SINOPSIS
Love of Aurora Episode 1 Bagian 2
Ditulis oleh Puji Eka Rini
Penasinopsis.blogspot.com
Semua orang berdiri memberikan tepuk tangan untuk
Xingzi. Xingzi terus terduduk di panggung sembari memunggungi mereka. Ia
menangis sedih. Li Juntai menyadari sesuatu, ia buru-buru menghampiri Xingzi
dan membantunya berdiri.
Xingzi menatapnya marah, “Siapa kau sebenarnya?”
“Aku Li Juntai.”
“Bohong!”
1
Tahun Yang Lalu
Xingzi selesai tampil
menggunakan kostum senimannya. Ia pun bergegas melepas sepeda yang ia parkir
disana. Disisi lain, seseorang menelepon Juntai dan mengabari kalau Upacara
Penghargaannya sudah akan dimulai. Juntai bergegas keluar dari toko. Dia akan
segera menuju kesana.
Dan bersamaan saat itu
pula, seorang penjambret merampas tas ibu-ibu. Ibu-ibu itu berteriak meminta
tolong. Xingzi yang sedang fokus melepas gembok sepedanya langsung berdiri dan
menghantam Juntai yang berlari dibelakang penjambret.
Tubuh Juntai
terjungkal. Xingzi buru-buru menindihnya dan menggembok tubuhnya. Juntai
kebingungan, ada apa ini? Xingzi menuduh Juntai sebagai penjambret. Dia akan
melaporkannya pada polisi.
“Kau orang mana?
Jepang?”
“Aku orang China.”
“Apa kau gila?
Bagaimana bisa kau menyerang teman setanah airmu?” geram Juntai.
“Kau orang China juga?
Aku merasa malu. Bagaimana bisa kau melakukan ini di negara tetangga?”
Juntai menjelaskan
kalau ini sebuah kesalahpahaman. Jadi, lepaskan dia sekarang juga. Xingzi tak
percaya. Ia buru-buru memasang ujung rantainya ke lengannya kemudian
mengemboknya.
“Hei babi! Babi emas!”
seru Juntai.
Ia melempar kunci
gembok tersebut, dan kuncinya tepat masuk ke jendela taksi yang sedang melaju.
Xingzi memeluk tiang listrik dan berteriak-teriak meminta tolong.
Juntai dan Xingzi
sudah ada di kantor polisi. Polisi menyuruhnya untuk mengeluarkan semua isi
tasnya dan memberikan passport mereka. Korban penjambretan datang kesana, dia
melihat barang-barang di tas Juntai dan tak ada satu pun barang miliknya.
Bersamaan saat itu,
seorang polisi membawa pelaku kriminal lewat disana. Korban dengan yakin
menunjuk pria yang diringkus polisi sebagai orang yang sudah menjambretnya.
Polisi pun mengakhiri kasus ini, ia meminta maaf pada Juntai dan
mempersilahkannya untuk pergi.
Xingzi terpaksa
meminta maaf pada Juntai. Juntai menanyakan nama China Xingzi. Xingzi
menjawabnya dengan setengah bergumam. Juntai menyindirnya, dia tampaknya malu
mengucapkan namanya.
“Han Xingzi.” Ucap
Xingzi dengan jelas.
Juntai rasa namanya
tidak pantas untuknya, lebih bagus Babi Emas saja. Ia bertanya pada polisi
disana, apakah beliau sudah menyimpan informasi Xingzi? Polisi mengiyakan,
apakah ia ingin menuntutnya?
Xingzi bergeleng
ketakutan. Juntai berkata kalau presentasinya menjadi tertunda karena kejadian
ini. Ia berniat ingin menuntutnya.
Xingzi menyusuri
jalanan dengan lesu, masalahanya dengan Juntai masih akan berbuntut. Ia sampai
di tempat memarkirkan sepeda, namun sepedanya sudah menghilang. Dia baru sadar
kalau disana ada plang yang memberitahukan kalau disana dilarang parkir dari
jam 3 pagi sampai jam 6.
Xingzi berdecak
pasrah. Ia pun melambaikan tangan untuk menghentikan taksi yang melintas. Namun
ia terkejut saat dua pria asing turun dari taksi, mereka langsung merayunya dan
berkata akan mengajarinya gerakan tari.
Xingzi berusaha kabur,
dia menolak “aku tidak tertarik.” Bukannya melepaskan, dua pria tersebut malah
menghadang Xingzi dan menyeretnya. Xingzi berteriak ketakutan meminta
pertolongan.
Juntai yang sedang
melintas langsung menepi. Ia mengklaim kalau Xingzi miliknya, jadi dia menyuruh
mereka untuk melepaskannya. Mereka menolak. Juntai pun mengayunkan kaki
jenjangnya dan menarik Xingzi. Ia menyuruh Xingzi untuk menunggu di mobil, “Aku
akan menunjukkan seorang pahlawan yang sebenarnya.”
Juntai menantang dua
pria yang sudah mengacungkan kursi dan pemukul baseball. Dia sama sekali tak
bergeming, ia menghindar dari pukulan mereka dan membuat mereka kewalahan
menyerangnya.
Xingzi menatap Juntai
dengan kagum. Dia bertanya, “Apa tidak apa-apa, kau sudah merusah kaca itu?”
Juntai akan
mengurusnya nanti. Dia menyuruh Xingzi yang masih menatapnya dengan kagum untuk
segera minggir karena dia akan naik ke mobil sportnya. Xingzi memandangi Juntai
tanpa berkedip, Juntai sampai harus mengingatkan supaya dia menggunakan sabuk
pengamannya.
Selepas mereka pergi,
dua pria yang menyerang Xingzi mengumpat kesal. Dia tidak terima karena sudah
dibuat babak belur oleh Juntai. Ia pun menelepon bala-balanya untuk membalas
dendam.
Juntai mengantar
Xingzi ke kampusnya. Xingzi masih bertanya-tanya apakah dia akan benar-benar
menuntutnya. Mereka kan teman setanah air, ia menyuruh Juntai melampiaskan
kemarahannya sekarang saja.
“Kau ingat saja
kata-kata polisi tadi, jangan tinggalkan LA sampai urusan kita berakhir.”
Xingzi menunjuk Juntai
dengan kesal, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia pun turun meninggalkan
mobilnya.
Kakak Juntai, Mingzhe
menerima telepon dari Kakek Li. Dia langsung memarahinya tanpa ampun karena
mendengar Juntai dibawa ke kantor polisi. Mingzhe meminta maaf, ia memastikan
akan membawa Juntai kembali.
Kakek Li menekankan
bahwa urusan bisnis di Amerika tidaklah sepenting membawa Juntai kembali. Kalau
sampai dia gagal, maka ia akan menempatkan dia selamanya di kantor cabang
Amerika.
“Baik.” Jawab Mingzhe
getir.
Mingzhe menelepon
Juntai. Juntai yang mendengar ponselnya berdering berniat menerima panggilan
itu, tapi begitu melihat tulisan “kakak” dilayar. Ia tidak menggubris dering
ponselnya lagi.
Mingzhe mengirim pesan
mengabarkan kalau dia berada di Amerika, dia menyuruhnya untuk menghubungi balik.
Juntai tanpa sengaja menjatuhkan passport yang ia letakkan diatas meja.
Ia membuka passport
itu, rupanya itu passport milik Xingzi. Dia terperangah mengingat
kecerobohannya memberikan passport yang dipegang Bu Polisi tanpa melihat
identitasnya lebih dulu.
Keesokan harinya,
Juntai pergi ke kampus Xingzi untuk menemuinya. Disaat yang bersamaan, preman
yang kemarin pun tengah mencari Xingzi.
Xingzi sedang bersiap
di ruang make up. Teman-temannya girang memberitahukan kalau Mr. James datang
kesana langsung untuk memilih performernya. Xingzi senang mengetahui hal itu.
Ia menyemangati rekannya, mereka harus yakin meskipun saingannya pasti akan
sangat banyak.
Saat Xingzi akan
tampil, teleponnya berdering. Bibi Wu meneleponnya dengan nada panik. Xingzi
memohon maaf, bisakah mereka melanjutkan pembicaraan setelah ia tampil.
Bibi Wu sedikit
menaikkan suaranya, memberitahukan kalau Ibu Xingzi bangkrut dan banyak debt
collector datang ke rumah. Terjadi kecelakaan hingga kepala Ibunya terbentur
dan koma. Xingzi terbengong mendengar kabar itu.. namun teman-temannya datang,
mereka langsung menarik ponselnya dan menyeretnya ke belakang panggung.
Pikiran Xingzi
melayang kemana-mana. Tapi bagaimana pun, dia harus tetap tampil. Temannya menyemangati
dia, mereka menyuruhnya untuk fokus apapun yang terjadi. Kalau Mr. James
memilihnya, maka ia bisa membantu orangtuanya.
Xingzi mengangguk
sepaham. Ia pun mencoba tersenyum dan memulai penampilannya. Mr. James terlihat
suka dengan penampilan Xingzi. Asistennya mengatakan kalau Xingzi itu orang
Asia. Mr. James tidak mempermasalahkan hal itu, yang terpenting adalah
performanya.
Juntai sedang
mencari-cari Xingzi. Bertepatan saat itu, gerombolan berandalan itu juga ada
disana. Mereka melihat Juntai, tanpa banyak babibu, mereka langsung
mengeroyoknya.
Juntai berusaha kabur,
namun ia tak bisa. Mereka pun berkelahi dibalik tirai panggung. Tanpa sengaja,
salah satu dari mereka terjatuh mengenai tirai panggung. Semua orang terkejut
melihat perkelahian mereka.
Dan karena suasana
sangat kacau, lagi-lagi tanpa sengaja salah satu dari mereka menarik tari
penyangga lampu panggung. Lampu panggung pun bergoyang akan jatuh menimpa
Xingzi.
Semua orang panik,
namun untungnya Juntai bisa mendorongnya menghindari hantaman lampu panggung.
Lutut Xingzi terluka.
Tapi Xingzi tak memperdulikannya. Ia melihat Mr James dan rombongan berjalan
meninggalkan ruangan. Ia mengejar mereka, ia memohon supaya dia bisa
menyelesaikan penampilannya. “Andai saja tak ada kecelakaan ini..”
“Andai? Tidak ada kata
andai. Apa kau tak mengerti? Kegagalan bukanlah sesuatu yang buruk. Kegagalan
itu harus diterima. Itulah masalahnya. Mengerti? Aku tak tahu bagaimana orang
China melihat sebuah kesempatan. Tapi hidup bukanlah film. Tak selamanya kau
mendapatkan kesempatan kedua. Kalau kau tak terima, kau bisa berkemas dan
pulang ke rumah. Ini bukan bisnis yang cocok untukmu.” Omel Mr James.
Lutut Xingzi lemas, ia
berjongkok dengan sedihnya. Kesempatan untuk membantu orangtuanya sudah sirna.
Xingzi berjalan dengan
terpincang-pincang. Juntai mengikutinya. Dia bertanya apakah ia tak
menginginkan kompensasi, ia sudah melukai lutut Xingzi secara tidak langsung.
Xingzi tidak mau pusing-pusing, dia hanya menyuruh Juntai untuk pergi darisana.
Juntai kesal, “Apa kau
tak bisa sedikit saja bertanggungjawab atas dirimu?”
“Lepaskan aku!” ujar
Xingzi yang tangannya ditahan Juntai.
“Aku cuma mau minta
maaf!”
Xingzi menampik tangan
Juntai, “Lepaskan aku! Kau bebas melakukan apapun setiap hari? Tapi kenapa kau
harus mengikutiku? Aku tambah kena sial karena mu! Aku sudah latihan sebulan, tapi
kau mengacaukannya! Mungkin aku bisa naik ke panggung menggapai cita-citaku! Tapi
sekarang semuanya lenyap. Kau mau menuntutku? Lakukan! Lakukan sekarang!”
Juntai tak bisa
berkata apa-apa lagi. Ia hanya berdiri mematung saat Xingzi berjalan menjauh
darinya dengan jalan terpincang-pincang.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^