SINOPSIS Fight
For My Way Episode 6 Bagian 2
Sumber gambar:
KBS2
Sul
Hee menunjukkan sikhye dan kaki babi yang dibawakan Ibunya. Keluarga Joo Man
kelihatan kurang suka. Salah satu dari mereka bahkan sampai mau muntah dengan
baunya. Mereka meminta Sul Hee untuk tidak membawa makanan itu kesana, soalnya
tidak cocok dengan tema pesta mereka.
“Apa
yang ada di koper? Kau mau pergi?”
Sul
Hee membuka kopernya yang berisi kue. Mereka kelihatan menyukainya, tapi apa
dia tidak sibuk bekerja? Sul Hee mengaku kalau dia mengambil cuti untuk
membuatnya.
“Apa
Joo Man bilang dia tidak bisa datang? Kau sudah coba bicara padanya?”
Sul
Hee diam tak bisa menjawab.
Di
kantor, Joo Man menemui Ye Jin dengan tergesa-gesa. Ye Jin duduk meringkuk di
lantai dengan ketakutan. Sepertinya dia sudah merusak segalanya. Joo Man
menghela nafas memperhatikan wajah sedih Ye Jin.
Ia
ingat akan Sul Hee yang sering membuat kekacauan di tempat kerja. Ia pun
meminta Ye Jin untuk menyingkir, biar dia yang akan membetulkan mesin foto
kopi-nya. Jangan biarkan bajunya kotor.
Dong
Man duduk di depan pintu rumah Ae Ra dan mengajaknya bicara.
Ae Ra terus
mengabaikannya, dia sibuk membaca buku sambil menepuki perutnya. Tepat saat
itu, ia menerima telepon dari Moo Bin yang mengatakan kalau dia berada di
departemen store.
Kenapa
dia ada disana? Ae Ra tidak enak tapi kelihatan malas untuk menemuinya. Namun
begitu teringat ejekan Hye Ran kalau dia lucu dan menyedihkan, Ae Ra pun kesal
dan memutuskan untuk menemui Moo Bin.
Dong
Man menghentikan Ae Ra, “Ayo bicara, kau mau kemana?”
Ae
Ra menatap Dong Man dengan dingin, memangnya apa perdulinya? Dong Man berkata
kalau dia tidak menelepon Hye Ran untuk datang kesana, dia datang atas
kemauannya sendiri.
“Kenapa
kau memberitahuku itu? Kau menyukaiku? Atau aku menyukaimu? Mari kita jaga
batas. Aku tidak ingin wanita gila itu mengasihaniku. Mari kita perhatikan
perilaku kita.” Ujar Ae Ra dingin.
Joo
Man berhasil membetulkan mesin foto kopinya. Ji Hye sangat senang, dia mengusap
noda tinta yang ada di wajah Joo Man. Dia akan mentraktirnya minum malam ini
sebagai ucapan terimakasih. Joo Man menolak, dia mau lembur.
Bagaimana
kalau nonton film di akhir pekan? Joo Man tidak bisa juga, ada pertemuan
keluarga. Ji Hye masih ngotot, bagaimana kalau makan malam besok. Joo Man beralasan
mau menonton pertandingan bola.
Ji
Hye menarik kartu ID yang melingkar di leher Joo Man kemudian mengecup
bibirnya. Suasana pun jadi canggung. Ji Hye grogi, dia kan bilang ingin
berterimakasih. Ayo minum. Kenapa dia mempersulitnya?
(Sayang, Jangan
Berikan Aku Ciuman Itu.)
Dong
Man ingin mengirimkan sms permintaan pada Ae Ra, tapi dia terus saja mengoreksi
kata-katanya sampai akhirnya malah tak mengirim sms sekalian. Jang Ho sibuk
memasang poster dan Dong Man bertugas memberikan selotip.
Begitu
melihat posternya, Dong Man heran kenapa isinya sangat mendetail sampai ukuran
sepatunya pun tercantum disana. Jang Ho membolak-balik tubuh Dong Man, yah
siapa tahu banyak wanita yang akan tertarik memintanya.. menjadi instruktor.
Sesampainya
di studio latihan, seorang reporter sudah menantinya. Jang Ho menyuruh Dong Man
untuk membenahi tatanan rambutnya. Dia tak bisa membiarkannya begitu saja dan
melakukan serangan balik. Jang Ho bertanya pada si reporter, apa dia sudah
mengonfirmasi segalanya?
“Aku
punya informasi check in hotel Carl Carelas dan penerbangannya tepat setelah
pertandingan selesai. Rencana milik Tak Su cukup kacau. Ini akan membuat sejarah.”
Dong
Man tak menyangka kalau Jang Ho punya hati yang hangat ternyata. Jang Ho sudah
menyiapkan pertandingan debut untuknya. Dia harus menyerang balik kali ini.
Sebelumnya, dia tak terlalu buruk melawan orang Brazil.
Dong
Man senang, “Pelatih Hwang, boleh aku panggil kau Hyung?”
Dong
Man melakukan pemotretan. Dua sunbae Dong Man ingin bergabung, tapi reporternya
melarang dan menyuruh mereka minggir. Si Sunbae jelas iri, saat Jang Ho dan
Reportenya pergi, dia mengajak Dong Man untuk sparring. Kenapa dia melakukan
wawancara?
“Itu
untuk sesuatu.”
Ah,
Sunbae tahu kalau dia baru dipukuli habis-habisan. Kalau dia jadi Dong Man, ia
akan malu dan berhenti. Dong Man akan menjadi karung pasir-nya. Ia pun meninju
tangan Dong Man. Dong Man kesal dan sedikit mendorongnya. Dengan dorongan kecil
itu, Sunbae sudah langsung terduduk jatuh karenanya.
Ibu
Sul Hee kelupaan tak memberikan sesuatu pada Sul Hee. Dia pun kembali ke tempat
pesta tapi betapa sedihnya dia melihat Sul Hee sedang susah payah membuang
sampah sendirian.
Keluarga
calon besannya memandang sebelah mata pada Sul Hee. Kakak Jong Man mengatakan
kalau dia merasa tak nyaman dengan Sul Hee, bahkan dia membuatkan kue untuk
mereka.
“Apa
dia yang adikmu pacari saat kuliah? Ibunya penjual kaki babi, kan?”
Kakak
Jong Man menganggap Sul Hee itu idiot, mereka menyebutnya Si Perangkak Sul Hee.
Keluaganya tidak punya apa-apa dan merangkak didepan mereka. Temannya bertanya,
apakah dia harus membatalkan rencana kencan buta Joo Man? Keluarga wanitanya
punya restoran di Jalan Garosu-gil.
Mata
ibu berkaca-kaca mendengar omongan mereka.
Ae
Ra terus memegangi perutnya saat bertemu Moo Bin. Kenapa dia tiba-tiba
mengajaknya bertemu? Moo Bin mengaku kalau dia sengaja mengambil cuti soalnya
dia ingin membuat kejutan untuknya. Tapi kenapa Ae Ra tidak menggunakan
seragam?
“Yah..
Aku sakit perut, jadi aku pulang ke rumah.” Bohongnya.
Di
departemen store, Nyonya Ganako Hwang keluar dari sana dengan pakaian mewah.
Pak Manager mengejarnya menawarkan keluaran terbaru disana. Nyonya Hwang
menolak karena dia mendengar rumor buruk tentang mereka.
Istri
kedua Ketua dari King. Dia terkenal karena hobinya belanja dengan mencuri. Ia
dengar karyawan tak bersalah harus berlutut meminta maaf. Jaman sekarang,
insiden ini bisa berbuntut penutupan loh.
Mereka
harus mengurusnya dengan benar. Yang Nyonya Hwang inginkan sederhana, tak
peduli department store manapun, tak ada VIP yang boleh menyalahgunakan
kekuasaannya. Pak Manager menyimpulkan, apa dia ingin supaya mereka
mengusirnya?
“Itu
sederhana dan adil.” Jawab Nyonya Hwang.
“Bagaimana
sakit perutmu, Ae Ra? Apa sering sakit?” tanya Moo Bin.
Ae
Ra punya sindrom usus besar, hari ini ada beberapa hal yang terjadi padanya.
Moo Bin dengar sindrom itu sangat dipengaruhi oleh psikologis. Dia tidak boleh
stres. Ae Ra rasa kedatangan Moo Bin yang tiba-tiba juga tidak bagus.
“Apa
aku membuatmu tidak nyaman? Aku hanya sangat merindukanmu.”
Ae
Ra pikir kalau dia mengunjungi Moo Bin di RS juga lama-lama dia akan merasa
tidak nyaman. Moo Bin tersenyum, dia malah akan senang kalau Ae Ra mau
mengunjunginya. Akan ku pastikan kalau ia menelepon sebelum menemui Ae Ra lain
kali.
Ae
Ra menghela nafas, sebenarnya dia malu untuk mengakuinya, tapi dia sudah tidak
bekerja di departemen store lagi. Ia ingin melakukan hal lain, agak memalukan
untuk dikatakan, tapi dia ingin menjadi penyiar. Dia sudah lolos tahap pertama.
Penyiar?
Moo Bin pikir itu akan sangat cocok untuk Ae Ra. Ae Ra senang dikatakan begitu,
tapi kenapa Moo Bin kelihatannya begitu bahagia?
Moo
Bin senang karena Ae Ra sudah lolos tahap pertama. Tapi yang membuatnya lebih
senang lagi karena Ae Ra mau mengatakan hal itu padanya, disaat dia tidak yakin
bisa mengatakannya pada orang lain. Artinya, mereka tidak sepenuhnya orang
asing lagi.
Sul
Hee menemukan kantung sampah yang sebelumnya berantakan sudah terbungkus rapi.
Dia tanya pada Kakak Joo Man tapi bukan dia yang membersihkannya. Ibu Joo Man
keluar sambil menggendong cucunya.
Dengan
hati-hati, Sul Hee membahas kapan mereka bisa melakukan pertemuan keluarga. Ibu
Joo Man mengiyakan, mereka harus mengatur tanggal pertemuannya. Tapi saat ini,
lututnya sedang sakit. Ibu pun kembali bermain-main dengan cucuknya. Sul Hee kelihatan
kecewa apalagi lutut Ibu tampaknya baik-baik saja.
Dong
Man sibuk mencari informasi tentang Tak Su. Jang Ho menggeplak kepalanya,
memangnya dia sudah berlatih seratus pukulan atau belum. Dong Man kesal melihat
Tak Su sedang bersenang-senang di club dan tidak berlatih.
“Kenapa
kau peduli kalau dia ada di klub?”
Kalau
dipikir-pikir, Dong Man makin kesal saja karena dibodohi. Jang Ho menyarankan
supaya dia tak usah memikirkannya. Dia sudah dibodohi sejak SMP. Otaknya itu
tidaklah berguna. Meskipun begitu, Dong Man masih saja kesal dan frustasi
karena tingkah Tak Su.
Tak
Su berdebat dengan pacarnya, Sonya. Dia menuduhnya selingkuh dengan temannya
yang bernama Alice. Tak Su mengelak habis-habisan. Kalau begitu, Sonya
memintanya menunjukkan ponselnya. Kalau tidak mau, berarti mereka berdua memang
selingkuh.
Tak
Su menolak, bukan masalah selingkuh, dia tak mau menunjukkannya karena masalah
kepercayaan. Omong kosong! Sonya tetap menuntutnya, dia dan Alice itu ada di
grup yang sama. Dia sangat jahat.
Dong
Man datang ke klub yang sama. Dia menegur Tae Hee yang sibuk menelepon
seseorang. Tentu saja, Tae Hee terkejut dengan kehadirannya. Dong Man tidak mau
berurusan dengannya, dia yakin kalau Tak Su ada dibawah sana.
Ia
pun turun menghampiri Tak Su yang hendak pergi ke toilet. Tanpa banyak kata, Dong
Man menghampirinya dan menekuk tangannya. Dia mendorong kemudian membantingnya.
Tak Su marah, apa yang dia lakukan?
“Hyung,
aku tidak tahu mengenai jujitsu tapi aku sekarang jadi belajar, terima kasih. Terima
kasih telah membiarkanku berlatih dengan pelatih dari Brazil.”
“Aku
tidak siap untuk ini. Dasar penjahat. Bagaimana bisa kau menyerang orang yang
sedang mabuk?”
Dong
Man berbicara dengan suara pelan, “Berikan aku gerakan terbaikmu. Tak peduli
seberapa keras kau mencoba, kau akan berakhir di ring denganku.”
Keluarga
Joo Man sibuk membuka amplop para tamu. Salah satu dari amplop tersebut dari
Ibunya Sul Hee. Didalamnya terdapat uang 300 dollar. Mereka tidak menyangka
mendapatkan amplop yang cukup banyak darinya.
Sementara
itu, Sul Hee sibuk mencuci piring di dapur. Joo Man datang kesana dengan terburu-buru.
Dia langsung menarik Sul Hee dari dapur, dia meminta keluarganya untuk tidak
memandang rendah Sul Hee. Kalau kalian tetap begitu, dia tak akan memaafkannya.
“Kau
meneleponnya?” tuduh Kakak Joo Man pada Sul Hee.
Tidak,
jawab Sul Hee kemudian meminta maaf. Joo Man masih marah, Noona-nya saja tidak
mengunjungi ibu mertuanya saat liburan. Kenapa juga Sul Hee harus mencuci
piring di ulang tahun anaknya?
Sul
Hee mengatakan kalau dia sendiri yang menginginkannya. Joo Man bertanya pada
mereka semua, memangnya dia itu sangat hebat? Ia juga datang dari keluarga
miskin. Kuliah di universitas lokal dan bekerja menjadi asisten manager. Pada
siapa harusnya mereka berterimakasih? Selama 4 tahun kuliah, Sul Hee yang
membantu keuangannya.
“Pacar
yang hebat. Kau akan menikahinya?” sinis Kakak Joo Man.
“Tentu,
aku mungkin tidak akan menikahinya. Tapi jika aku tidak menikahinya, aku takkan
menikah dengan orang lain!” Joo Man membanting kantung tangan Sul Hee dan
menarik keluar dari sana.
Moo
Bin mengantar Ae Ra sampai ke rumahnya. Ae Ra bertanya, dia tidak akan
menyaksikannya masuk ke rumah lagi kan? Tidak, Moo Bin malah akan masuk ke
rumah bersamanya.
Moo
Bin keluar dari mobil. Ae Ra buru-buru mengejarnya, kenapa dia mau masuk
bersamanya? Kenapa dia terus mengatakan ingin masuk ke rumah wanita?
Moo
Bin membuka bagasi mobilnya. Di dalamnya sudah ada mesin pijat kaki yang
dikelilingi hiasa bunga membentuk hati. Dia dengar Ahn Jae Hyun memenangkan
hati Goo Hye Sun dengan melakukan ini. wkwkw.. Ae Ra tertawa kikuk, dia
harusnya berhenti membaca sesuatu dari internet.
“Kau
lebih cantik daripada Koo Hye Sun di mataku jadi aku menambahkan ini. Kau
selalu memijat kakimu.”
Moo
Bin mengeluarkan pemijat kaki-nya, karena Ae Ra sedang sakit jadi dia akan
mengantarnya. Tidak usah, Ae Ra akan membawanya sendiri. Moo Bin keras kepala
dan berjalan menaiki tangga.
Mereka
melewati pintu rumah Ae Ra, Ae Ra terus memegangi perutnya. Dengan lemas, ia memohon
supaya Moo Bin meletakkannya disana. Nyonya Hwang berpapasan dengan Moo Bin,
dia heran kenapa Moo Bin terus berjalan naik.
Ae
Ra lemas dan berkata kalau dia ingin mengatakan sesuatu. Moo Bin masih terus
berjalan naik sampai akhirnya Ae Ra tak tahan lagi dan jatuh pingsan. Kontan Moo
Bin dan Nyonya Hwang menghampirinya dengan panik.
Joo
Man masih terus diam selama perjalanan. Sul Hee mengecup tangannya, apa dia
mengkhawatirkannya. Joo Man jengkel karena Sul Hee terlalu patuh. Memangnya dia
kurang apa sampai keluarganya memperlakukannya begitu?
“Ini
bukan karena aku kekurangan sesuatu. Ini karena aku menyukaimu. Ini karena aku
sangat menyukaimu dan karena aku ingin kau menyukaiku. Karena itulah aku ingin
keluargamu menyukaiku juga. Saat kau marah dan emosi, kurasa kau terlihat
seksi.”
Joo
Man luluh juga akhirnya dan mengecup bibir Sul Hee. Sul Hee pikir Joo Man mau
lembur, kenapa dia datang? Dia pulang lebih awal karena mengkhawatirkannya? Joo
Man memberitahukan kalau Ibu yang mengirim sms makanya dia pulang lebih awal.
Flashback
Ibu
memunguti sampah yang dijatuhkan oleh Sul Hee. Dia kemudian masuk ke tempat
pesta untuk memberikan amplop. Betapa hancur hatinya melihat Sul Hee masih
sibuk beres-beres sedangkan keluarga besannya sedang bersenang-senang.
Ibu
pergi dengan sedih bercampur marah, anaknya sangat idiot. Dia bersiap mengirimkan sms
pada Joo Man, dia memarahinya dan tak sudi mereka menikah. Batalkan saja. Namun
hati ibu tak tega melakukannya, dia tahu putrinya begitu mencintai Joo Man, ia pun menghapus sms itu.
Flashback end
Sul
Hee sesenggukan membaca sms Ibu, “Joo
Man. Bagaimana kabarmu? Lama tidak berjumpa. Sul Hee pergi ke ulang tahunnya
sendirian. Dia sangat menyukaimu. Bersikap baiklah kepada putriku.”
Joo
Man tak tahu kenapa Sul Hee menangis, ia menghapus air mata dipipinya. Tangis
Sul Hee tak tertahankan mengetahui kalau Ibu pasti melihat apa yang terjadi.
Dia juga yang sudah memunguti sampahnya. Joo Man menenangkan dan memeluknya.
Di
toko, Ayah bertanya kapan mereka akan melakukan pertemuan keluarga? Bagaimana
dengan kabar Sul Hee?
Ibu
kelihatan masih terus melamun. Dia menyarankan supaya mereka menutup toko kaki
babi kemudian membuka restoran. Ayah menganggap ucapan Ibu cuma candaan. Dengan
wajah penuh kepedihan, Ibu berkata “Begitulah. Aku tidak suka kalau orang tua
Sul Hee menjalankan usaha kaki babi.”
Dokter
yang memeriksa Ae Ra mengatakan kalau dia terkena iritasi usus besar. Perutnya dipenuhi
gas dan membuatnya pingsan. Ini sungguh langka, apa yang Moo Bin lakukan hingga
membuat pacarnya stres selama berkencan?
“Dia
baik-baik saja sekarang, kan?”
“Kau
melihat dia mengeluarkan gas, kan?”
“Ya.
Dua kali. Yang sekali sangat panjang.”
Ae
Ra mendengar pembicaraan mereka dengan sangat malu. Dia terus memejamkan
matanya, ia harap ia takkan membuka matanya lagi.
Dong
Man sibuk mengirimkan pesan pada Ae Ra. Dia menawarinya minum, makan atau
semacamnya. Tapi Ae Ra tidak juga membalas pesannya. Bertepatan saat itu,
Nyonya Hwang baru pulang dari rumah sakit. Dia memberitahukan kalau Agashi
rumah nomor 102 masuk rumah sakit.
“Siapa,
Ae Ra? Ae Ra ada di rumah sakit?”
“R.S.
Severance. Kamar 2701. Royal Suite room.”
Perut
Ae Ra keroncongan. Moo Bin masih terus menantinya dan mendengar suara perutnya.
Ia hendak menempelkan telinganya ke perut Ae Ra tapi Ae Ra buru-buru bangkit.
Moo Bin lega karena dia sudah sadar, perutnya penuh dengan gas dan membuatnya
pingsan. Untungnya, gas-nya sudah keluar.
Dengan
kikuk, Ae Ra meminta Moo Bin berhenti membahas masalah gas. Dan bolehkah dia
melepas selang infusnya? Dia mau pulang. Moo Bin menyarankan agar dia tetap
bermalam disana. Ae Ra menolak, dia tidak nyaman disana.
Moo
Bin kecewa, “Kenapa kau selalu ingin pulang saat sedang bersamaku?”
Bertepatan
saat itu, ponsel Ae Ra berbunyi menerima panggilan dari Dong Man. Moo Bin bisa
melihat ponselnya. Dong Man semakin cemas karena Ae Ra belum juga mengangkat
teleponnya. Kenapa dia tidak mengangkatnya? Kenapa dia pingsan? Dia cukup kuat
untuk mengalahkan sapi.
Moo
Bin meminta Ae Ra tidak mengangkat teleponnya. Sebenarnya, kamar yang digunakan
Ae Ra sangat mahal. Dia melakukannya supaya ia bisa mendapatkan perhatiannya.
Ia bahkan tidak seperti ini saat ibunya operasi usus buntu.
Sebenarnya,
dia juga sedang tidak bekerja hari ini tapi dia sengaja menggunakan jas-nya
untuk terlihat keren dihadapan Ae Ra. Dia ingin melakukan sesuatu untuk
mendapatkan perhatiannya. Tapi kenapa dia tidak nyaman? Kenapa perutnya sakit
saat bersamanya?
Dalam
batinnya, Ae Ra merasa kalau Moo Bin sangat manis dan membuatnya lemah.
Moo
Bin duduk dihadapan Ae Ra, “Bagiku, kau adalah sebuah mimpi. Saat aku
melihatmu, meskipun kau tidak mengatakan apapun. Meski hanya dengan melihatmu hatiku
menjadi gila.”
Ae
Ra meminta Moo Bin tidak melakukan hal semacam itu pada orang sakit, itu
rendahan. Baiklah, Moo Bin akan melakukan hal yang rendahan sekalian. Dengan
tiba-tiba, dia mengecup bibir Ae Ra.
Ae
Ra kaget tapi diam saja. Moo Bin pun kembali mengecupnya. Bertepatan saat itu
pula, pintu kamarnya terbuka dan Dong Man menyaksikan apa yang keduanya
lakukan. Ae Ra terkejut, ini tidak seperti yang ia pikirkan.
Dong
Man kontan menutup kembali pintu kamarnya dan berjalan pergi. Baru beberapa
langkah menjauh, Dong Man berubah pikiran dan memutuskan kembali menuju kamar
Ae Ra.
Wah cepat jg update nya g sbr nunggu lanjutan nya
BalasHapusMakasi chingu..jd penasaran ep.minggu depan...
BalasHapus