SINOPSIS Meteor
Garden (2018) Episode 8 Bagian 1
SINOPSIS Meteor
Garden (2018) SCTV Episode 8 Bagian 1
Di
kelas, anak-anak sudah mendengar rumor mengenai Li Zhen. Mereka sungguh tidak
menyangka kalau dia pelakunya. Li Zhen yang bersalah tidak bisa menyangkal
semua tuduhan mereka.
Shan
Cai datang ke kelas, dia memilih untuk duduk sendiri. Tak lama kemudian, dosen
datang. Dia menyuruh mereka untuk membentuk kelompok. Xin Hui dan Bai He dengan
lantang mengatakan kalau dia tak mau sekelompok lagi dengan Li Zhen. Mereka tak
mau nilainya sama dengan Pembohong.
Pak
Dosen sudah mendengar rumor di weibo. Dia pun meminta Shan Cai menjelaskan
semuanya. Shan Cai pun mulai menceritakan kronologinya. Dan menekankan kalau Li
Zhen tak sengaja mengupload fotonya bersama Thomas ke internet.
“Tidak
mungkin. Kenapa dia diam saja selama ini?” Bai He tak percaya.
“Karena
dia sedang marah.” Imbuh Shan Cai. “Li Zhen marah karena aku meninggalkannya
ketika pesta ulang tahun Jing. Aku membuat Li Zhen tak bisa masuk ke pesta
hingga ia harus hujan-hujanan.”
Li
Zhen tersenyum pada Shan Cai. Shan Cai tersenyum balik, kini ia sadar kalau ia
harus bersikap lebih baik lagi dengan orang-orang penting dalam hidupnya. Ia pun
meminta mereka berhenti memusuhi Li Zhen.
Setelah
kelas usai, Li Zhen menemui Shan Cai. Ia menanyakan alasan Shan Cai membelanya
padahal dia sudah melakukan hal yang sangat kejam.
“Karena
aku mengenalmu. Masih ingatkan akan ucapan kita saat baru masuk?” tanya Shan
Cai.
Iyap..
Li Zhen mengaku beruntung karena ia bisa bersama Shan Cai. Kalau tidak, ia akan
sangat kesepian. Shan Cai, Qing He dan Li Zhen berjanji untuk selalu bersama. Nah
begitu pula dengan Shan Cai, ia merasakan apa yang Li Zhen rasakan.
Li
Zhen menangis, ia sungguh-sungguh meminta maaf. Daoming Si berdiri tak jauh
dari sana memperhatikan mereka. Li Zhen memberitahu Shan Cai dan buru-buru
pergi meninggalkannya berdua dengan Ah Si.
Ah
Si datang-datang menyuruh Shan Cai menyerahkan ponselnya. Shan Cai menyerahkan
ponselnya dengan terpaksa. Tanpa banyak kata, Ah Si memberikan ponsel yang baru
untuknya.
Jelas,
Shan Cai menolak pemberiannya. Itu bukan ponsel miliknya. Idiot! Kesal Ah Si.
Itu memang bukan ponselnya, tapi dia membelikannya untuk Shan Cai. Dia ‘kan
sudah merusak ponselnya.
Shan
Cai tetap menolak, dia minta ponsel miliknya dikembalikan. Bukannya diberikan,
Ah Si malah mengangkat ponsel Shan Cai tinggi-tinggi. Shan Cai yang lebih
pendek pun tak bisa menjangkaunya.
Menyerah,
Shan Cai meminta Ah Si menyerahkan ponselnya. Ah Si tak mau, pokoknya Shan Cai
harus menerima ponsel yang ia berikan atau dia akan menghancurkan ponsel
Ibunya. Shan Cai mengernyit, bagaimana dia tahu kalau itu ponsel Ibunya?
“Ibumu
yang memberikannya saat aku mencarimu.”
“Jadi,
kau datang ke rumah untuk meminta nomorku?”
“Ibumu
yang meminta nomorku dan menambahkan nomorku ke akun wechatnya. Dia yang
memintaku untuk menjagamu dengan baik.”
Shan
Cai mendesis kesal, dia merasa di khianati. Ah Si menekankan agar dia bisa
menemuinya setiap saat. Enak saja, Shan Cai bukan anjing yang harus menuruti
keinginannya.
“Tentu
saja kau bukan anjing. Anjing lebih penurut.”
Shan
Cai mendelik kesal, “Daoming Si!”
“Pasangan
ini selalu bertengkar.” Sela Xi Men dan Mei Zuo yang memperhatikan mereka.
Ah
Si dan Shan Cai mengakhiri perdebatan tak penting mereka.
“Lei!”
tegur Ah Si menyadari kehadiran Lei disana. Lei baru saja pulang. Ia menyapa
Shan Cai, sudah lama tak berjumpa.
Shan
Cai tersenyum manis, “lama tak berjumpa.”
Melihat
tatapan Shan Cai pada Lei, Ah Si buru-buru mengklaim kalau Shan Cai adalah
pacarnya sekarang. Sayang sekali yah, bujangan tampan seperti dirinya sekarang
sudah bukan jomblo lagi. Hahaha..
Xi
Men dan Mei Zuo membenarkan. Sayang juga, mereka tidak akan bisa hidup tenang mulai sekarang karena Ah Si dan Shan Cai akan
terus bertengkar.
Ibu
dan Ayah sibuk membereskan seluruh barang elektronik yang menemuhi ruang tamu
mereka. Shan Cai terkejut melihat rumahnya penuh barang elektronik. Bagaimana kedua
orang tuanya bisa membeli semua itu?
“Tentu
saja kami tak membelinya. Ini semua dari Daoming Si. Dia sungguh baik.” Kedua
orangtua Shan Cai terlihat bahagia.
Shan
Cai yang kesal langsung menelepon Ah Si. Begitu terhubung, Ah Si menanyakan
pendapat Shan Cai tentang hadiahnya. Dia sendiri loh yang memilih barang-barang
itu.
“Aku
membencinya!” bentak Shan Cai.
Ah
Si sebal, jangan berteriak padanya. Shan Cai semakin kesal, rumahany itu tidak
besar dan sekarang dia sama sekali tak bisa berjalan. Ah Si tak tahu kalau
barang-barang kirimannya sangat besar. Ia kira akan cocok. Ya sudah, tidur saja
diatas barang-barang itu.
Shan
Cai geget sendiri, memang susah kalau mau bicara dengannya. Ah Si paham, kalau
susah berbicara lewat telepon. Supirnya akan datang menjemputnya dalam sepuluh
menit, mereka bisa bertemu. (..Holang kaya)
Ah
Si menemui anggota F4. Dia mencari-cari Lei, namun Lei sedang keluar mencari
angin. Mereka pikir, Lei agak berubah setelah kembali. Setelah cukup lama, Shan
Cai baru tiba disana. Ah Si merutuk sebal, dia kura-kura atau apa? Kenapa lama
sekali?
“Memangnya
kenapa? Jelaskan dulu padaku kenapa aku harus datang setiap kali kau menginginkannya?”
“Karena
aku ingin bertemu denganmu.”
Shan
Cai agak kikuk, “Memangnya kau siapa?”
Lei
masuk ke cafe dengan menggandeng perempuan bernama Kiki. Shan Cai terdiam
melihatnya. Namun Lei tampak biasa-biasa saja dan memperkenalkan wanita itu
pada mereka. Lei pun mengajak wanita itu duduk berdua, terpisah dengan yang
lain.
Shan
Cai curi-curi pandang melihat apa yang tengah mereka lakukan. Rupanya keduanya
sedang berciuman. Kontan Shan Cai menyemprotkan jus yang sedang ia minum pada
Ah Si. Hehehe.. Ah Si dengan perhatian mengusap air dipipinya.
Xi
Men yakin ada yang aneh dengan Lei. Mei Zuo pun berfikir demikian, pasti ada
yang terjadi antara Lei dan Jing. Shan Cai tak nyaman berada disana, dia pamit
pulang. Ah Si melarang, dia kan baru datang.
Shan
Cai datang hanya ingin menyuruh Ah Si mengambil barang-barang, kalau tidak, ia
akan membuangnya. Ah Si menawarkan diri mengantar Shan Cai. Shan Cai menolak
dan bergegas pergi dari sana.
Batin
Shan Cai masih penuh tanda tanya, “Huaze
Lei berubah total. Apa yang terjadi antara dia dan Jing?”
Esok
harinya, Shan Cai pergi ke rooftop dan mendapati Lei duduk di sana. Dia duduk
disana seperti biasanya. Ia pun menghampirinya, “Apa yang kau lakukan?”
“Hanya
melihat pesawat yang terbang disana.”
Shan
Cai berniat menanyakan hubungan Lei dan Jing.. namun disaat bersamaan, Jing
menanyakan hubungan Shan Cai dan Ah Si. Shan Cai mengelak, ini semua ide Ah Si
dan Ia tidak pernah menyetujuinya.
“Baiklah.
Kalau begitu berkencanlah denganku. Apa aku tak lebih baik dari Ah Si?”
Shan
Cai tertegun, “Apa kau benar-benar Huaze Lei?”
Lei
tertawa, dia hanya bercanda. Apa Shan Cai mempercayainya? Mana mungkin ia
merebut pacarnya Ah Si. Ah Si adalah saudaranya. Lei kembali serius, ia
mendekat ke arah Shan Cai, “Lalu bagaimana kalau kita pacaran diam-diam?
Bukankah itu terdengar menarik?”
Shan
Cai ragu.
“Apa
kau percaya lagi?” tanya Lei bercanda.
Bel
berdering. Shan Cai mengalihkan perhatian dengan pamit pergi, kelasnya akan
dimulai.
“Shan
Cai, kau lebih cantik sekarang.” Puji Lei.
“terimakasih.”
Jawab Shan Cai dengan sedih. Mungkin merasa sedang dipermainkan oleh Lei.
Ah
Si berdiri didepan mobilnya menunggu kepulangan Shan Cai. Begitu Shan Cai
keluar, ia langsung menarik tangannya. Shan Cai menolak pergi, dia sibuk dan
harus bekerja. Dia tak sekaya Ah Si.
Tenang
saja, Ah Si sudah meminta izin ke tempatnya bekerja. Ia pun menarik tangan Shan
Cai tanpa mendapatkan persetujuannya.
Shan
Cai kebingungan, Ah Si membawanya ke bandara. Mereka mau kemana? Dia bahkan
belum meminta izin ke orangtuanya. Ah Si menangkan, dia sudah meminta izin pada
orang tua Shan Cai dan ke tempatnya bekerja. Passport dan segala kebutuhannya
pun sudah ia bawa semua.
“Apa
ada pertanyaan? Kalau tidak, ayo kita pergi.”
Mereka
sudah ada di pesawat. Ah Si memperingatkan agar Shan Cai jangan sampai pergi
sembarangan nanti. Shan Cai khawatir, memang pulau disana berbahaya?
“Iya.
Karena akan ada jantung yang bisa meledak (khawatir).”
“Daoming
Si!” rutuk Shan Cai.
Petugas
pesawat memberikan pengumuman kalau pesawat akan mengalami turbulensi. Ia menghimbau
penumpang untuk mengeratkan sabuk pengamannya. Pesawat mulai terguncang, Shan
Cai yang gugup langsung memeluk lengan Ah Si.
Ah
Si sempat terperanjat dengan sikap Shan Cai. Namun Shan Cai buru-buru menjauh
begitu pesawat kembali normal. Ah Si tersenyum kecil.
Sesampainya
di penginapan, Lei dan yang lain sudah ada disana. Lei masih bermesra-mesraan
dengan Kiki. Shan Cai menatapnya dengan sedih. Ah Si menatap Shan Cai tajam
sampai Shan Cai kaget. Kenapa?
“Jangan
berani-berani menatap pria lain saat aku disini.”
“Apa
kau cemburu lagi?”
“Tentu
saja.” Jawab Ah Si tanpa tedeng aling-aling.
Shan
Cai terpesona begitu masuk ke penginapannya yang menghadap ke arah laut.
Sungguh indah pemandangan disana. Ah Si datang dan merangkulnya. Mereka akan
menginap disana. Shan Cai tertegun, mereka?
Ah
Si ikut gugup, tapi mereka akan tinggal di kamar yang berbeda. Suasana semakin
canggung, Shan Cai kabur dengan alasan mau makan.
Mereka
makan malam. Xi Men meminta Mei Zuo untuk melucu. Mei Zuo dengan senang hati
melakukannya dan berhasil membuat mereka tertawa. Kiki memuji Mei Zuo yang
begitu lucu. Lei bertanya, “Apa aku tidak lucu?”
Bukan
begitu, Kiki pun memintanya untuk bermain biola. Lei melirik ke arah Shan Cai, “Hanya
orang spesial yang bisa melihatnya bermain biola.”
Kiki gelendotan manja, bagaimana caranya supaya dia bisa menjadi orang spesial.
Lei menyuruhnya untuk lebih menyayanginya lagi. Kiki pun semakin bersikap manja
dihadapan Lei.
Semua
orang menjadi canggung melihat kemesraan mereka. Xi Men rasa, Lei kembali dan
menjadi sosok yang lebih dewasa. Sekarang, tinggal mereka menunggu Ah Si
menjadi lebih dewasa. Mei Zuo menyodorkan sate pada Shan Cai, “Apa kau mau
menunggunya menjadi dewasa?”
“Hentikan!”
sentak Ah Si yang sibuk makan sendiri.
Shan
Cai sudah bersiap istirahat di kamarnya. Ah Si keluar kamar mandi setelah
membersihkan diri. Kontan, Shan Cai bersikap waspada. Ah Si sadar akan
ketegangan Shan Cai, ia pun duduk di sampingnya.
Shan
Cai semakin kaget apalagi Ah Si perlahan mendekatkan wajahnya. Shan Cai
mendelik kaku. Ah Si tersenyum, apa dia tak boleh duduk disana sejenak? Dia tak
akan melakukan apapun sebelum Shan Cai menyukainya. Ia tak akan menyentuhnya
tanpa persetujuan darinya.
Ah
Si pun tiduran di ranjang tambahan. Shan Cai kasihan karena tempat tidur itu
terlalu kecil untuk Ah Si yang tinggi. Ia menawarkan tempat tidurnya untuk
tukeran. Ah Si tak mau, kalau dia terus bicara, mungkin dia tak akan bisa
menahan diri lagi.
“Atau,
kau mau tidur bersama di ranjang kecil ini?” tanya Ah Si dengan senyum
nakal.
Shan
Cai ketakutan, ia buru-buru kembali ke ranjang dan bersembunyi dibalik selimut.
Hehehe.. Ah Si pun kembali tersenyum melihat kepolosan Shan Cai.
Full of love...💕💕💕
BalasHapus