SINOPSIS Radiant
Office Episode 7 Bagian 1
Sumber gambar: MBC
Woo
Jin panik ketika Ho Won tiba-tiba pingsan. Hyo Ri yang baru datang salah paham
dengan Woo Jin, dia langsung mendorongnya menjauh dari Ho Won. Apa yang dia
lakukan pada wanita mabuk? Woo Jin coba menjelaskan jika Ho Won pingsan. Namun
Hyo Ri tidak mau mendengarkan penjelasannya.
Dia
buru-buru mendorong Woo Jin dan memapah Ho Won masuk dalam rumah. Meskipun kepayahan,
dia menolak mendapatkan pertolongan dari Woo Jin.
Sesampainya
dalam rumah, Hyo Ri terus mengomeli Ho Won yang minum sampai pingsan begitu.
Tapi ketika ia menggoncang tubuhnya supaya bangun, dia baru sadar jika Ho Won
tidak bau alkohol yang artinya dia memang tidak sedang mabuk.
Saat
membuka matanya, Ho Won mendapati sudah ada Hyo Ri dan Ho Jae dihadapannya. Ia
pun menepuk wajahnya sendiri, masih mengira kalau ia tengah bermimpi. Ho Jae
khawatir mengetahui jika kakaknya pingsan dijalan. Ho Won sekarang yakin jika
dia memang sudah sadarkan diri dari pingsaannya, dia mewek haru melihat adiknya
ada disana.
Kenapa
dia tidak bilang apa-apa saat ditelepon? Tanya Ho Won. Ho Jae mengaku jika Ibu –lah
yang memintanya untuk tidak mengatakan apapun, mereka ingin membuat kejutan. Mereka
buru-buru datang kemari karena Ibu mendapatkan mimpi buruk. Ia dengar jika
kakak pingsan, ada apa dengannya?
Ho
Won mengaku baik-baik saja, hanya pusing sebentar. Oiya, ngomong-ngomong
bagaimana dengan GM Seo? Hyo Rin heran karena Ho Won masih sempat bicara soal
bosnya padahal dia hampir dilecehkan oleh pria di jalan. Untungnya, dia sudah
memukul pria itu. Ho Won melongo kager, siapa? Bos-ku?
Woo
Jin di apartemennya, tapi seorang wanita sudah menunggunya disana. Rupanya dia
adalah Ibu Ho Won. Tak lama kemudian, Ibu Ho Won sudah ada di dapur apartemen
Woo Jin. Woo Jin tidak enak, dia tak perlu repot-repot melakukan itu. Ibu
menyuruh Woo Jin untuk lebih bersantai dengannya, lagipula dia tidak melakukan
ini supaya Woo Jin memperlakukan putrinya dengan baik. Dia tidak bisa meminta
Woo Jin untuk memperlakukan putrinya istimewa.
“Saya
pikir Ho Won mirip anda.”
“Tidak,
dia mirip dengan almarhum Ayahnya. Dia dewasa sebelum waktunya, dia tidak
pernah mengatakan apapun jika mengalami hal sulit. Tetap saja, mereka
mengatakan kalau anak miskin mengalami kehidupan yang sulit. Kalau kau tidak
suka dengan pekerjaannya, tolong, kasihani dia karena punya orangtua yang
buruk. Bukan salahnya jika dia buruk, itu salahku.”
Woo
Jin menatap ke arah lantai, dia mendelik kaget ada hewan yang menggeliat-geliat
disana. Kontan Woo Jin naik ke atas meja sambil menjerit ketakutan. Ibu baru
sadar kalau salah satu belutnya jatuh, ia pun segera menangkapnya dan
menunjukkan belut itu dihadapan wajah Woo Jin. Sontak Woo Jin makin berteriak-teriak
ketakutan.
Mengetahui
Ibunya tengah berada di rumah Woo Jin, Ho Won bergegas untuk menjemputnya. Tepat
saat sampai disana, Ho Won mendapati Ibunya tengah memberikan amplop untuk Woo
Jin. Woo Jin mungkin tidak enak, ia pun menyembunyikan amplop tersebut.
Ho Won
terlanjur malu dengan apa yang dilakukan Ibunya, ia buru-buru mengajak Ibunya
untuk pergi. Ia meminta maaf pada Woo Jin dengan apa yang dilakukan oleh Hyo Ri
dan Ibunya.
Woo
Jin membuka kotak berisi makanan yang dibawakan oleh Ibu Ho Won. Ada berbagai
macam makanan dengan note yang sudah ditempelkan Ibu. Woo Jin tersenyum saat
membacanya.
Ho
Won sungguh kesal dengan Ibunya yang bertindak sembrono, GM Seo bukanlah wali kelas
sekolah. Kenapa dia melakukan hal itu? Membuatnya malu. Ibu tidak terima,
dirinya mempermalukan Ho Won? Ho Won membenarkan, padahal dia sudah takut untuk
bertemu dengannya besok tapi Ibu malah semakin memperburuknya. GM Seo sangat
membenci hal semacam itu. Kenapa Ibu membuat semuanya jadi semakin sulit
untuknya?
“Semua
orang suka barang gratis. Kau bilang kau bersyukur dengan apa yang ia lakukan
padamu. Kau ingin memberikan sesuatu untuknya dan memberikanku alamat rumahnya.
Daripada memaketkannya, aku mengirimnya langsung. Apa aku butuh izinmu untuk
berbagi makanan dengannya?”
“Kenapa
kau mempermalukanku? Kau belum melakukan apapun untukku.” Ho Won terus mencecar
Ibunya dengan kata-kata menyakitkan. Ibu sadar diri, dia memang tidak bisa
melakukan hal banyak untuknya, tapi dia tetaplah ibunya. Coba saja saat dia
mengasuh anaknya sendiri.
“Aku
memilih hidup lama dengan anak sepertiku. Makanya aku tidak akan membuatnya
menderita sepertiku.”
“Baiklah.
Pasti sulit punya ibu buruk sepertiku.” Ujar Ibu kecewa.
Ibu
mengajak Ho Jae untuk pergi sekarang juga, sebelum Ho Won mungkin memukulnya.
Hyo
Ri menghampiri Ho Won setelah Ibu pergi. Dia menepuk pundak Ho Won yang sudah
berlebihan dalam bicara. Mereka jarang bertemu, kalau begini mereka akan
semakin jarang bertemu. Hyo Ri membuka kiriman berisi makanan yang dibawa Ibu,
Ibu sungguh luar biasa.
Ho
Won menangis menyadari kata-katanya sudah kelewat batas. Ia berlari keluar
rumah menggunakan sendal yang berbeda, ia mengejar Ibu namun Ibu dan Ho Jae
sudah keburu masuk taksi. Ho Won terduduk menangis dijalanan, semakin menyesali
apa yang sudah meluncur dari mulutnya sendiri.
Bersamaan
saat itu, Woo Jin juga sedang keluar rumah membawa ponsel baru untuk Ho Won. Tapi
saat melihat Ho Won terduduk menangis ditengah jalan membuatnya ragu dan
memutuskan untuk membatalkan niatnya.
Seo
Hyun menemui Ayahnya yang tidak lain adalah Ketua Hauline. Keduanya
bercakap-cakap formal layaknya rekan kerja. Namun perhatian Seo Hyun tertuju
pada hidangan udang disana, membuatnya tampak kecewa. Ketua mempersilahkan Seo
Hyun untuk menyantap hidangannya, udang hari ini sangat segar.
Agak
ragu, Seo Hyun memakan udangnya. Ketua mengungkit absennya Seo Hyun saat peringatan
kematian Ibunya. Seo Hyun mengaku jika ia punya pasien darurat. Ketua rasa
seharusnya Seo Hyun bisa meluangkan sehari dalam setahun. Seo Hyun sinis
mengatakan jika Ketua sepertinya sangat perduli dengan mantan istrinya yang
sudah meninggal, tapi kenapa dia malah menceraikannya?
Mengalihkan
pembicaraan, Ketua membahas tentang rumah sakit yang dikelola Seo Hyun. Rumah
sakit Seo Hyun berjalan dengan baik, menghasilkan banyak keuntungan. Untung?
Ketua kira menyelamatkan pasien adalah sebuah tugas bagi Seo Hyun.
“Apapun
yang aku lakukan tidak akan memuaskanmu kan?”
“Seorang
ayah tidak akan tidak puas dengan anaknya tanpa alasan.”
“Aku
tahu. Aku selalu salah dan saudaraku selalu benar. Ayah, kau tidak perduli
denganku. Apa kau tidak tahu kalau aku alergi udang?” Seo Hyun menunjukkan
tangannya yang muncul bintik-bintik merah “Apa yang kau tahu tentang aku? Kau
menyarankan kita untuk berkompetisi. Sudah jelas aku yang akan kalah. Aku akan
pergi.”
Keesokan
harinya, Woo Jin memakan masakah Ho Won. Rasanya enak, pasti Ho Won menurun
dari Ibunya.
Dikantor,
Ji Na berangkat kerja dan bertatapan dengan Ki Taek. Keduanya agak canggung
namun kecanggungan mereka langsung pecah saat Woo Jin datang kesana. Woo Jin
bertanya dimana keberadaan Ho Won? Ji Na menawarkan untuk menghubunginya tapi
Ki Taek melarang, biar dia saja. Woo Jin menambahkan supaya menyuruh Ho Won
untuk beristirahat di rumah kalau sedang sakit.
Ji
Na mendesah, karyawan kontrak ternyata punya keberanian untuk telat. Asisten
Lee menyela mengatakan jika seorang karyawan kontrak harusnya meninggalkan
keberaniannya dirumah. Ki Taek risih dengan ucapan Asisten Lee, “Anda juga akan
pulang lebih awal kalau sakit. Mungkin dia sakit hari ini.”
“Kau
butuh izin untuk sakit. Kau tahu kan? Kau tidak seharusnya mengabaikan tugasmu.”
Ho
Won mengenakan baju hadiah Ho Jae. Ia lemas saat naik ke lift. Tiba-tiba seorang karyawan nyerobot masuk kedalam
sehingga lift yang kepenuhan. Tidak ada yang mau mengalah turun, Ho Won dengan
tidak bergairah berjalan keluar dari lift. “Meskipun aku mati besok, aku masih
harus hidup hari ini. meskipun sakitnya tak tertahankan, hidup harus terus
berjalan.”
Ho
Won tersenyum dan berjalan menuju tangga.
Diruangannya,
Woo Jin masih bingung caranya memberikan ponsel untuk Ho Won. Nanti dia salah
paham. Tapi bukankan tidak masalah seorang bos untuk memberikan hadiah untuk
bawahannya. Mungkin dia akan senang dapat ponsel gratis. Tapi apa yang akan ia
katakan padanya?
Ho
Won masuk ke ruangan Woo Jin, dia segera menunduk meminta maaf atas apa yang
dilakukan ibunya. Woo Jin menyembunyikan ponselnya dibawah lengan, apa Ho Won
baik-baik saja? Dia sungguh membuatnya terkejut saat tiba-tiba pingsan. Ho Won
kembali meminta maaf, dia tidak tidur selama beberapa hari makanya agak pusing.
Woo
Jin menyuruh Ho Won untuk menjaga kesehatannya. Selain itu, ia menyodorkan
ponsel yang sudah ia persiapkan. Ia mengaku mendapatkannya dari seorang teman
yang bekerja di perusahaan ponsel. Dia bisa menggunakannya. Ho Won terkejut,
untuk apa?
“Bukankah
ponselmu sering kehabisan daya dan tidak bisa terkoneksi.”
“Itu
kan karena sudah tua.”
“Banyak
kejadian tidak terduga di kantor dan toko. Sebagai seorang marketer, kau tidak
menjalankan tugasmu dengan ponsel itu.
Kalau
begitu, dia meminta uangnya dikembalikan dan dia akan membelinya sendiri. Dia yakin
Ibu mendapatkan uang itu dengan bekerja keras. Woo Jin tidak tahu maksud
perkataan Ho Won. Ho Won tahu kalau semalam Woo Jin mendapatkan amplop dari
Ibunya. Ah, Woo Jin ingat dan memberikan amplop tersebut pada Ho Won.
Ho
Won merebutnya dengan semangat, tapi dia langsung kelimpungan malu saat tahu
isinya cuma jimat kertas. Woo Jin memang sudah berniat mengembalikannya, jadi
dia meminta supaya Ho Won mengembalikannya dan katakan jika ia menikmati
makanan buatannya.
“Jadi
anda memberikan ponsel itu sebagai ganti dari makanan yang anda dapatkan?”
“Kalau
kau menganggapnya begitu, ya tidak apa-apa.”
“Ngomong-ngomong,
ibuku membuat masakan itu sepenuh hati. Bisakah anda tidak mengecapnya dengan
harga dan nikmati saja makanannya?”
“Kau
yang menganggapnya begitu. Aku tidak mengatakannya dan menikmati masakannya.”
Ho
Won pun malu dan buru-buru permisi meninggalkan ruangan Woo Jin.
ditggu kelanjutannya ..semangat
BalasHapusWahhh cepet juga sinopnya!
BalasHapusWahhh cepet juga sinopnya!
BalasHapusEpisode 8nya mana?
BalasHapus