SINOPSIS School
2017 Episode 2 Bagian 1
Sumber gambar:
KBS2
Pria
misterius terkejut dengan kehadiran Eun Ho. Ia sigap melemparkan botol ke dalam
tong yang dibakarnya. Api semakin membesar, Eun Ho yang ketakutan reflek
membungkuk melindungi diri.
Tak
buang waktu, Pria Misterius itu mengambil kursi lalu memecahkan kaca jendela.
Ia pun kabur melewati kaca jendela itu. Eun Ho berusaha mengejarnya, tapi dia
tak bisa melewati jendela. Yang tertinggal sekarang cuma noda darah pria
misterius di pecahan kaca, dia terluka ketika melompati jendela.
Lampu
ruang guru tiba-tiba menyala, Pak Koo dan beberapa petugas masuk dan terkejut memergoki
Eun Ho tengah berada disana.
Paginya,
Eun Ho berjalan dibekalang Pak Koo dengan malu. Anak-anak mengira kalau dia
pelakunya. Gosip sudah tersebar luas, mereka semua menganggapnya keren. Mereka
bertanya-tanya, kira-kira apa yang akan Eun Ho lakukan selanjutnya?
Hee
Chan merasa ada yang aneh dengan kasus ini, kenapa juga dia memukul kaca
jendela menggunakan kursi? Dae Hwi terus memperhatikan Eun Ho kasihan, dia kira
mereka salah menangkap pelakunya.
Byung
Goo tak menyangka kalau Eun Ho melakukan semua itu sendiri, memangnya dia
dikira Avenger atau apa. Dengan mantap, Tae Woon mengatakan jika bukan Eun Ho
pelakunya. Hal semacam itu tidak akan bisa dilakukan oleh cewek sendirian.
“Jadi
dia melakukannya dengan orang lain?”
“Sudah
kubilang bukan dia pelakunya.. aish, bikin kesel saja.”
Eun
Ho disidang oleh para guru. Dia lelah harus menjelaskan kalau bukan dia
pelakunya, dia kesana hanya untuk mengambil kembali buku sketsanya. Pelaku aslinya
melarikan diri malam itu. Pak Koo kekeuh menuduh Eun Ho sebagai pelakunya, cuma
dia yang ada di TKP saat mereka datang.
Kang
Myung coba menengahi, “Konfusius mengatakan dalam bukunya, kau mungkin saja
bisa menangkap pencuri di luar lokasi kejadian, tapi di dalam lokasi kau tidak
akan bisa menangkapnya. Rasanya
tidak benar mencurigai orang jika buktinya belum jelas.”
Tidak,
para guru tetap kekeuh kalau mereka sudah punya bukti kuat. Jadi dia menekan Eun
Ho supaya mengakui perbuatannya. Dia itu anak dengan peringkat rendah, dia
harusnya tidak membuat ulah.
Eun
Ho mulai frustasi, orang dewasa yang suka membuat ulah juga biasanya punya
peringkat tinggi. Guru Koo kesal, jadi dia bangga bisa mengendap-endap masuk ke
ruang guru? Dia memberikan pilihan, tetap pada pendiriannya dan tetap
bersekolah atau mereka akan mengeluarkannya.
Setelah
keluar, Eun Ho merengek-rengek kesal soalnya harus dikeluarkan dari sekolah.
Mereka cuma ingin mengeluarkannya saja. Bukan dia pelakunya. Kang Myung tahu
kok, dia berada ditempat kejadian bukan berarti dia adalah pelakunya. Intinya,
mereka tak bisa menyalahkan Eun Ho hanya dengan bukti ngawur itu. Mereka kan
hidup di negara demokratis.
Eun
Ho menatap Kang Myung, “kenapa anda tak mengatakan itu tadi?”
Kang
Myung menggaruk kepalanya, merasa bersalah tidak bisa memberikan pada muridnya.
Eun Ho makin frustasi saja melihat gurunya yang satu ini, ia kembali
melanjutkan tangisannya yang tertunda.
Kang
Myung pun coba membujuk Guru Koo untuk bicara. Eun Ho bukanlah anak yang
seperti itu dan tidak mungkin dia bisa melakukannya sendiri. Itu tidak masuk
akal. Guru Koo malah semakin bertanya-tanya kalau mungkin Eun Ho punya kaki
tangan. Mereka berdua melakukannya bersama tapi cuma Eun Hoo yang gagal kabur.
Tetap
saja, belum ada yang dipastikan. Kang Myung rasa terlalu kelewatan kalau
langsung mengeluarkannya. Guru Koo tidak mau tahu, guru itu bukan pelayan
publik, kenapa dia terus saja membelanya?
“Aku
ini 'kan gurunya. Dan sepertinya aku tidak cukup baik menjadi gurunya.”
“Bagaimana
kau bisa membuktikan kalau dia tidak bersalah? Itu adalah hal yang tidak akan
bisa kau lakukan dengan baik.” Tegas Guru Koo.
Eun
Ho membasuh mukanya, masih kesal memikirkan kalau dia bakal dikeluarkan. Tae
Woon menegurnya, dia akan dikeluarkan? Eun Ho membentaknya, tidak! Tae Woon
memang sudah menduga, mana mungkin dia melakukan hal semacam itu.
Mood
Eun Ho seketika membaik karena ada orang yang mau percaya dengannya. Tae Woon
yakin karena pelakunya pasti lebih pintar daripada Eun Ho. Dia menawarkan
supaya mereka minum es lemonade. Eun Ho sih males kalau harus minum dengannya.
“Siapa
yang mau minum denganmu? Cobalah minum es lemonade. Aku tahu kau sering minum
itu.”
Eun
Ho dengan tergagap mengklaim kalau itu bukan urusannya, mau dia minum es
lemonade atau tidak. Ia pun kembali membasuk wajahnya, begitu mengangkat
kepala, sudah ada es lemondae dihadapannya sedangkan Tae Woon sudah pergi entah
kemana.
Anak-anak
sungguh senang dengan apa yang dilakukan Eun Ho. Ujian percobaan mereka
akhirnya tak berarti lagi. Mereka senang melihat bagaimana Kepala Sekolah
uring-uringan dibuatnya. Nam Joo bertanya pada Dae Hwi, apa dia yakin kalau Eun
Ho memang pelakunya? Dia tak menyangka Eun Ho seberani itu.
“Kau
mana pernah tahu. Kalau hanya melihat penampilan luar seseorang saja.” Jawab
Dae Hwi.
“Seperti
kau?” tanya Kyung Woo yang sedang bermain gitar sendirian “Cobalah lebih
jujur.. pada dirimu sendiri.”
Hee
Chan masih bertanya-tanya, apakah kejadian ini akan membawa kebaikan untuk
mereka atau malah berdampak makin buruk. Anak yang lain beranggapan kalau
kejadian ini menguntungkan mereka soalnya kertas ujian sudah terbakar. Tapi
anak lainnya menambahkan, atau malah sekolah akan bertindak lebih keras supaya
hal semacam ini tak terulang lagi.
“Dalam
keadaan seperti ini, kau masih bisa menggambar?” tanya Sa Rang.
Jelas,
Eun Ho akan menggambar semakin rajin dan memenangkan lomba agar bisa masuk
Universitas Hanguk. Berhenti sekolah? Tidak akan, dia tak akan mau berhenti.
Eun Ho sengaja bicara lantang supaya anak-anak mendengar ucapannya.
Sa
Rang juga yakin kalau Eun Ho tidak akan melakukannya, peringkatnya kan paling
rendah jadi dia tak akan macam-macam. Eun Ho mengernyit, dia sedang
menenangkannya (atau mengejeknya)?
Tentu
saja menenangkannya. Sa Ra dan Eun Ho pun tos, saling menyemangati.
Pak
Koo, Kang Myung dan Soo Ji masuk ke kelas Eun Ho untuk melakukan razia. Dia
menyuruh anak-anak meninggalkan tas mereka. Tak berselang lama, mereka sudah
bisa mengumpulkan majalah dewasa, minuman dan alat make-up. Pak Koo pun menyita
semua barang-barang terlarang itu.
Young
Gun dan dua temannya kesal karena barangnya kena sita. Dia menyalahkan Eun Ho
sebagai biang dari kekacauan ini. Eun Ho jelas tak terima, bukan dia yang
melakukannya. Young Gun tak mau tau, mau dia atau bukan, kenapa juga dia masuk
ke ruang guru dan membuat segala kekacauan?
“Sudah
kubilang bukan aku!” bentak Eun Ho.
Young
Gun mengangkat tangannya untuk menampar Eun Ho. Tae Woon kontan berdiri dari
tempat duduknya.. tapi Dae Hwi sudah duluan menahan tangan Young Gun. Dia
menyuruhnya supaya berhenti, kan Eun Ho sudah bilang kalau bukan dia pelakunya.
Kalau terus begini, ia akan memanggil ‘Malaikat
Maut’ lagi.
Tak
punya pilihan, Young Gun berhenti mengganggu Eun Ho. Eun Ho sedih terus
disalahkan begini. Ia pun pergi dari kelas dan berniat bolos lagi. Tapi naasnya,
sepeda yang mau digunakannya malah rantainya lepas. Eun Ho kesal bukan
kepalang, ia mulai menangis geregetan.
Tae
Woon pergi ke tempat parkir juga. Eun Ho menyalahkan Tae Woon sebagai penyebab
sepedanya tak bisa dikayuh lagi. Dia menyuruhnya bertanggungjawab membetulkan
sepedanya. Tae Woon melewati Eun Ho tanpa mengatakan apapun.
“Kau
mengabaikanku lagi.” Rutuknya. Tanpa banyak omong, Tae Woon melemparkan helm
pada Eun Ho.
Mereka
berdua naik motor bersama. Sampai akhirnya, mereka duduk bersantai menikmati
angin semilir dipuncak gedung. Tae Woon heran, sebenarnya apa pentingnya buku
itu sampai dia menyelinap ke ruang guru?
Karena
didalamnya ada impian, jawab Eun Ho. Tae Woon menganggapnya kampungan, zaman
sekarang masih ada saja yang punya mimpi. Eun Ho tahu kalau memang
kedengarannya kampungan tapi itu segalanya bagi dia. Tanpa impian, dia akan
merasa tercekik.
Eun
Ho tahu kalau sebenarnya Tae Woon kebut-kebutan menggunakan motornya. Karena
dia pasti tercekik sampai mau mati rasanya.
“Makanya.
Aku naik motor karena itu, dan aku bahkan kelihatan keren karenanya.”
Eun
Ho tertawa, iya, dia memang keren. Ia berterimakasih atas apa yang terjadi,
sekarang dia merasa baikan. Eun Ho memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus.
Tae Woon memperhatikan Eun Ho, ia pun lantas memejamkan mata bersamanya.
Tae
Woon mengantar Eun Ho ke rumahnya. Sebelum pergi, Eun Ho memberikan kupon makan
ayam gratis ditempatnya. Dia tahu kalau Tae Woon tinggal disekitar sana. Ayam ditempatnya
enak loh, coba saja sekali-kali. Tae Woon melihat kuponnya, dia melayani pesan
antar juga?
Eun
Ho mengibaskan rambutnya, “Nona cantik ini yang akan mengantarkan pesanannya
untukmu. Jadi, makanlah yang banyak nanti.”
Baiklah,
tapi Tae Woon benci ayam. Ia pun pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Eun Ho
mendesis geli, anak berandal itu. Tepat saat itu pula, Ibu ada diluar rumah dan
melihat Eun Ho diantar sepeda motor. Dia langsung mengejarnya dengan marah, dia
kan sudah melarangnya naik sepeda motor.
Tae
Woon sampai di rumah, Pak Kepala Sekolah sudah ada dirumahnya. Dia berniat
melewati mereka tapi Ayah Tae Woon menyuruh dia untuk memberi salah pada Pak
Kepsek. Terpaksa, Tae Woon harus berbalik dan membungkuk hormat padanya.
Pak
Kepsek berusaha menjilat Tuan Hyun dengan mengatakan kalau Tae Woon adalah
siswa kebanggaan.. Tae Woon menyela, dia bukan siswa kebanggaan. Beberapa hari
yang lalu, Pak Kepsek bahkan harus ke kantor polisi karenanya. Tuan Hyun murka,
keluarkan saja putranya kalau dia membuat masalah.
Pak
Kepsek meminta Tuan Hyun tidak bertindak sejauh itu, biar dia yang mengurusnya
karena Tuan Hyun pasti sudah sangat sibuk. Malas, Tae Woon pamit untuk masuk ke
kamarnya. Namun ia mendengar Pak Kepsek bicara kalau dia akan membereskan
masalah Eun Ho secepat mungkin. Ia akan mengeluarkan dia dari sekolah.
Mendengar
ucapan Pak Kepsek, Tae Woon langsung berbalik dan kembali keluar rumah. Dia
sengaja memukul kaca spion mobil sekolah kemudian pergi dari rumahnya lagi.
Eun
Ho makan malam bersama keluarganya. Ibu memperingatkan supaya Eun Ho tidak naik
motor lagi. Eun Ho kelihatan penuh kekhawatiran saat harus berhadapan dengan
kedua orangtuanya. Ibu bertanya, berapa biayanya?
Tae
Sik dengan semangat merapalkan semua barang yang ia butuhkan. Tapi Ibu nyatanya
sedang bertanya pada Eun Ho, dia tanya biaya les komik itu. Apa dia benar-benar
ingin masuk universitas dengan cara itu?
“Ibu..
masalahnya.. hari ini disekolah..” Eun Ho ragu.
“Ibu
harus datang ke sekolah, ya? Kau 'kan sudah kelas 2. Ibu seharusnya menemui
guru-gurumu. Bagaimana, apa perlu ibu bawakan ayam yang banyak..”
Tidak,
Eun Ho melarang. Kepsek tidak suka kalau ibu-ibu datang ke sekolah. Ayah
menawarkan diri untuk datang menggantikan Ibunya. Eun Ho masih melarang, kenapa
juga ayahnya harus datang. Tae Sik nyeletuk, jangan-jangan dia bikin masalah
yah?
“Apa
kau gila? Diamlah.” Ujar Eun Ho dengan senyum dipaksakan.
Eun
Ho masih memikirkan cara untuk bebas dari tuduhan. Aha.. dia ingat sedikit
tentang pelakunya. Meskipun tak melihat wajah pelaku sepenuhnya, tapi dia ingat
bagaimana bentuk bibirnya dan sepatu yang ia gunakan. Ia pun mulai menggambar
apa yang diingatnya.
Esok
harinya, Eun Ho dan Sa Rang mulai mengecek anak-anak satu persatu. Dae Hwi yang
mau ditutup matanya menggunakan kertas agak keberatan. Memang dia juga termasuk
pelakunya? Ayolah, mana mungkin.
Eun
Ho tahu kalau dia memang kekanak-kanakan, tapi dia sudah putus asa. Dae Hwi
kasihan juga melihat dia begitu, ia pun menutup bagian atas wajahnya dengan
kertas. Eun Ho merasakan adanya kemiripan, dia menghampiri Dae Hwi sangat
dekat.
Nam
Joo melarangnya, dia seperti ingin menciumnya. Kikuk, Eun Ho langsung
meloloskan Dae Hwi begitu saja.
Datanglah
Tae Woon, Eun Ho menghalangi jalannya kemudian menutup bagian atas wajahnya.
Dengan nada bercanda, dia mengatakan kalau ada kemiripan. Dia mendekat ke arah
Tae Woon. Dengan sengaja, Tae Woon memajukan wajahnya dan membuat posisi mereka
begitu berdekatan.
Kontan
jantung Eun Ho berdegup kencang. Dia tak bisa berkata apa-apa lagi. Tae Woon
tahu kalau dia ketakutan, makanya minggir. Dengan tubuh membeku, Eun Ho
bergeser untuk memberikan jalan pada Tae Woon.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^