SINOPSIS Fight My
Way Episode 16 Bagian 1
Sumber gambar:
KBS2
Episode 16: Asal
Mula Empat Jagoan
Sul
Hee, Ae Ra, Dong Man kecil naik ke rollercoaster. Dong Man mengeluh karena dia
harus duduk sendirian dibelakang. Ae Ra geregetan, memangnya kenapa? Lantas dia
mau ia naik sendirian? Dia juga perempuan tau!
Seorang
anak berbadan gempal duduk disamping Dong Man, Joo Man. Ibu Joo Man menemaninya,
dia memanggil putranya untuk dipotret. Sul Hee, Ae Ra dan Dong Man ikutan
berpose didekat Joo Man.
Ae
Ra membantu Sul Hee untuk membuat arak pesanannya. Dia heran, Sul Hee itu tidak
suka minum tapi kenapa dia bisa membuat arak? Alasannya simple, Sul Hee bisa
membuat arak karena ayahnya, Dong Man, Ae Ra, dan Joo Man semuanya adalah
pemabuk. Semua orang kelihatan bahagia saat meminum arak.
“Benar.
Kami bahagia berkat arak premmu.”
Sul
Hee mengaku rindu untuk minum-minum di bar Namil bersama mereka bertiga. Ae Ra
kesal karena Sul Hee bisa merindukan hal bodoh semacam itu. Satunya bertindak
sangat bodoh (Joo Man) dan satunya lagi pergi untuk bertarung.
Semenetara
para perempuan membuat arak, Joo Man sudah sibuk masak menggunakan celemek
pink. Dia kemudian meletakkan masakannya didepan pintu kamar Sul Hee dan dia
nanti akan memilih restoran terbaik untuk makan malam.
Dong
Man menemaninya, jangan begitu, dia menjadi merasa begitu buruk. Joo Man baru-baru
ini tahu kalau Dong Man dan Ae Ra pacaran, kenapa dia tak memikirkannya? Kenapa
dia putus sangat cepat?
Belum
sempat menjawab, pintu kamar Sul Hee terbuka. Ae Ra melihat kotak makanan di
depan pintu, dia mengira kalau kotak makanan itu dari Dong Man untuknya. Dia
sinis mengatakan kalau dia tidak akan memakannya, tidak usah repot-repot.
“Ae
Ra, itu bukan...” ujar Joo Man.
“Ini
urusan kami.”
Anu..
Joo Man memberitahukan kalau ini adalah urusannya dengan Sul Hee. Itu makanan
yang ia buat untuknya. Hahaha. Malu, Ae Ra tak bisa berkata apa-apa lagi. Joo
Man mengajak Sul Hee bicara berdua. Sementara itu, Dong Man dan Ae Ra masih
berdiri di tempat dengan canggungnya.
Joo
Man membawa Sul Hee menuju mobilnya, dia akan memberikan tumpangan. Pak Choi
ditugaskan diluar negeri, dia membelinya dengan harga murah. Begitu pintu
dibuka, jok dan setirnya di hiasi warna pink. Bukankah Pak Choi pria, kenapa
semuanya berwarna pink?
“Aku
sedikit mengubahnya.”
“Supaya
aku bisa menumpang denganmu?”
Joo
Man berkata kalau negeri ini tidak menghasilkan bensin jadi.. Tidak, Sul Hee
menolak menumpang padanya. Joo Man menyesal dengan kata-katanya sendiri, kenapa
juga dia membahas masalah bensin.
Joo
Man pun tak bisa memaksa. Dia berniat menjalankan mobilnya, tapi mobilnya malah
maju mundur tidak mau jalan. Sul Hee tak tega melihatnya, dia pun mengetuk
kacanya dan menyuruhnya untuk pindah.
Sul
Hee mengemudikan mobilnya dengan jago. Joo Man tidak menyangka dia bisa
mengemudi dengan baik, kapan dia belajar? Sul Hee belajar karena restoran
ibunya menggunakan mobil untuk mengantar pesanan. Joo Man memuji kalau Sul
Hee-nya keren. Sul Hee meralat, dia bukan Sul Hee-nya lagi.
Dong
Man membantu Ae Ra mengeluarkan semua kotak arak dari kamar Ae Ra. Ae Ra
menyuruhnya untuk makan bubur di kulkasnya. Dong Man heran kenapa Ae Ra masih
bisa bicara dengannya sesantai itu setelah dua pekan putus?
Dia
tak bisa menerimanya. Perasaannya pada Ae Ra masih sama dengan dua pekan lagu.
Dia ingin menggenggam tangannya dan membawanya pulang. Tapi dia masih saja
ingin putus. Ae Ra berdecih heran, memangnya menawarkan bubur tidak boleh?
“Jangan.
Jika kau berada di sekitarku dan berbicara denganku, aku tidak kuat menahannya.
Jadi, kecuali kau berniat berkencan lagi denganku, jangan berbicara denganku.”
Ae
Ra naik ke rumah Nyonya Hwang untuk menagih pancinya. Dia cuma punya panci
besar itu saja. Nyonya Hwang melihat baskom yang dibawa Ae Ra, dia membawakan
makanan untuknya? Dia usil sekali.
“Apa
kau mengidap kanker? Kau tidak sakit sekeras itu kan?” tanya Ae Ra tiba-tiba.
“Mana
ada orang yang menanyakan itu secara terus terang? Kanker payudaraku sudah
hilang. Aku sudah pulih total.”
Syukurlah.
Ae Ra ikut lega. Nyonya Hwang menyuruhnya supaya cepat turun. Ae Ra menolak,
dia mau mendinginkan dirinya disana. Nyonya Hwang protes soalnya tempatnya itu
bukan bank (yang menyediakan AC).
Meskipun
ketus, tapi ujung-ujungnya, Nyonya Hwang menyalakan AC-nya juga untuk Ae Ra. Ae
Ra berdiri didepan AC dan tanpa sengaja melihat boneka babi pink yang ada di
sudut ruangan.
Flashback
Ae
Ra kecil pulang ke rumahnya dengan ngamuk, dia pokoknya tidak mau sekolah lagi.
Ayahnya menanggapinya dengan santai, apa dia tidak terpilih sebagai ketua
kelas?
Ae
Ra sebal soalnya PR disekolah selalu ada hubungannya dengan Ibu. Dia harus
menggambarnya, menulis untuknya, dan membantunya. Kalau begitu, cuma anak yang
punya ibu saja yang bisa sekolah. Sul Hee dan Dong Man punya ibu.
“Tapi
kau tetap bos di antara kalian bertiga.” Ayah menenangkannya.
“Aku
tidak mau menjadi bos. Bawakan ibuku padaku.”
Ayah
bohong menceritakan kalau Ibunya Ae Ra sudah meninggal. Dia sudah menjadi
bidadari. Dia melindunginya dan bahkan menjadikannya bos dikota ini. Ae Ra
masih belum begitu yakin karena dia mendengar dari Teman Poker Nenek kalau
Ibunya itu diusir.
Ayah
bangkit dari rebahannya, dia yakin kalau nenek itu sudah pikun. Melihat Ae Ra
terus tertunduk, Ayah bertanya apakah dia merasa sedih?
Entahlah,
Ae Ra tak tahu karena dia belum pernah melihatnya. Kalau memang benar, dia
menyuruh Ayah membuang kotak hadiah buatannya. Ayah membuka kotak itu, isinya
adalah boneka babi pink dan boneka beruang.
Ae
Ra sengaja membuatnya karena anak-anak lain membuat itu juga. Ayah membuka note
ucapan selamat natal yang dibuat Ae Ra. Ia pun sedih melihat anaknya begitu
menginginkan kehadiran Ibunya.
“Anjing
kita juga pulang setelah beberapa waktu. Kukira Ibu juga akan pulang.” Ae Ra kecewa.
Flashback end
Ae
Ra memencet boneka babi itu dan terdengar suara ‘Aku sayang ibu. Ae Ra sayang
Ibu’. Kontan Nyonya Hwang bangkit dari tempat duduknya dengan tegang. Ae Ra
bertanya siapa sebenarnya Ahjumma? Tak mendengar jawaban, Ae Ra berniat pergi
dari sana.
Nyonya
Hwang menghalanginya, dia akan menjelaskan semuanya. Ia terpaksa melakukan
semua itu. Ae Ra menahan rasa pahitnya, dia akan paham kalau seandainya Ibunya sudah
meninggal. Tapi sekarang, dia menua dengan sangat cantik.
Tidak,
Nyonya Hwang berusaha menjelaskan. Ae Ra bertanya apakah dia sedang
mengawasinya sebagai induk semang? Dia tak ada saat dirinya membutuhkan sosok
ibu. Dia sekarang mengawasinya diam-diam? Itu tak adil. Dia merasa dibuang.
Rasangat sangat aneh. Dia akan mengingat kalau Ibunya masih hidup, tapi untuk
bertemu dengannya.. dia enggan.
Dong
Man memakan bubur yang dibuatkan Ae Ra. Kalau masih mau memasak untuknya,
kenapa juga minta putus? Jangan memasak untuknya kalau mau putus. Dong Man pun
melahap buburnya.
Terdengar
bel kamar berbunyi, Hye Ran datang untuk mengembalikan piring Ae Ra. Dia tadi
memberikan bubur untuknya. Bubur yang juga Ae Ra buatkan saat Dong Man akan
berangkat wamil. Dong Man mengernyit, apa?
Flashback
Jadi,
Ae Ra datang ke rumah Dong Man untuk memberikan bubur. Dia meletakkan note diatas
tutup panci ‘Makanlah. Pulihlah sebelum
mengikuti wajib militer. Akan kutunggu. Ibu Negaramu, Choi.’.
Celakanya,
note itu terkena angin dan melayang. Saat Dong Man membuka pintu kamarnya,
sudah ada Hye Ran disana.
Hye
Ran nangis-nangis mengantar kepergian Dong Man sambil membawa panci. Ae Ra yang
berada didepan rumah Dong Man cuma heran, kenapa pancinya dibawa oleh Hye Ran?
Karena
itulah, dulu Dong Man mengira kalau Hye Ran menunggunya karena bubur itu
padahal Ae Ra yang membuatnya. Dan Ae Ra juga yang membujuknya untuk menikah.
Sebelum hari pernikahan, Hye Ran berniat menemui Dong Man.
Ae
Ra menahannya, dia membujuknya supaya tidak menemui Dong Man. Dia tahu kalau
Hye Ran menyayangi Dong Man, dia paham juga kalau seandainya Hye Ran ingin
menikah dengan pria kaya. Tapi kalau Hye Ran menemui Dong Man sekarang, dia tak
akan bisa hidup. Tinggalkanlah dia supaya dia bisa hidup.
Suatu
malam, Ae Ra menerobos masuk ke rumah Dong Man dengan membawa bantal dan
selimut dengan alasan kalau pemanas kamarnya rusak lalu tidur dengan nyenyaknya
di lantai. Dong Man melongo heran melihat Ae Ra yang bisa tidur semudah itu,
tapi sebenarnya Ae Ra cuma pura-pura tidur biar dia bisa menjaga Dong Man.
Keesokan
harinya, dia membuatkan Dong Man makanan dan memaksanya makan. Dia bahkan
sangat sangat cemas saat Dong Man di kamar mandi tapi tidak kedengaran apapun
padahal Dong Man lagi sembelit.
Suatu
hari, dia masuk kamarnya Dong Man dan melihat Dong Man terbujur di kasur dengan
botol obat di sampingnya. Cemas, Ae Ra langsung menempelkan kupingnya ke dada
Dong Man dan mendapati detak jantung Dong Man berdetak terlalu kencang.
Ae
Ra langsung panik setengah mati... saat tiba-tiba saja Dong Man bangkit sambil
menggerutu sebal. Itu obat pencernaan, perutnya sakit gara-gara Ae Ra
memberinya makan terus. Ae Ra hampir saja meninju Dong Man saking leganya.
Kenapa dia meminum obatnya dalam dosis besar.
Dong
Man yakin kalau pemanasnya Ae Ra sebenarnya tidak rusak, kan? Ae Ra
mengawasinya karena Ae Ra takut dia mati gantung diri atau minum obat, iya kan?
Ae Ra menyangkal dan ngotot kalau pemanasnya rusak sungguhan.
"Kenapa
juga kau menginap di rumah pria karena pemanasmu rusak saat musim panas? Kau
tahu kalau kau tidak sepintar itu."
Parahnya
lagi, dia melihat Ae Ra lagi-lagi membawakannya makanan, kali ini sup ayam plus
abalone. Dong Man sontak menggerutu frustasi, dia tuh baru diputusin tapi berat
badannya malah nambah 3kg gara-gara Ae Ra.
Flashback
end.
Dong
Man mendesah penuh haru teringat bagaimana Ae Ra selalu menjaganya selama ini.
Hye Ran mengaku kalau dia harus ikut campur seperti ini karena mereka berdua
sama-sama naif. "Fokuslah dengan hal yang penting dan jangan sampai
kehilangan ini. Orang bodoh sepertimu, membutuhkan orang bodoh
sepertinya."
Di
kantor, Pak Choi memberitahu Joo Man kalau kali ini Joo Man adalah kandidat
kuat untuk mendapatkan promosi. Joo Man langsung masuk ke ruang fotokopi saking
senangnya, tapi malah mendapati seorang pegawai wanita baru yang langsung
mengeluh karena dia merusak mesin fotokopi, sama persis seperti Ye Jin dulu.
Tapi
kali ini Joo Man bersikap lebih tegas dengan mengajari wanita itu cara memakai
mesin fotokopi yang benar dan memperingatkannya untuk tidak mengulangi
kesalahan serupa lagi. Saat dia keluar dia melihat Sul Hee masuk ke ruangan
managernya.
Sul
Hee datang untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya dan mengaku kalau
alasannya mengundurkan diri dari pekerjaan ini adalah karena bisnisnya berjalan
lancar dan dia butuh lebih banyak waktu untuk mengurusi bisnis barunya.
Manager
awalnya tampak kesal, tapi kemudian dia tertawa dan ikut senang untuk Sul Hee.
Dia bahkan meminta Sul Hee untuk mengembangkan bisnisnya dengan baik dan
promosikan bisnisnya di home shopping mereka dan perintah semua orang di sini
seolah dia majikan.
Nam
Il pulang dan mendapati ibunya termenung menatap bonekanya Ae Ra. Dengan sedih
Nyonya Hwang meminta Nam Il untuk mengembalikan ponsel lipatnya. "Mari
kita kembali ke Jepang."
Nam
Il pun pergi menemui Jang Ho untuk mengambil ponsel lipat itu kembali dan
bertanya-tanya apa sebenarnya isi ponsel ini. Jang Ho menyuruhnya melihatnya
sendiri dan memberitahunya bahwa sandi ponsel ini adalah ultah putra/putrinya
Nyonya Hwang.
"Ini
surat wasiat yang dia buat saat dia menderita kanker."
Nam
Il akhirnya membuka isi ponsel itu tak lama kemudian dan mendapati isinya
adalah potret-potret Ae Ra masa kecil. Tapi kemudian, dia melihat foto-foto
dirinya dengan caption 'Ini saudara laki-lakimu, Nam Il. Dia lahir bulan
maret'.
Dia
langsung mendatangi Ae Ra untuk menyerahkan ponsel itu, ini dari ibu. Ae Ra
tidak mau menerimanya dan menolak melihat apapun isinya.
"Ibu...
selalu berada di sisimu selama 30 tahun."
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^