SINOPSIS Fight My Way Episode 4
Bagian 2
Sumber gambar: KBS2
Sebenarnya,
Ae Ra tidak nyaman saat ‘Pangeran Berwibawa’ harus mengantarnya. Moo Bin mengantarnya
sampai rumah, apa benar disana rumahnya?
Dalam
batin, Ae Ra agak tersinggung dengan ucapan Moo Bin, apa maksud dari ‘apa benar’-nya? Ae Ra membenarkan
pertanyaan Moo Bin, kalau begitu dia mau turun. Moo Bin menahan tangannya
dengan menarik ujung baju Ae Ra, kenapa buru-buru?
“Lalu
kenapa? Kau mau makan ramyeon di rumahku?” balas Ae Ra.
Kontan
Moo Bin membeku ditempat (makan ramyeon=kalo ga salah sih maksudnya kode ‘merayu’).
“Kenapa
kau kelihatan sangat takut? Kupikir kau suka jjolmyeon, bukan ramyeon.”
“Maksudku...
Aku sangat suka ramyeon dan jjolmyeon.” Ujar Moo Bin gugup.
Ae
Ra tersenyum melihat reaksi Moo Bin, dia tuh imut. Pasti dulu sering menjadi
bahan ledekan di sekolahnya. Moo Bin pikir dia tidak imut. Dia juga tak mau
menjadi imut. Dengan mantap, dia meraih tangan Ae Ra.
Bos
Joo Man terpaksa nyeker sebelah dan mengira sepatunya di curi orang. Joo Man
cuma bisa menahan tawanya, tak disangka jaman sekarang masih ada pencuri
sepatu. Seorang supir pengganti menghampiri Ye Jin dengan mobil bagusnya.
Bos
langsung meledek Joo Man soalnya Ye Jin punya mobil bagus. Ye Jin pamit pulang
pada semua rekannya. Dengan manis, dia menawarkan tumpangan pada Joo Man karena
dia melewati rumahnya. Joo Man tegas menolaknya, dia sudah ada janji.
Ae
Ra meminta Moo Bin untuk pulang. Tapi Moo Bin tidak mau, lebih baik dia
melihatnya masuk rumah duluan. Ae Ra menunjuk rumahnya, rumahnya kan disana,
sudah dekat. Moo Bin menunjukkan balkon rumah Ae Ra, berarti itu rumahnya?
Dibalkon
itu ada beberapa kaos buluk yang di jemur. Ae Ra kontan mengelak, maksudnya
yang diujung sana. Ooh, berarti dia suka warna emas yah? Ae Ra menoleh dan
melihat puncak bangunannya ada patung singa emas. Aish.. dalam batin Ae Ra
merutuk, kenapa ahjumma pemilik bangunan meletakkannya disana?
“Ae
Ra, jangan menyapa penyewa di lantai dua. Aku punya firasat buruk mengenai pria
itu.”
Ae
Ra agak geregetan, “Kenapa kau berpikir ada pria yang tinggal di sini?”
Dong
Man tiba-tiba datang menghampiri Ae Ra dan memeluknya riang. Ae Ra coba
melepaskan diri, kan dia sudah bilang supaya dia tidak bertingkah begini. Dong
Man masa bodoh, dia akan kembali melakukan seni beladiri.
Dengan
karir sebagai seniman bela diri ini, dia akan membuat hidup yang baik bagi Ibu, Ayah, Dong Hee, Pelatih,
dan Ae Ra. Dong Man kembali memeluk Ae Ra erat-erat.
Moo
Bin keluar dari mobilnya. Dong Man terkejut, kenapa dia ada dirumah mereka? Moo
Bin keheranan, rumah mereka? Ae Ra menjelaskan kalau rumahnya dan rumah Dong
Man bersebrangan. Apa mereka saling kenal?
“Kami
alumni sekolah yang sama.” Jawab Moo Bin dan Dong Man berbarengan.
Dong
Man masih penasaran dengan alasan Moo Bin datang kesana. Moo Bin menarik tangan
Ae Ra, dia baru saja mengantarnya. Mereka sekarang sudah resmi berpacaran. Jadi
dia memintanya supaya tidak memeluk Ae Ra begitu.
Ah..
Ae Ra menengahi, dia cuma salah paham. Dong Man dan dia itu teman baik. Moo Bin
tidak percaya, hubungan antara pria dan wanita tidak ada yang namanya teman. Itu
adalah alasan yang dia buat untuk menjaga temannya dalam jangkauannya tapi tak
ingin berkencan dengannya. Dia tak suka mereka berdua berteman.
Bukan
hanya teman, bagi Ae Ra, Dong Man seperti saudara. Dong Man menatap Ae Ra
dengan kecewa, tapi mereka berdua tidak saudaraan. Ia juga tidak menyukainya.
Dia tidak sudah Ae Ra berkencan dengan Moo Bin secara resmi atau tidak.
Ae
Ra terkejut, “Kau tak pernah ikut campur dengan pacaranku sebelumnya.”
“Aku
tidak tahu. Tapi aku tidak suka sekarang.”
Ponsel
Moo Bin berdering menerima panggilan dari rumah sakit. Dong Man menyuruhnya
untuk cepat pergi, ia meraih tangan Ae Ra dan mengajaknya naik. Moo Bin tidak
mau, dia harusnya ke IGD tapi sekarang ia kelaparan. Dia mau makan ramyeon,
tapi Ae Ra menawarinya kan?
Dong
Man mendelik kaget, apa dia gila? Ae Ra meluruskan, dia tadi menawarinya cuma
untuk meledek saja. Moo Bin mengaku kalau dia sangat lapar, kalau kembali ke
IGD sekarang mungkin dia tidak bisa makan. Ia ingin ke rumah Ae Ra dan masak
ramyeon.
Uwah,
Dong Man kebakaran jenggot. Dia mengancam akan memberitahukan ayah Ae Ra kalau
Ae Ra tinggal di rumah sendirian dan mengajak pria makan ramyeon. Ae Ra kesel,
ada apa sih dengannya hari ini? Dia mabuk? Memangnya salah mengajaknya makan
ramyeon?
Baiklah,
Moo Bin mengerti. Mungkin akan terkesan brengs*k kalau dia melakukannya
sekarang. Tolong undang saja dirinya nanti. Mereka bisa makan ramyeon diluar
untuk saat ini. Dong Man tambah panas, dia yakin kalau Moo Bin memang sudah
punya pikiran ngeres.
Moo
Bin masa bodo, ia menuntun tangan Ae Ra supaya pergi dengannya. Dong Man
menjagal tangan kirinya, dia juga mau ikutan makan ramen. Ae Ra sampai bingung,
ada apa dengan mereka berdua?
Mereka
bertiga pun ujung-ujungnya makan ramen bersama. Ae Ra menengadahkan tangannya
meminta sumpit pada Dong Man, tapi Dong Man yang cuek mengabaikannya. Moo Bin
yang perhatian langsung mengambilkan sumpit untuk Ae Ra.
“Jika
kalian satu sekolahan dulu apa kalian berdua dekat?”
Tidak
sama sekali, jawab Moo Bin dan Dong Man berbarengan. Dong Man tidak suka
berteman dengan anak yang hobinya ngoceh. Moo Bin juga sama, dia tidak suka
dengan anak yang cuma sekedar atlet. Guru mereka sering menghukum Dong Man.
Moo
Bin mengatakan kalau dia sebenarnya sudah melanggar waktu hari ini. Mungkin dia
bisa dipecat sesampainya di RS nanti. Ae Ra tidak enak hati, harusnya dia tidak
melakukan itu. Mereka bisa bertemu lagi lain kali.
Tidak
bisa, soalnya Moo Bin sudah merindukan Ae Ra. Ia memikirkannya berkali-kali
dalam sehari. Kalau tak melihatnya, ia mungkin tak bisa melakukan apapun. Dong
Man mendengarkan ocehan Moo Bin yang kesannya lebay, dia tak bisa menahan
tawanya.
Ae
Ra juga agak malu-malu kucing, Moo Bin blak-blakan sekali. Moo Bin mengajak Ae
Ra untuk berkencan lagi besok. Dia sudah merencanakan full-course. Dong Man
cemburu dibuatnya, dia pun menarik kursi Ae Ra supaya mendekat ke arahnya. Ae
Ra sampai kaget, kenapa dia menarik kursinya?
Dong
Man menyuruh Ae Ra cepat makan, mie-nya sudah melar.
Janji
yang dimaksud Joo Man adalah bertemu dengan Sul Hee. Sul Hee sedang memandangi
baju yang terpasang di etalasi. Joo Man menghampirinya, kenapa dia makan es
krim lagi setelah makan daging? Ia menyapu baju Sul Hee yang kotor kena es
krim. Kenapa dia terus menggunakan pakaian seragam? Bukankah sulit dibersihkan?
“Kita
bisa berpakaian biasa jika mau.”
“Lalu,
kenapa kau selalu memakai seragam? Bukankah kau ingin terlihat cantik?”
Sul
Hee akan menggantinya 3 kali seminggu mulai sekarang. Dia tak mampu membelinya,
lebih baik memakai seragam. Joo Man mampu membelikannya untuk Sul Hee, dia
sudah punya penghasilan dan bisa menghabiskannya untuk Sul Hee.
Tidak
bisa, Sul Hee tidak mau menghabiskan uang yang susah payah didapatkan Joo Man.
Joo Man menunjuk pakaian yang terpajang di etalase, dia mau baju itu?
“Itu
sangat mahal.”
“Aku
akan membelikannya untukmu.”
Sul
Hee mencoba pakaian yang terpajang di toko, dia suka tapi tidak tahan dengan
harganya. Ia beralasan kalau warnanya tidak cocok dengan kulitnya. Pelayan memuji
kulit putih Sul Hee yang sangat cocok dengan pakaiannya. Bukan, Sul Hee rasa
ukurannya yang tidak cocok. Pelayan siap mengecilkannya kalau memang dia
menginginkannya.
Joo
Man tahu gelagat Sul Hee yang tak mau menyusahkannya. Tanpa banyak kata, dia
memutuskan untuk membelinya.
Sekeluarnya
dari toko, Sul Hee masih terus mengatakan kalau dia tak cocok dengan gaunnya. Mau
kemana dia menggunakannya? Joo Man lama-lama kesel juga, dia kan bisa
menggunakannya ke kantor. Gunakan warna pink, kesukaannya. Berpenampilan prima,
jangan biarkan atasannya merendahkannya. Jangan panggang daging lagi!
“Kenapa
kau berteriak? Aku tidak ingin gaunnya. Ini bukan style-ku.”
Lalu
apa style-nya? Yang murah, murah dan murah? Joo Man tahu kalau Sul Hee berakhir
seperti ini karena mendukung pria miskin sepertinya selama 6 tahun. Ia bersyukur
akan hal itu, tapi sekarang dia merasa tercekik karenanya.
Ucapan
Joo Man sungguh menyakiti perasaan Sul Hee. Dia menghentikan taksi kemudian
melempar gaunnya. Joo Man coba menjelaskan tapi Sul Hee sudah kepalang kesal.
Sul
Hee terus menangis sepanjang perjalanan. Tapi begitu melihat argo taksi terus
berjalan, Sul Hee meminta Sopir Taksi untuk mengantarnya ke stasiun saja.
Joo
Man juga ingin cepat-cepat menemukan taksi, tapi taksi yang melintas terus
direbut orang lain. Mobil merah Ye Jin menepi dihadapannya, dia menawarkan
tumpangan. Dia tak akan mendapatkan taksi disana. Terpaksa, Joo Man yang sudah
menunggu lama pun akhirnya menerima tawaran Ye Jin.
Moo
Bin dan Ae Ra masih eyel-eyelan saling menyuruh untuk pergi duluan. Dong Man
masih ada disana, berdiri layaknya bodyguard menyeramkan. Ae Ra mengalah juga,
kalau begitu dia mau naik duluan.
Tapi
begitu naik tangga, Ae Ra takut untuk naik tangga soalnya dia kan tadi
berbohong. Dong Man kontan meraih tangannya untuk cepat naik. Ae Ra kesel, dia
tidak seharusnya begitu. Dong Man tidak mau kalau sampai Moo Bin mengetahui
rumahnya, jadi biar dia yang mengantarnya.
Ae
Ra tersenyum licik, kebohongannya tidak akan terbongkar. Dia pun menyuruh Dong
Man memimpin jalan. Ia berbalik melambai manis pada Moo Bin, pergi sana. Moo Bin
balas melambaikan tangan.
Dong
Man menyindirnya, “Kau aneh sekali hari ini. kau ikutan Miss Korea ya?”
Dalam
perjalanan, Joo Man masih belum bisa tenang memikirkan pertengkarannya dengan Sul
Hee. Sul Hee meneleponnya saat itu, tapi dia sengaja mengabaikannya. Ye Jin melihat
gaun yang dibawa Joo Man, sepertinya itu pakaian wanita? Warnanya pink, dia
juga suka warna pink loh. Ye Jin menunjukkan cat kukunya yang berwarna pink.
Cantik,
puji Joo Man. Ye Jin kepedean, dia cantik?
“Maksudku
kukunya.” Jawab Joo Man.
Joo
Man minta diturunkan di dekat watung tteokbokki. Ye Jin ingin bergabung makan tteokbokki
bersamanya. Joo Man melarang, kapan-kapan saja dia mengundang semua intern dan
makan bersama.
Ia
pun turun dari mobil Ye Jin. Ye Jin memantapkan diri dan turun menemui Joo Man,
“Pak Kim. Jangan panggil semua intern. Traktir aku saja.”
Joo
Man sudah membawa sekantung tteobokki. Dia heran, kenapa Ye Jin tadi memintanya
tidak memanggil intern lain. Masa bodo, Joo Man melihat permainan capit dan ada
boneka pink disana. Ia pun memainkannya dan berhasil mendapatkan boneka pink
yang ia incar.
Ae
Ra sudah memastikan kepergian Moo Bin. Dia langsung mencecar Dong Man yang
keluar dari pekerjaannya membasmi serangga. Dia masuk MMA? Jadi dia mau
berhenti dari pekerjaan yang menggajinya dan beralih memukuli orang di ring?
Dong
Man membela diri, ini namanya seni bela diri. Tidak bisa, Ae Ra menentangnya.
Dia tidak berpengalaman selama 10 tahun, dia cuma akan dipukuli. Dong Man tak
suka dengan cara bicara Ae Ra, dia bisa menjadi penyiar setelah bertahun-tahun
dan dia tak bisa?
Ae
Ra tak mau, di MMA kan ada yang hidungnya patah dan cedera lainnya. Dong Man
meyakinkan kalau ia bisa menang. Tetap saja, Ae Ra tak suka kalau sampai Dong
Man dipukuli. Dia akan mendapatkan pukulan, tak perduli kalah atau menang.
Dong
Man menahan senyumnya, “Apa maksudmu kau bilang itu karena kau khawatir?”
Tidak,
Ae Ra tidak khawatir. Dia tidak suka saja kalau Dong Man dipukuli. Memangnya dia
pikir dia akan suka kalau sampai Baek Hee dipukuli juga?
Dong
Man kesel dibandingkan dengan seekor anjing. Beruntung dia terlahir sebagai
wanita, kalau bukan, dia sudah membuatnya melihat bintang. Sudahlah, lupakan.
Ae Ra menyuruh Dong Man mencari pekerjaan atau dia yang akan mencarikannya.
Ae
Ra mau pergi, tapi Dong Man tiba-tiba menariknya. Dia langsung terhuyung maju
dan berakhir di pelukan Dong Man. Kontan keduanya langsung gugup dan canggung.
"Mau
kemana? Ayo... kita ngobrol lebih lama."
Ae
Ra langsung mendorongnya. Dong Man kenapa, sih? Yang diperbuatnya ini tidak
menandakan kalau dia pria jantan, tapi pria bajingan. Dia kan sudah bilang
untuk tidak menyentuhnya. Bodoh amat, Dong Man akan melakukan apapun yang dia
mau. Ae Ra bersamanya saja, jangan pergi kencan atau apalah dengan si kunyuk
itu.
Ae
Ra kesal, kenapa dia mengatai Moo Bin kunyuk? Kenapa Dong Man tadi ikut makan
ramen dengan mereka? Dong Man langsung kedip-kedip bingung. Itu... karena dia
lapar.
"Kenapa
kau jadi aneh? Kenapa kau kekanak-kanakan? Apa pedulimu dengan siapa pria yang
kutemui?"
"Memangnya
aku tidak boleh peduli? Apa kita ini orang asing?"
"Iya,
kita orang asing."
Wah,
Dong Man sakit hati mendengarnya. Ae Ra tiba-tiba mencengkeram kedua pipinya.
Sepertinya Dong Man tidak paham ucapannya, tapi dalam dunia orang dewasa,
tindakannya ini tidak bisa diterima.
"Sadarlah.
Jangan goyahkan perasaan seorang gadis desa. Kubunuh beneran kau."
Sepanjang
malam, mereka berdua tak ada yang bisa tidur. Terus-menerus saling memikirkan
satu sama lain sambil mengumpat sebal. Ujung-ujungnya Dong Man malah
menggerutu, "Kenapa dia semakin cantiik, sih?"... dan Ae Ra
menggerutu "Kenapa lengannya besar sekali?"
Keesokan
paginya, Sul Hee berada di rumah Joo Man dan mengenakan baju berenda itu lagi.
Joo Man langsung senang, tapi sedetik kemudian dia berubah pikiran. Jangan
dipakai, baju itu malah membuat lekuk tubuh Sul Hee jadi kelihatan semua. Sul
Hee juga tak suka, dia jadi kelihatan tambah pendek.
Saat
dia hendak membukanya, Joo Man langsung memeluknya dari belakang dan mencoba
merayunya dan meminta maaf atas segalanya. Tapi Sul Hee masih setengah ngambek,
Joo Man minta maaf untuk apa memangnya?
"Maaf
karena membeli dress dan aku salah karena sudah meninggikan suaraku."
Cuma
itu? Joo Man terdiam bingung. Sul Hee jadi tambah kesal, Joo Man bahkan tidak
tahu apa kesalahannya. Tapi Joo Man dengan cepat berusaha meredakan emosinya
dengan mengagumi kulit Sul Hee yang hari ini kelihatan berkilau dan sukses.
Hye
Ran mendatangi rumah Dong Man. Melihat seorang ahjussi sedang mengelas di sana,
Hye Ran langsung mengomentari keamanan tempat ini yang sepertinya buruk. Berapa
biaya sewa di sini? Orang itu membuka masker pelindungnya, tapi ternyata dia
bukan ahjussi, melainkan ahjumma pemilik tempat itu.
Memangnya
Hye Ran mau tinggal di sini sampai dia tanya masalah harga sewa? Yang dia
kenakan ditubuhnya itu saja senilai 10,000 dollar, kenapa dia tanya masalah
harga? Siapa juga yang bilang kalau Hye Ran mau tinggal di sini?
Ahjumma
tidak mau menerima penyewa yang cantik, wanita cantik itu menganggu.
Peruntungan mereka menganggu, begitu pula dengan hidup mereka. Hye Ran merasa
tersinggung, peruntungannya bagus kok, bercerai itu bukan masalah di saat dan
usianya sekarang ini.
"Kau
bercerai? Tempat ini haruslah sunyi, terawat dan damai."
"Aku
terawat!"
Ahjumma
naik mengacuhkannya, tapi malah berpapasan dengan Joo Man dan Sul Hee yang baru
keluar bersama. Ahjumma geram memperingatkan Sul Hee kalau dia tidak
diperbolehkan menginap. Mereka jelas kaget saat melihat Hye Ran.
Hye
Ran menyapa mereka dan hendak menekan bel pintunya Dong Man. Tapi Sul Hee
buru-buru mencegahnya dan berteriak memanggil Ae Ra. Beberapa saat kemudian,
kedua wanita itu sudah berhadapan. Yang satu rapi elegan dan yang satu lagi
baru bangun tidur.
Berani
sekali Hye Ran datang kemari? Hye Ran balas melabraknya, katanya Dong Man sudah
menikah dan pindah, kenapa dia bohong? Suka-suka dia dong, kenapa juga dia
harus jujur pada Hye Ran? Dong Man bukan tempat pelampiasan.
"Kau
masih berani datang kemari setelah mencampakkannya? Kau pikir dia akan
menerimamu?"
"Ya,
aku rasa seperti itu."
Hye
Ran yakin kalau Ae Ra akan sependapat dengannya, iya kan? Ae Ra emosi, dia suka
menghajar wanita loh. Dong Man keluar saat itu dan Hye Ran langsung menatapnya
senduh sambil memanggilnya 'oppa' dengan suara sok imutnya. Dong Man langsung
berpaling darinya, tapi sepertinya dia goyah.
"Berhentilah
memanggil namanya dengan nada sengau itu!" Bentak Ae Ra.
Flashback,
Bahkan
di masa lalu, setiap kali Hye Ran habis putus, dia selalu balik ke Dong Man dan
memanggilnya 'oppa' dengan suara sok imutnya. Suatu malam saat Dong Man
jalan-jalan dengan Ae Ra, mereka mendapati Hye Ran di depan rumah sambil mewek
dan memanggil Dong Man 'oppa'. Dong Man langsung goyah.
Lalu
suatu malam saat teman-teman Dong Man menanyakan teman kencan butanya, Hye Ran
tiba-tiba muncul memeluknya dari belakang dan memanggilnya 'oppa' lagi dengan
imut. Dong Man lagi-lagi langsung goyah dan membuat Ae Ra frustasi melihatnya.
Lalu
suatu hari saat 4 sekawan itu sedang bermain, Hye Ran tiba-tiba datang dengan
wajah sedih, memanggilnya 'oppa' lalu menciumnya mesra. Ae Ra, Joo Man dan Sul
Hee langsung ngumpet di belakang tembok. Sul Hee langsung mengumpatinya dan Ae
Ra langsung memberinya jempol lalu melempar tatapan tajam ke wanita itu.
"Hye
Ran adalah racun bagi Dong Man. Dan kami ingin memberi makan racunnya."
Flashback
end.
Dengan
manisnya Hye Ran pamit tapi meminta Dong Man untuk mengangkat teleponnya. Dong
Man tetap menolak menatapnya dan tak mengatakan apapun juga. Tapi saat dia
hendak pergi, Sul Hee langsung mencegahnya.
"Hei,
kau. Dong Man mungkin orang tolol. Tapi aku adalah tamengnya dan aku
tangguh."
"Aku
juga." Ujar Sul Hee dan Joo Man pun langsung berdehem menyatakan dirinya
juga.
Hye
Ran sinis memperingatkan Ae Ra untuk tidak ikut campur. Ae Ra menolak,
"Aku akan selalu ikut campur. Jadi hadapi aku dulu kalau mau
mendekatinya."
"Lewati
aku juga."
"Kau
harus menumbangkan aku."
"Unnie,
semangat. Berikan yang terbaik." Sinis Ae Ra.
Hwaaaaw... nunggu senin rasanya lama banget :( :( :( makasi sinopsisnya sista 😊
BalasHapushadechhh gk sbar nggu ep 5 ny,,,semangattt chinguuu,,,
BalasHapus