SINOPSIS Meteor
Garden (2018) Episode 6 Bagian 1
SINOPSIS Meteor
Garden (2018) SCTV Episode 6 Bagian 1
Ah
Si yang tahu kalau Shan Cai dan Qing He tak bisa bermain bridge, dia menyuruh
mereka untuk membuat aturan sendiri dalam permainan. Qing He mengusulkan agar
ia bisa membandingkan kartu ditangan kemudian memilih kartu untuk
kemenangannya.
Mai
Zuo menganggap permainan macam itu seperti anak TK. Qing He tak perduli, mereka
sendiri yang menyuruhnya membuat aturan. Baiklah, Ah Si menyetujui aturan
tersebut tanpa pikir panjang.
Ah
Si mengocok bridge dengan lihai. Tiba waktunya Shan Cai memilih kartu. Dia
melorot dua buah kartu dengan banyak pikiran, dia khawatir kalah. Ah Si
menghentakkan tangannya ke meja karena Shan Cai lama sekali.
Shan
Cai yang tengah gugup pun terkejut dan menjatuhkan kartu ditangannya, kartu
terbuka AS hati. Dia senang bukan kepalang, jadi kartunya cuma bisa dikalahkan
kalau Mau Zuo bisa menunjukkan kartu AS Sekop.
Mai
Zuo dengan santai menarik sebuah kartu, dan begitu dibalik, ia tepat
mendapatkan kartu As Sekop. Qing He tak mau menerima hasil itu, ia mau mengacak
kartunya dulu. Diam-diam ia menarik kartu as sekop dan menyembunyikannya di
saku.
Ah
Si mengocok kartunya. Dia membuka kartu ditangannya satu persatu dan Mai Zuo
menyebutkan kartu apa yang Ah Si ambil tanpa harus melihatnya. Qing He tak
perduli dengan kemampuannya, yang terpenting, dia harus mendapatkan As sekop
untuk mengalahkan Shan Cai.
“Aku
tak bisa mendapatkannya. Karena kartu as sekop ada disakumu.”
Dengan
terpaksa, Qing He mengeluarkan kartu dari sakunya. Shan Cai yang tahu tak bisa
memenangkan pertandingan pun mengaku kalah. Jadi, apa yang mereka inginkan
darinya?
Xi
Men tak bisa menjawab, ini adalah masalah Shan Cai dan Ah Si. Jadi, ia akan
meninggalkan mereka berdua. Xi Men dan Mai Zuo menggeret Qing He yang
bersikukuh ingin tetap berada diruangan.
Shan
Cai gemetaran bertanya apa yang diinginkan Ah Si. Ah Si berdiri dari tempat
duduk kemudian menyingkirkan meja yang menjadi penghalang. Shan Cai perlahan
mundur namun Ah Si terus menghampirinya sampai Shan Cai terpojok.
Ah
Si menyuruh Shan Cai untuk mentraktirnya dinner. Shan Cai terkejut dan
mengulang pertanyaannya. Ah Si jadi kesal, kenapa dia pura-pura tak
mendengarnya? Dia juga berpura-pura tak mendengarnya saat di bandara.
Malam
harinya, Shan Cai tengah bersantai dirumah. Ponselnya berdering, Ah Si
mengajaknya untuk bertemu di Stadion Jangwan Plaza jam 12 siang.
Tak
lama, ponsel Shan Cai kembali berdering. Kali ini dari Qing He meneleponnya,
dia bertanya apakah Shan Cai baik-baik saja. Apa mereka kembali menyuruhnya
untuk makan sendal?
Shan
Cai mendengus, akan lebih baik kalau disuruh makan sendal. Belum selesai dengan
pembicaraan mereka, ponsel Shan Cai sudah error lagi dan mati. Shan Cai
menggerutu sebal, Ah Si yang sudah merusak ponselnya. Pokoknya, dia tak akan
datang besok siang. Lihat saja apa yang akan terjadi.
Esok
siangnya, Shan Cai pergi menemani Ibu belanja. Super malas, sudah berjam-jam
tapi Ibunya masih belum juga menentukan pilihan. Ibu menarik sebuah jas tebal,
dia menyuruh Shan Cai mencobanya. Cocok sekali, tapi harganya cukup mahal.
Ibu
tak masalah, lagipula cuaca sekarang dingin. Hujan tiba-tiba saja turun. Shan
Cai ingat akan janjinya dengan Ah Si, apa dia masih menunggunya?
Shan
Cai kontan meraih payung dan pergi dari toko. Ibu berteriak mengingatkan kalau
dia belum membayar bajunya, mereka juga cuma bawa satu payung, bagaimana Ibu
akan pulang nantinya?
Benar
saja, Ah Si masih berdiri di stadion hujan-hujanan.
Shan
Cai langsung menghampiri dia dan memayunginya. Tanpa banyak kata, Ah Si
menghambur ke pelukan Shan Cai. Shan Cai terkejut, apa yang dia lakukan? Kenapa
dia masih berdiri disana.
Aku
kedinginan tahu! Rutuk Ah Si. Dia sudah menunggunya selama tiga jam, tapi ia
tidak kunjung datang. Loh, Shan Cai membela diri karena ia tak mengatakan akan
datang. Ah Si tak mau tahu, kan dia yang menang, jadi dia yang akan menentukan.
Ah
Si melihat tag harga jaket Shan Cai, dia sampai belanja baju baru untuk kencan
mereka. Harganya 799 yuan, murah banget. Shan Cai mendorong Ah Si dari
pelukannya, kenapa dia masih menunggu? Kenapa tak pulang saja?
Ah
Si hanya khawatir karena ponsel Shan Cai tak aktif, bagaimana kalau dia datang
mencarinya tapi tak bisa menemukannya? Bagaimana kalau dia kecelakaan? Itulah
kenapa dia tak bisa pergi meskipun hujan tiba.
Shan
Cai mengajak Ah Si untuk pergi. Mereka berdua menuju ke kios makanan. Kemana
mereka akan pergi? Tanya Ah Si. Shan Cai ingin mengajaknya makan, disana ada
banyak makanan enak. Harganya cuma 50 yuan saja.
“50
yuan? Kita akan makan rumput atau apa?”
Shan
Cai yang bersemangat ingin makan malah harus kecewa karena restorannya tutup.
Yasudah, dia masih tahu tempat lain yang enak. Ia mengajak Ah Si ke lantai
bawah. Sesampainya dibawah, restorannya sedang dalam perbaikan. Kalau begitu,
Shan Cai ingin naik ke lantai atas lagi, disana ada tempat yang enak.
Ah
Si malas. Shan Cai tak mau tahu, mereka bisa naik lift kok. Keduanya pun masuk
ke lift yang berada tak jauh dari sana. Begitu masuk dalam lift, seorang
petugas kebersihan melintas dan melihat kertas yang terjatuh didepan lift. Ia
memungutnya dan memasang kembali di pintu lift. “Lift dalam perbaikan”
Shan
Cai memencet tombol lift namun lampu lift tiba-tiba mati. Keduanya kebingungan,
Ah Si melambai-lambai ke arah CCTV meminta bantuan. Dia menendang pintu lift,
namun Shan Cai melarangnya, bagaimana kalau mereka malah jatuh dan mati.
Shan
Cai meraih ponsel di saku bajunya, tapi ponselnya masih error. Sementara ponsel
Ah Si mati, dia sudah menggunakannya untuk menelepon Shan Cai selama 4 jam.
Keduanya pun pasrah menunggu bantuan.
Ibu
Shan Cai nangis-nangis menanyakan kabar Shan Cai pada Li Zhen. Dia menyuruhnya
untuk memberikan kabar kalau Shan Cai telepon. Ibu Shan Cai masih terus nangis,
tapi nangisnya bukan karena Shan Cai melainkan karena mengiris bawang bombay.
Shan
Cai dan Ah Si bertatapan kikuk di lift yang remang-remang. Ah Si menghampirinya
dan mendekatkan wajahnya. Shan Cai panik dengan apa yang ia lakukan, ia pun
coba menghindarinya.
Namun
Ah Si sama sekali tak punya niat apa-apa, tubuhnya lemas dan tak bisa berdiri
lagi. Shan Cai memegang dahinya, dia demam karena berdiri di tengah hujan
selama 4 jam. Merasa bersalah, Shan Cai membiarkan Ah Si tidur dipangkuannya
dan menyelimuti tubuhnya meggunakan jaket.
Esok
harinya, Ah Si bangun dari tidurnya. Ia memperhatikan wajah polos Shan Cai dan
memainkan rambut poninya. Shan Cai terbangun menerima sentuhan lembut Ah Si. Ah
Si meminta maaf, ini semua salahnya.
Mendengar
permintaan maaf tersebut, Shan Cai tersenyum. Ah Si tak terima, tapi ini semua
salahnya Shan Cai juga. Dia yang bersikeras datang kesana, kalau tidak, mereka
tak akan terjebak.
Kriuk!!
Perut Ah Si berbunyi nyaring. Shan Cai tersenyum geli. Ah Si kembali
menyalahkan Shan Cai yang sudah membuatnya menunggu begitu lama dibawah guyuran
hujan, wajah saja perutnya keroncongan.
“Iya.”
Shan Cai tersenyum, “karena hanya aku yang ada disini, maka akulah yang
merawatmu. Kalau kau berada dirumah, maka ibumu yang akan merawatmu.”
Ah
Si terdiam, ia sudah dua tahun tak bertemu dengan Ibunya. Ayahnya meninggal
saat ia masih sekolah menengah, sehingga Ibunya harus bekerja di London. Saat
meneleponnya, assistennya yang selalu mengangkat panggilannya. Ia pun akhirnya
tak pernah menghubungi Ibunya lagi.
Shan
Cai iba, “Pasti sangat kesepian tinggal dirumah sebesar itu sendirian.”
“Jangan
katakan itu, aku tak pernah kesepian.”
Shan
Cai rasa kalau ia berada di posisi Ah Si, ia akan sangat kesepian dan menjadi
anak pemberontak. Baiklah, dia mengakui kesalahannya kali ini. Ia bertanya apa
yang Ah Si inginkan darinya.
Ah
Si bangkit dari pangkuan Shan Cai dan mendekatkan wajahnya ke arah Shan Cai.
Shan Cai gugup dan bertanya apa yang akan ia lakukan. Ah Si terus diam,
perlahan jarak diantara mereka semakin dekat.
Daaan..
pintu lift tiba-tiba terbuka disaat keduanya dalam posisi yang menimbulkan
tanda tanya. Shan Cai malu, ia buru-buru bangkit meraih payung kemudian ngabur
sambil menutupi wajahnya.
Ah
Si kebingungan. Petugas reparasi lift menatapnya dengan senyum penuh makna, “Senangnya
menjadi anak muda.”
Dirumah,
Ayah dan Ibu Shan Cai sedang menelepon polisi untuk melapor kehilangan
putrinya. Disaat keduanya sedang ribuk mendeskripsikan fitur Shan Cai, Shan Cai
datang. Kontan Ibu meraih pemukul kasur dan memukuli putri semata wayangnya.
Shan
Cai kabur ke kamar dan menutup pintunya, ia terjebak di dalam lift. Ibu tak
percaya, lalu kenapa dia tak menghubunginya. Shan Cai memberitahu kalau
ponselnya rusak. Ibu tidak mau percaya sampai Shan Cai menunjukkan ponsel
miliknya.
Ibu
pun mengerti. Dia mengajak putrinya untuk makan dan memperbolehkan dia
menggunakan ponselnya untuk sementara. Shan Cai tersenyum dan membatin, “Rumahku
kecil. Ayah dan Ibuku sering bertengkar. Tapi mereka selalu memperdulikanku.
Aku bertanya-tanya apakah ada yang merawat Ah Si dirumahnya? Apakah demannya
sudah reda?”
Bersambung ke Episode 6 Part 2
Semangat trus ka bikin sinopsisnya
BalasHapusCayooooo
BalasHapusCayooooo
BalasHapusSemangat kakak,,aku menunggu selalu sinopsis setiap episode. Salam kenal
BalasHapusLanjut
BalasHapusSemangat...semangat...💪💕
BalasHapusgreginQcau-bu Eric Spier Here
BalasHapusmihostobit