SINOPSIS Queen of
Mystery Episode 3 Bagian 1
Sumber gambar:
KBS2
Seol
Ok menduga jika kasus yang mereka tangani bukanlah kasus pencurian, ini seperti
kasus yang sudah terjadi. Ia pun mengikuti debu bekas jejak sepatu, ia yakin
kalau orang itu masuk melalui kamar di lantai dua. Namun Seol Ok sendiri
merasakan adanya keanehan, melihat tatanan kasus yang ada ditempat itu dan
sprei yang menyelimutinya.
Ia
melongok ke jendela di kamar itu, jendelanya tidak terkunci. Dan dibawah
jendela tampak tumpukan semak bunga yang berserakan. Seol Ok memasuki setiap
ruangan dengan hati-hati.
Dia
merasakan keanehan saat mengetahui jika korban hanya kehilangan beberapa
perhiasan dan uang. Padahal, di kamar si anak terdapat gadget yang tergeletak
diatas kasur, ia yakin harganya lumayan mahal. Berlian yang ada di meja rias
pun tidak tersentuh oleh pelaku. TV baru dan plakat penghargaan berlapis emas
18 karat juga ditinggalkan begitu saja padahal terpampang jelas di ruang
keluarga.
Wan
Seung melongok dari jendela untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh Seol Oh, “Aku
tahu ada sesuatu yang berbau amis.”
Seol
Ok menggolongkan pencuri ke dalam beberapa klasifikasi. Kalau pencuri itu
mencari belian, maka dia akan masuk ke kamar utama. Kalau uang tunai, mereka
akan mencari tas dan laci. Jika barang eletronik, mereka tidak perlu susah-susah
mencari. Namun pencurian kali ini, pelaku tidak punya urutan tertentu.
“Apa
pencurinya mencari sesuatu? Mungkin itu narkoba lagi.” Tanya Joon Oh.
Bukan,
Seol Ok pikir dia punya tujuan lain. Hal paling aneh adalah pelaku tidak masuk kamar
mandi. Bagi Joon Oh, hal itu sangatlah wajar karena tidak ada apapun di kamar
mandi. Namun tidak bagi Seol Ok, bagaimana pelaku bisa tahu kalau pintu itu
adalah pintu kamar mandi disaat semua pintu dirumah itu sama?
Dan
jejak yang ditinggalkan pelaku, semuanya tampak sangat jelas dan pelaku tidak
ragu-ragu langsung masuk ke kamar yang ditergetkan. Sesuatu yang diincar pelaku
bukanlah pencurlian melainkan sesuatu yang lebih parah .. pembunuhan.
Wan
Seung mendengarkan ocehan Seol Ok sambil duduk diatas trolinya, ia tersenyum
remeh mendengar kesimpulan tidak masuk akalnya.
Semua
orang yang ada disana pun tidak mempercayai omongan Seol Ok, mereka tidak
menemukan adanya mayat disana. Seol Ok menunjuk lantai atas, seseorang
meninggal di lantai atas kamar utama dan tubuhnya..
Ahjumma!
Bentak Wan Seung. Joon Oh coba menjelaskan jika Seongsaenim tidak sengaja
datang kesana. Namun Wan Seung tidak memperdulikan penjelasan Joon Oh, dia menunjukkan
borgolnya. Dia akan menangkap Seol Ok kalau dia ikut campur.
Seol
Ok melongo menatap Wan Seung. Wan Seung yakin kalau Seol Ok ketakutan mendengar
gertakannya. Namun bukan itu.. Seol Oh menjerit marah melihat telur di trolinya
pecah semua karena diduduki Wan Seung.
Dia
menyuruhnya bangkit, tapi Wan Seung menolak. Kesal tidak didengarkan, Seol Ok
mendorongnya Wan Seung sampai jatuh dan semua telur pecahnya tumpah ke celana
Wan Seung.
Disisi
lain, seorang anak datang ke kantor polisi. Petugas Jang yang seharusnya berpatroli
lepas tangan dan tak mau mengurusi anak itu. Terpaksa Juniornya yang harus
bertanya pada si anak tadi, apa ada sesuatu yang terjadi padanya? Anak itu
untuk menjawab.
Wan
Seung marah-marah karena Seol Ok sudah merendahkan otoritas seorang polisi. Seol
Ok balas tidak terima, lalu kenapa juga ada polisi yang menduduki
telur-telurnya. Wan Seung memperingatkan sekali lagi, dia akan menangkap Seol
Ok kalau ketahuan ada di TKP lagi. Joon Oh coba menengahi, dia yang sudah
meminta saran dari Seongsaenim, maafkan dia.
Wan
Seung juga menyalahkan Joon Oh, sebagai polisi malah meminta saran pada ibu
rumah tangga. Seol Ok tersinggung, memangnya apa yang salah dengan ibu rumah
tangga? Ibu rumah tangga ini jauh lebih tahu dari pada dia. Bagaimana bisa dia
mengatakan kalau kasus ini adalah kasus pencurian padahal sebenarnya kasus
pembunuhan?
“Kau
terlalu banyak menonton TV. Jika pembunuhan, pasti ada mayat!”
“Apa
kau tahu berapa persentase mayat yang ditemukan di TKP? Apa mereka sudah menerima
dan mengajarkan sembarang orang dengan uang pajak kami?”
Sembarang
orang? Wan Seung tak mau kalah, memangnya Ahjumma sendiri kuliah dimana? Apa
dia pascasarjana? Seol Ok membenarkan, memangnya kenapa? Nyali Wan Seung agak
menciut, tapi dia menegaskan jika buku tidak mengajarkan segalanya dan gelar
sarjana tidak bisa menangkap penjahat.
Kali ini Seol Ok sependapat, memang
benar kalau penjahat tidak akan perduli dengan hasil ujiannya, yang dibutuhkan
adalah kesabaran dan pengalaman.
Penyelidik
menegur Wan Seung dan Seol Ok yang sudah mengkontaminasi TKP. Kontan Wan Seung
dan Seol Ok saling menyalahkan. Bertepatan saat itu juga, Pemilik Rumah datang
kesana untuk menanyakan hasil investigasi. Petugas Investigasi mengatakan kalau
mereka sudah menyelesaikan proses penyelidikan, hasilnya akan segera keluar.
Pemilik
Rumah tidak perduli dengan hasilnya, yang penting mereka menangkap pelakunya.
Seol Ok maju memberitahukan kalau kasus ini bukanlah pencurian melainkan
pembunuhan. Pemilik Rumah menanggapi santai, apa dia menemukan mayatnya?
“Kita
akan menemukannya.”
“Aku
meminta kalian untuk menemukan pencuri. Jika ada pembunuhan, harusnya ada
mayat.”
Seol
Ok menatap Pemilik Rumah dengan aneh, apa dia melakukan pembunuhan? Kenapa dia
mengulur investigasinya? Pemilik Rumah menyuruh Seol Ok menghentikan ocehannya,
dia akan melaporkannya ke Kepala Polisi kalau dia terus berulah.
Seol
Ok masih keras kepala untuk meyakinkan kalau ini kasus pembunuhan. Wan Seung
membekap mulutnya, ia meminta maaf. Ahjumma ini adalah pengacau, dia yang akan
mengurusnya. Wan Seung menjunjung Seol Ok dengan paksa meninggalkan TKP.
Wan
Seung menyeret Seol Ok menuju ke toko pakaian. Dia minta ganti rugi untuk
pakaiannya yang kena telur. Seol Ok awalnya sempat menolak, tapi melihat luka
di lengan Wan Seung karena melindunginya, ia berubah pikiran. Dia mau tapi ada
syaratnya.
“Syarat?”
Wan
Seung sudah mengganti kemeja yang ia gunakan. Seol Ok juga memberikan jaket
sebagai ucapan selamat sudah menyelamatkannya. Lumayan keren, mungkin karena
jaketnya yang bagus. Wan Seung percaya diri membenahi jaketnya, ini efek
dirinya yang keren. Dia pun buru-buru kabur tapi Seol Ok menahannya, urusan
mereka belum selesai.
Ditempat
lain, Dong Ki mengawal para Jang Do Jang menuju ke penjara Seoul. Wan Seung
meneleponnya, menyuruh dia untuk terus mengawasi mereka dengan ketat.
Sedangkan
Wan Seung kini berada di minimarket bersama Seol Ok. Sepertinya dia minta ganti
rugi atas telurnya yang pecah. Wan Seung heran kenapa dia membeli banyak sekali
telur? Dia mau menjualnya lagi atau bagaimana. Seol Ok mengaku kalau dia menggunakan
telurnya untuk message. Wan Seung berdecih, istri jaksa melakukan hal yang aneh
sekarang.
Bertepatan
saat mengobrol, Wan Seung menerima telepon dari Petugas Lee yang mengabarkan
kalau seorang anak laki-laki datang memberikan laporan kehilangan. Wan Seung
mengiyakan, dia akan segera kesana. Seol Ok sontak menghampiri Wan Seung, dia
menebak ada anak laki-laki yang melaporkan kehilangan seseorang. Ibunya yang
hilang.
Wan
Seung tertawa remeh, bagaimana bisa mengetahuinya? Jangan-jangan Polisi Hong
Joon Oh yang memberitahunya lagi. Seol Ok menunjukkan rekaman suara Wan Seung
barusan, dia yang mengatakannya sendiri. Wan Seung membentak marah, kenapa juga
dia merekam suaranya?
Seol
Ok pikir dia tidak melakukan hal ilegal, toh mereka juga sedang membicarakan
hal itu. Wan Seung benar-benar tidak bisa membantah ucapan Seol Ok. Lalu
bagaimana dia tahu kalau anak laki-laki itu melaporkan kehilangan Ibunya?
Bagaimana kalau ayahnya?
“Apa
kau bodoh? Ayahnya (Pemilik Rumah) yang menyuruh kita pergi tadi.” Jawab Seol
Ok.
Wan
Seung kalah telak soal debat dengan Seol Ok. Lupakan sajalah, dia akan membayar
telurnya dan masalah diantara mereka sudah berakhir.
Anak
laki-laki itu memohon pada Joon Oh untuk segera melakukan pencarian. Mereka tidak
akan menemukan Ibunya kalau dia terus diam begini. Joon Oh menenangkannya, mereka
tengah melacak ponselnya. Dia bisa tenang karena petugas yang menangani kasus
ini bisa menangkan 34 anggota geng dan mengirim mereka semua ke penjara. Ibunya
akan segera ditemukan atau dia akan kembali sendiri sebelum mereka
menemukannya.
“Jika
kau tidak cepat menemukannya, Ibuku mungkin akan mati.”
Joon
Oh terkejut, Ibunya mungkin mati?
Seol
Ok masih membujuk Wan Seung untuk menyelidiki TKP sekali lagi. Tidak ada yang
bisa menyembukan sebuah kejahatan dengan sempurna. Pemilik toko menyarankan
agar Wan Seung menuruti omongan gadis itu, jangan sampai hidup dengan perasaan
berdoa. Dia tidak akan bisa membodohi gadis itu.
Gadis
apaan? Wan Seung menekankan kalau orang disampingnya adalah Ahjumma. Seol Ok
memastikan ada yang aneh dengan kasus ini, bagaimana mungkin seorang Nyonya
meninggalkan rumahnya saat dia baru saja dirampok? Bagi Wan Seung tidak ada
yang aneh, mungkin dia merasa frustasi dan pergi.
Seol
Ok menarik Wan Seung kemudian berbisik, “Dia tidak meninggalkan rumahnya. Dia
orang yang meninggal. Dia meninggal di kamar tidur utama.”
Pemilik
Toko minta bayaran 30 dollar. Wan Seung berkomentar harganya terlalu mahal.
Pemilik Toko segera menaikkan harganya menjadi 35 dollar, kalau yang membayar
gadis itu maka dia akan memberikan harga khusus. Wan Seung merasa
didiskriminasi, apa karena Ahjumma seorang pasca sarjana? Dia akan membuat
laporankannya.
“Aku
akan memberikan diskon khusus nanti. Turuti dia jika kau melakukan sesuatu. Gadis
ini tahu segalanya.” Saran Pemilik Toko.
Wan
Seung tidak mau beromong panjang lagi, dia segera menyelesaikan pembarannya dan
berniat pergi. Seol Ok kembali memohon, biarkan dia bicara dengan anak
laki-laki itu. Wan Seung menolak mentah-mentah permintaan Seol Ok.
Sebelum
pergi, Wan Seung mewanti-wanti Seol Ok untuk tidak datang ke kantor polisi atau
dia akan menangkapnya. Seol Ok protes, dia tidak minta uang atau makanan
kesana. Dia hanya ingin membantu. Wan Seung meremehkan omongan Seol Ok, pulang
saja sana, masak.
“Jangan
kembali lagi nanti untuk memohon bantuanku.”
Wan
Seung percaya diri, dia tidak akan melakukannya. Ia pun menunjukkan borgolnya
sekali lagi untuk menggertak Seol Ok.
Seorang
kakek tampak tengah membersihkan kursi belakang sebuah mobil. Dalam mobil itu
terdapat gantungan foto seorang anak laki-laki bersama Ibunya. Kakek itu pun
berusaha melepaskan gantungan tersebut. Namun bertepatan saat itu, Seol Ok
muncul melongok dalam mobilnya.
Seol
Ok berbasa-basi bertanya apakah Kakek itu adalah pemilik mobil. Tentu saja,
memangnya mobil siapa lagi? Seol Ok melirik ke arah lap yang digunakan Kakek,
terdapat bercak merah disana. Merasa diperhatikan, Kakek segera menyembunyikan
lap itu ke balik punggung.
Seol
Ok buru-buru pamit, ia menyarankan agar Kakek tidak memarkirkan mobilnya secara
ilegal begitu. Si Kakek tampak memperhatikan Seol Ok terus, sepertinya dia
menaruh rasa curiga padanya.
Seol
Ok terus menggerutu sebal karena polisi akan menutup kasus ini sebagai kasus
pencurian. Mereka tidak akan bisa menemukan pelakunya kalau begitu. Kyung Mi
ada disana membantu Seol Ok membersihkan telur yang akan dikasih cuka. Dia
menyuruhnya jangan meletakkan telurnya keras-keras, nanti pecah. Dan jangan
lupa, hari jumat datang ke tokonya lebih awal.
Tentu
saja, Seol Ok tahu kalau Kyung Mi akan menemui putranya. Kyung Mi sedih, ia
merindukannya. Tapi dia tidak bisa lama-lama bersamanya. Anaknya selalu
beranggapan kalau dia sudah meninggalkannya. Ibu Mertunya mengatakan pada
anaknya kalau Kyung Mi sudah menjual putranya demi uang.
Seol
Ok bergidik ngeri mengetahui kengerian mantan mertua Kyung Min. Ia merasa jadi
teman yang mengerikan, ia bicara tentang kasus pencurian terus menerus tanpa mendengar
keluhan sahabatnya.
“Ya,
kau memang mengerikan. Makanya, jangan bercerai.”
Ibu
Mertua Seol Ok pulang, Seol Ok dan Kyung Mi segera menyambutnya. Ibu Metua
keheranan melihat banyaknya telur dirumah mereka. Kyung Mi memberitahukan kalau
mereka sedang membersihkan telur untuk disimpan dalam air cuka. Katanya, dia
menyukainya. Ibu Mertua memang suka, tapi dia tak mungkin memakannya sebanyak
itu.
Bukannya
Ibu yang menyuruhnya membeli lima papan telur? Tanya Seol Ok. Ibu membenarkan,
tapi dia menyuruhnya beli banyak supaya bisa menyimpannya, harga telur sedang
murah sekarang. Dia mah makan paling cuma lima butir. Seol Ok nyengir kuda
kearah Kyung Mi, mereka bisa menggunkana separuhnya untuk massage saja.
Seol
Ok meyakinkan dirinya supaya mengabaikan kasus ini dan membiarkan kepolisian
menyelesaikannya sendiri. Tapi pada akhirnya, dia tetap menelepon Joon Oh untuk
meminta bantuannya. Dia ingin bicara dengan anak laki-laki itu.
Joon
Oh sembunyi-sembunyi menerima telepon dari Seol Ok, saat ini Wan Seung yang
tengah menanganinya.
Joon Oh menoleh, dia terkejut saat melihat Wan Seung sudah
berdiri dibelakangnya. Wan Seung memperingatkan agar Joon Oh tidak
memberitahukan apapun pada Ahjumma itu atau dia akan menggigitnya. Masuk cepat.
Joon
Oh tidak bisa berkutik lagi, bukankah Seongsaenim sudah mendengarnya sendiri?
Seol Ok menyuruh Joon Oh supaya tidak patuh pada Wan Seung. Mereka berdua punya
kedudukan yang sama. Dalam kepolisian tidak ada yang namanya senioritas. Yakinlah.
Dia
menghampiri Wan Seung dengan mantap. Dia kemudian meletakkan ponselnya di meja
dan ponsel itu masih terhubung dengan Seol Ok. Dia meminta anak laki-laki itu
menjawab pertanyaannya dengan jelas. Anak laki-laki itu bernama Cha Hee Chul,
dia memohon pada Wan Seung untuk menemukan Ibunya sebelum terlambat. Ia pikir
Ibunya pergi karena mau mati.
“Kemana?”
“Aku
akan pergi dan melihat jika aku tahu itu.”
“Bisa
kau pikirkan tempatnya?”
“Aku
sudah pergi ke semua tempatnya. Apa kau pikir aku main-main karena aku masih
kecil?”
Seol
Ok kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan Wan Seung. Sekarang dia kehilangan
kepercayaan anak itu. Disisi lain, tampak proses introgasi terus berlangsung. Dan
Hee Chul kelihatan enggan memberikan jawaban lagi apalagi Wan Seung malah
tampak memarahinya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^