Park, Ho Won nekat menyatakan kalau dia tidak berbohong.
Semua orang menatapnya shock, Woo Jin bahkan tak menyangka mendengar keberanian
Ho Won. Ho Won menegaskan kalau dia melihat itu dengan mata kepalanya sendiri.
Dia bahkan menyebutkan kalau Manajer Jo dan Kang Ho juga melihatnya waktu itu.
Tapi
Manajer Jo hanya diam dan Kang Ho tambah panik. Apalagi Ho Won malah memintanya
untuk bersaksi akan apa yang mereka lihat malam itu. Tuan Park semakin marah,
mengklaim kalau subkontraktor bahkan tak ada di sana malam itu jadi mana
mungkin dia meneirma suap dari subkontraktor seperti tuduhan Ho Won.
"Kang
Ho, beritahu mereka. Kau saat itu melihatnya denganku dan kita bahkan
membicarakannya."
Kang
Ho gemetar panik sampai tangannya berkeringat dingin. "Sa-saya
yakin..."
Woo
Jin antusias menantikan ucapannya. Tuan Park kesal membentaknya, membuat Kang
Ho jadi makin gugup.
Di
luar, Asisten Lee merutuki Ho Won yang membuat kantor jadi kacau. Ji Na sinis
menyindirnya, pasti Asisten Lee memakan iga di acara kumpul-kumpul waktu itu.
Asisten Lee menyangkal, bersikeras mengklaim kalau mereka cuma makan samgyupsal
dan Tuan Park yang bayar.
Ji
Na sama sekali tidak percaya, Asisten Lee selalu bilang kalau cuma pegawai
laki-laki yang melayani klien tapi tenryata mereka mengeksploitasi
subkontraktor dan dia naik jabatan karena itu. Asisten Lee tidak terima
tuduhannya dan mengklaim kalau dia mengorbankan hidupnya demi perusahaan.
"Ya,
ya. Kau itu cuma tukang pandai bicara. Tapi... apa Manager Jo juga ada di
sana?"
"Tentu
saja."
Ji
Na kecewa mendengarnya, "Akhirnya dia menerima kenyataan kalau minum-minum
lebih efektif daripada bekerja keras"
Beberapa
saat kemudian, mereka semua keluar dari ruang kantor Dirut Han. Ho Won menatap
Kang Ho kecewa. Karena tadi Kang Ho ternyata mengkhianatinya dan berbohong
kalau dia tidak melihat apa-apa malam itu. Dia bahkan bilang kalau Ho Won mabuk
berat malam itu.
Ho
Won langsung mengepak barang-barangnya dan bertanya kecewa pada Kang Ho,
"Apa kau harus melakukan itu? Kau juga melihatnya malam itu."
Manajer
Jo menyela dan memerintahkan Asisten Lee untuk membawa Kang Ho keluar. Manajer
Jo meminta maaf pada Ho Won karena tidak bisa membantunya. Tapi dia
mengingatkan Ho Won bahwa dalam perusahaan, yang paling penting adalah
penghasilan, entah itu kesalahan atau tidak.
Ho
Won menyandarkan kepalanya di belakang lift saat beberapa karyawan masuk dan
langsung menggosipkan si pekerja kontrakan bodoh yang mengirim email itu. Ho
Won menghembuskan nafas dalam-dalam, berusaha menahan diri untuk tidak melabrak
para pegawai itu.
Dia
berusaha bersabar sekuat tenaga saat tiba-tiba saja lift macet. Para karyawan
itu langsung panik memanggil teknisi dan Ho Won langsung melempar tatapan tajam
pada mereka. Dia membayangkan dirinya melabrak ketiga karyawan itu, tidak
terima diremehkan hanya karena dia pegawai kontrak.
"Aku
tidak sengaja melakukannya. Mereka tidak mengajariku. Saat karyawan baru dapat
pelatihan di lapangan, aku malah menyalin dokumen. Aku mulai menjalankan tugas
sebelum aku belajar tentang sistem perusahaan. Aku membuat kesalahan karena aku
tidak tahu. Apa kalian itu tidak bisa mengajariku?! Si*l*n!"
Teknisi
mengumumkan kalau ini cuma kesalahan teknis sementara dan ketiga karywan itu
langsung mendesah lega dan dengan santainya mengucapkan kata mati, kata yang
sekarang jadi kata yang paling sensitif bagi Ho Won, mereka bahkan berkata
kalau lift ini seperti karyawan sementara. Ho Won yang sedari tadi berusaha
bersabar, akhirnya tak tahan lagi.
Dia
langsung mencegah mereka keluar dari lift. Dia memberitahu mereka kalau dialah
karyawan bodoh yang mereka bicarakan itu. "Aku tidak hanya hampir mati.
Tapi benar-benar akan mati!"
Setetes
air mata mengalir di pipinya dan memerintahkan mereka untuk memencet lantai 9.
Si karyawan itu ketakutan dan langsung melaksanakan perintahkannya. Dengan
langkah mantap dia kembali ke kantornya, membanting barang bawaannya dan
berkata "Aku tidak bisa... berhenti seperti ini."
Woo
Jin keluar dari ruangannya saat itu dan mereka saling memandang.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^