SINOPSIS Bride of
Water God Episode 7 Bagian 1
Habaek
panik bukan kepalang mencari keberadaan Soo Ah. Namun kepanikannya segera
mereda saat melihat Soo Ah ada dalam gendongan Bi Ryeom diseberang jalan. Bi
Ryeom kemudian menurunkannya dan menjitak kepalanya, sadarlah.
“Apa
yang terjadi?” Habaek menghampiri mereka.
Bi
Ryeom mengaku kalau dia sedang libur kerja. Ia penasaran dengan mereka berdua
dan mengikuti mereka sepanjang hari. Ngomong-ngomong, kenapa mereka berdua
saling bertengkar?
Tak
mau menjawab, Soo Ah segera pergi darisana. Bi Ryeom menuntut permintaan
terimakasih darinya. Soo Ah masih diam. Baiklah, Bi Ryeom akan menganggapnya
impas dengan kejadian kemarin.
Dalam
perjalanan, Soo Ah masih terus melamun memegangi kontrak menjual tanahnya.
Supir taksi melihat kegundahannya, kenapa dia kelihatan sangat murung? Tidak
apa-apa, jawab Soo Ah.
Ya
ampun, Supir merasa seperti penumpangnya ini baru saja kembali dari kematian. Dia
juga punya penumpang yang hampir mati sebanyak empat kali dalam sebulan. Karena
berulang kali mengalaminya, mereka menganggapnya sebagai takdir.
Soo
Ah juga menganggapnya begitu. Supir berkata kalau Soo Ah sudah salah dalam
mengartikan takdir. Memang benar kalau mereka tak bisa mengubah apa yang akan
terjadi di akhir, karena sudah ditetapkan sebelumnya.
Tapi,
keberuntungannya adalah hal yang berbeda. Dia bisa mengubah kehidupannya dengan
seberapa pintar dia memanfaatkan keberuntungannya. Itulah tepatnya kenapa dia
bisa mengubah takdirnya.
Contohnya,
Soo Ah bisa sampai ke tempat tujuan dengan cepat atau lambat, tergantung pada
supirnya. Dia beruntung saat ini karena bertemu dengan supir yang bisa mengantarnya
dengan selamat dan cepat.
Bi
Ryeom tersenyum saat melihat Habaek menggalau. Mengikuti mereka berdua itu
membuatnya berfikiran seperti sedang menonton film romcom. Soo Ri tak mengerti
maksudnya, apa itu romcom?
“Dimana
kalian bertengkar dan berpisah, sampai akhir tetaplah sempurna. Tapi serius,
kenapa kalian bertengkar?”
Soo
Ah sampai di perkebunan Baekryeonga. Dia menemui Hoo Ye untuk memberikan
kontraknya. Dia meminta maaf kontraknya rusak, tapi sudah dia sambungkan
kembali dan mereka masih bisa menandatanganinya. Hoo Ye menatap Soo Ah, apa ada
yang tidak setuju dengannya?
Soo
Ah mengelak. Hoo Ye terus menatapnya. Soo Ah jadi panik dan menyuruh Hoo Ye
untuk segera menandatanganinya. Hoo Ye menyuruhnya untuk membawa surat itu, dia
akan mencetaknya ulang. Lagipula, dia harus menggunakan stempel perusahaan
untuk menandatanganinya.
Ah,
Soo Ah tak mengingat hal itu. Kalau begitu, dia permisi untuk pergi. Hoo Ye
memanggilnya, dia sudah jauh-jauh datang kesana, ia tak akan membiarkannya
pergi begitu saja. Soo Ah bingung, maaf?
Tak
lama kemudian, Soo Ah sudah sibuk membantu Hoo Ye berkebun. Hoo Ye memotongi
ranting kering, dia hampir terpeleset dan tangganya bergoyang. Soo Ah sigap
menahan tangganya, apa dia tak apa-apa?
Ya,
Hoo Ye baik-baik saja. Soo Ah sungguh tak menyangka kalau orang yang
dianggapnya dingin, ternyata dia punya hobi semacam ini. Hoo Ye menyangkal, dia
bukan orang yang dingin, dia cukup sentimentil. Dia juga bisa membaca pikiran
orang kalau dia menginginkannya.
“Ya.
Lalu, apa kau punya kekuatan fisik lainnya?”
“Bukankah
itu luar biasa?”
Tidak
juga. Ada banyak orang yang seperti itu disamping Soo Ah. Ada orang yang bisa
berlari secepat angin, seolah-olah mereka berteleportasi. Orang yang bisa
membuat permata yang tak terhitung. Dia bahkan bertemu dengan seseorang yang
bisa menjadi ahli hanya dengan sekali lihat. Oh.. dan orang itu bisa berubah
menjadi seperti Jeon Woo Chi.
“Orang
yang berbahaya.” Komentar Hoo Ye.
Mereka
berdua sudah selesai memotong ranting kering. Keduanya pun mendorong gerobaknya
bersama-sama dan kembali lagi untuk membersihkan daun kering yang berguguran.
Mereka
berdua duduk dibangku, mengistirahatkan tubuh yang sudah lelah. Soo Ah bertanya
alasan Hoo Ye suka memelihara pohon. Hoo Ye beranggapan kalau pohon hidup lebih
lama darinya, pohon bisa membuat hutan tapi tidak mencoba untuk mengontrol
apapun. Pohon malah merangkul rumput, serangga dan angin. Mereka membuktikan
ke-eksis-annya dengan menyediakan sesuatu untuk makhluk hidup lain.
Sekali
lagi, Hoo Ye bertanya apa yang sedang terjadi pada Soo Ah. Soo Ah agak ragu,
tapi anehnya dia merasa ingin menceritakannya. Hoo Ye menyuruh dia untuk cerita
saja, anggap kalau dia cerita dengan pohon.
Soo
Ah hanya melakukan kesalahan yang dilakukan banyak orang. Ia mulai bergantung
pada oranglain tanpa sadar. Lantas mulai punya ekspektasi pada mereka. Dan hal
yang paling buruk, ia mulai terbuka pada mereka.
Hoo
Ye rasa mereka memang pantas untuk bergantung. Soo Ah tak berfikiran begitu, seharusnya
dia tak bergantung pada mereka. Karena, mereka akan pergi. Soo Ah menghela
nafas.. mereka bukan manusia. Hoo Ye pikir orang itu adalah orang yang buruk,
mereka akan pergi tapi masih saja membuat hati Soo Ah berantakan.
Habaek
berdiri diloteng menunggu kepulangan Soo Ah.
Sementara Soo Ah, dia diantar oleh Hoo Ye sampai ke gang rumahnya. Sebelum pamit, Soo Ah izin untuk meminta maaf karena mengganggap kalau Hoo Ye adalah orang yang kaku. Hoo Ye tersenyum, dia mengingatkan kalau kebunnya selalu terbuka, dia menyuruh Soo Ah datang kapan saja.
Sementara Soo Ah, dia diantar oleh Hoo Ye sampai ke gang rumahnya. Sebelum pamit, Soo Ah izin untuk meminta maaf karena mengganggap kalau Hoo Ye adalah orang yang kaku. Hoo Ye tersenyum, dia mengingatkan kalau kebunnya selalu terbuka, dia menyuruh Soo Ah datang kapan saja.
Soo
Ah melihat Habaek berdiri didepan rumah. Ia menghela nafas sebelum
menghampirinya, kenapa dia ada disana? Habaek seperti biasa beralasan kalau ia
sedang mencari cara mengembalikan kekuatannya.
“Ayo
masuk. Apa kau sudah pergi ke lahan batu?”
“Belum.”
Kenapa
belum? Sebelumnya, dia seolah harus cepat-cepat pergi kesana. Habaek berkata
kalau dia belum punya izin mengemudi. Soo Ah menyuruhnya meminta tolong pada
Ahn Bin (Bi Ryeom). Habaek menolak, dia kan sudah bilang sebelumnya kalau dia
tak bisa mempercayainya.
Ada
orang yang mabuk lewat disana dan hampir menyenggol Soo Ah. Habaek sigap
menariknya dan melindunginya. Kalau dia sudah bilang akan melindunginya maka..
Soo Ah memotong ucapan Habaek dan mengklaim kalau apa yang ia katakan
sebelumnya hanyalah kebohongan.
Semua
orang bisa mengatakan apapun yang ada dikepalanya saat marah. Dia tidak
bermaksud begitu, jadi dia menyuruh Habaek untuk melupakannya. Habaek menatap
Soo Ah kecewa, jangan khawatir. Dia sudah tahu, sudah sangat jelas kalau Soo Ah
berbohong.
Sesampainya
di rumah, mereka berdua sama-sama sedih. Semakin memikirkannya, Soo Ah semakin
sedih dan mulai terisak.
Bi
Ryeom mencari Moo Ra di kolam tempat dia biasa berendam. Tapi Moo Ra sedang tak
ada disana.
Moo
Ra sedang ada dipinggir pantai melihat ikan-ikan yang mati. Bi Ryeom
meneleponnya dan menanyakan keberadaannya. Moo Ra mengancam akan membunuhnya
kalau sampai dia datang menemuinya.
Ia
merasa kalau cuma dia yang mengalami masa sulit. Sepertinya tidak timbul banyak
masalah saat Joo Dong menghilang dan kondisi udara baik-baik saja meskipun Bi
Ryeom kerjaannya cuma main. Air dalam masalah besar. Dia sudah mencoba
memperbaiki udara yang masuk ke insang ikan, tapi mereka tetap mati. Suatu
hari, mereka tak akan bisa berbuat apa-apa lagi. Mereka juga tak bisa
mengembalikan sesuatu yang sudah mati.
Bi
Ryeom meledek Moo Ra dengan mengatakan kalau dia mengikuti Habaek sepanjang
hari dan.. Moo Ra menyentaknya supaya berhenti dan lakukan saja apa yang
seharusnya dia lakukan. Bi Ryeom berkata kalau dia bertemu dengan Joo Geol Rin
saat mengikuti Habaek. Moo Ra terkejut dan bergegas untuk menemui Bi Ryeom.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^