SINOPSIS Strong
Women Do Bong Soon Episode 8 Bagian 2
Sumber gambar: tvN
Polisi
melakukan rapat mendadak akibat kejahatan penculikan Dobong-dong semakin
serius. Sedangkan Ahjumma Dobong-dong juga berkumpul untuk membahas solusi menjaga
keamanan daerah mereka.
Polisi
menyimpulkan jika pelaku hanya mengincar wanita dengan berat 40-48. Dan wanita
yang diculiknya diduga masih bertahan hidup sampai sekarang. Korban pertama
yang meninggal menunjukkan bekas luka tidak mendalam, sepertinya pelaku tanpa
sengaja membunuh korbannya.
Polisi
menunjukkan poster drama yang tayang di Daehakno. Dalam drama tersebut, karakter
utamanya menculik tujuh wanita kemudian menikahinya secara bersamaan. Mereka sudah mempersempit pencarian dan
menduga aktor utamanya yang menjadi pelaku penculikan. Mereka akan melakukan
penyelidikan lebih dalam.
Seseorang
menyarankan agar mereka menurunkan tim Divisi Khusus untuk menggantikan polisi
yang berpatroli di daerah Dobong-dong.
Polisi
daerah Dobong-dong menerima kabar jika polisi Divisi khusus akan menggantikan
mereka. Mereka pun tak mau kalah, yang harus mereka lakukan adalah menangkap pelakunya
sebelum Divisi Khusus menemukannya.
Bong
Soon terpana melihat karyawan Tim Perencanaan dan Pengembangan tengah bekerja.
Iseng, Min Hyuk yang baru datang langsung berteriak menganggetkan Bong Soon.
Apa yang tengah ia lakukan? Bong Soon tidak menjawab dan mengajak Min Hyuk
untuk pergi. Dia akan menangkap pelakunya, ia tak akan membiarkan polisi
menangkapnya lebih dulu.
Mulut
Min Hyuk sudah bergerak ingin mengatakan sesuatu. Namun sayangnya, Bong Soon
terlalu bersemangat dan jalan duluan tanpa memperdulikan Min Hyuk.
Mereka
kembali berlatih bela diri, Min Hyuk akan mengajari teknik bela diri yang baik.
Dia menyuruh Bong Soon untuk menyerangnya. Bong Soon pun menggunakan tinjunya
untuk melawan Min Hyuk, tapi teknik Min Hyuk lebih unggul sehingga ia bisa
mematahkan serangan Bong Soon.
Namun
saat Min Hyuk menyerang, Bong Soon dengan mudah mampu memelanting kakinya
kemudian membantingnya dengan enteng. Dia mengunci lehernya dengan kaki dan
menarik lengannya sampai Min Hyuk tak bisa berkutik lagi.
Semangat
Min Hyuk membara setelah dikalahkan oleh Bong Soon. Pertandingkan babak
keduanya dimulai. Namun baru beberapa kali saling serang, Bong Soon kembali
menggunakan kakinya untuk memelanting kaki Min Hyuk. Kontan Min Hyuk terbanting
dan Bong Soon menindihnya lalu mengunci kepalanya menggunakan lengan.
Seusai
berlatih, tubuh Min Hyuk pegal-pegal semua karena Bong Soon sudah menekuk-nekuk
tubuhnya sesuka hati. Bahkan saat ingin membuka botol air, Min Hyuk tak kuat
dan meminta Bong Soon membantunya.
Latihan
mereka pun terus berlanjut, mulai dari berlari pagi. Kemudian melatih kemampuan
menghindar Bong Soon. Melatih kekuatan kaki dan melatih kekuatan tinjunya
menggunakan samsak.
“Pasti ada alasan mengapa aku diberi
kekuatan khusus seperti ini. Orang yang memiliki kekuatan sedang
menyalahgunakan nya. Oh, no. Aku akan menggunakan kekuatanku untuk
menghancurkan mereka. Aku si kuat Do Bong Soon. Oh yeah. Serang!” batin
Bong Soon.
Anak-anak
SMA nakal kini sudah tobat dan memunguti sampai sesuai perintah Bong Soon.
Namun salah satu diantara mereka terpancing emosi karena melihat Ahjussi ronda
yang membuang putung rokok sembarangan. Salah satu dari mereka membentak Ahjussi
itu supanya membuang sampah ditempatnya. Namun Ahjussi malah menertawai mereka,
mungkin mata mereka akan lebih baik kalau menerima pukulan darinya.
Terjadilah
pertengkaran diantara Ahjussi dan anak-anak SMA tadi. Ahjussi berhasil
mengalahkan anak-anak SMA dengan muda, mereka pun menyuruh anak-anak SMA itu
untuk memanggil bos mereka kemari. Terpaksa, mereka menelepon Bong Soon untuk
memberitahukan jika mereka baru saja dipukuli. Bong Soon berdecih malas,
disuruh memungut sampah malah bikin keributan.
Saat
Bong Soon sampai disana, anak-anak SMA langsung bersembunyi dibalik punggungnya
sambil mengadu layaknya anak kecil. Bong Soon tanya apa yang sudah mereka
lakukan pada anak-anak itu sampai wajahnya babak belur. Tiga Ahjussi
berkasak-kusuk ria saling memastikan jika wanita dihadapannya adalah Do Bong
Soon.
Tiga
Ahjussi beralasan jika mereka sedang bertugas jadi tidak bisa bicara dengan
Bong Soon. Bong Soon senang mendengar kalau mereka sedang bertugas, tapi
seharusnya mereka juga menjaga lingkungan.
Seorang
Ahjussi sengaja meludahkan riaknya di sepatu Bong Soon. Kontan Bong Soon geram
menerima perlakuan kurang aja, dia menyuruh mereka untuk segera mengelap
sepatunya. Tiga Ahjussi malah meledek Bong Soon dan mengajaknya bertarung. Dia
mempersilahkan Bong Soon untuk memukulnya lebih dulu, dia tak mau disangka
memukul wanita duluan.
Mereka
bertiga mulai memancing Bong Soon dan mencoba meninju wajahnya. Tapi sayangnya,
Bong Soon sekarang sudah pandai menghindari pukulan. Bong Soon segera menarik
lengan salah satu Ahjussi kemudian melemparnya dengan enteng. Ahjussi ke-dua
pun bisa dia pelintir tangannya dengan mudah. Dan yang ketiga, Bong Soon memukulnya
kemudian menyentil gigi-giginya sampai melayang.
Baek
Tak tengah berkumpul dengan anggota gangster. Gwang Bok tengah makan dihadapannya,
mulutnya kesulitan mengunyah tofu hingga harus melewer keluar dari mulutnya
terus. Baek Tak sampai jijik sendiri memperhatikan caranya makan.
Datanglah
seorang utusan, dia mengabarkan jika anak buah mereka berhasil dikalahkan oleh
Do Bong Soon lagi. Sontak Baek Tak marah, apalagi gangster kali ini berasa dari
Taiwan dan Bong Soon masih bisa mengalahkannya. Sangat memalukan, harga diri
Baek Tak serasa dilecehkan olehnya. Bong Soon bukanlah seorang wanita melainkan
musuh mereka. bagaimana caranya untuk mengalahkan dia? Sungguh memusingkan!
“itu
tidak akan mudah.” Celetuk salah seorang dari mereka.
Baek
Tak menyuruh orang itu mendekat. Pria itu pun bergegas memasang telinganya
didepan mulut Baek Tak. Baek Tak langsung berteriak sekencang-kencangnya, “Memangnya
kau pikir aku tidak tahu!! Siapa bilang akan mudah!!”
“Jadi
kau tidak tidur di rumah Presdir Ahn lagi?” tanya Gyeong Sim.
Tidak,
Bong Soon akan menjaga Dobong-dong. Dia bergelendot manja dilengan Gyeong Sim
seraya mengucapkan terimakasih karena sudah cepat sembuh. Sekarang Gyeong Sim
sudah bisa pulang ke rumah. Gyeong Sim juga sudah bosan berada di rumah sakit.
Tapi ngomong-ngomong, dia rasa tangan Bong Soon sekarang tidak terasa kuat
seperti sebelumnya. Bong Soon mengaku jika dia sudah berlatih untuk menahan
kekuatannya. Ia sudah mempelajari caranya menggunakan kekuatan. Dirinya
bukan-lah Bong Soon yang dulu.
Bong
Soon curhat memberitahukan keresahannya karena pacar Gook Du sering menemui
Bong Ki. Kalau boleh berpendapat, Gyeong Sim juga mungkin akan lebih memilih
bersama dengan Bong Ki. Tetap saja, Bong Soon tidak bisa menerima hal semacam
itu. Kalau memang sudah membuat keputusan dan meletakkan dia dalam hatinya,
kenapa dia malah berubah?
“Perasaan
bisa berubah dengan mudah saat kau berada dalam suatu hubungan. Cinta itu
seperti jungkat-jungkit. Seperti ayunan. Naik dan turun. Seperti yang Ibumu
katakan, kau bisa saja nanti jadi suka pada Presdir Ahn.” Ucap Gyeong Sim.
Saat
Hee Ji keluar dari studio latihan, Gook Du sudah menantinya diluar dan
mengajaknya untuk bicara berdua. Gook Du mengaku jika ia sudah memikirkannya
matang-matang. Semuanya memang salahnya, jika seorang pria tidak bisa membuat
wanitanya percaya jika ia mencintainya maka perasaan wanita akan terus goyah.
Tapi
Gook Du meminta maaf. Dia baru menyadari jika ada seseorang yang menempati
hatinya sejak dulu. Hee Ji terkejut, apa dia tengah berkencan dengan wanita
lain? Gook Du mengelak, dirinya selalu menganggap orang yang disukainya adalah
anak kecil. Tapi hatinya terasa sakit ketika dia terluka dan rasanya membuat
dia gila. Hee Ji tersenyum kecut, pasti Gook Du memang sangat menyukai wanita
itu.
“Aku
minta maaf.” Ucap Gook Du lagi.
Gyeong
Sim sudah boleh pulang tapi masih harus istirahat dirumah. Bong Soon
memperingatkan supaya dia tetap berada di rumah. Meskipun menggunakan alarm
itu, jangan terlalu mempercayainya. Setelah selesai pengobatan, dia harus
segera kembali ke Busan secepatnya.
Bong
Soon kemudian memberikan sebuah hadiah untuk Gyeong Sim merayakan kepulangannya
dari rumah sakit. Gyeong Sim sangat menyukai aroma shampoo pilihan Bong Soon.
Tidak
lama kemudian, ponsel Bong Soon berdering menerima SMS dari Min Hyuk. Dia tanya
apakah Bong Soon masih tidur. Bong Soon menjawabnya asal, iya. Kalau memang
masih tiduran, Min Hyuk menyuruhnya supaya segera bangun. Dia harus pergi ke
suatu tempat dengannya dan dia akan membayar gaji lembur dua kali lipat. Pakai baju
yang bagus, samphoo-an dan tampillah seperti layaknya manusia.
“Kita
ingin kemana?”
“Rumah
orang tuaku.”
“Mengapa
aku harus pergi ke sana?”
“Aku
berangkat sekarang. Bersiaplah.” Pungkas Min Hyuk tanpa memberikan jawaban.
Gyeong
Sim tanya siapa yang tengah ber-SMS ria dengan Bong Soon. Bong Soon mengatakan
jika orang itu adalah Presiden Ahn. Tak lama kemudian, datanglah Ibu yang
mengajak putrinya untuk berdoa di kuil. Bong Soon menolaknya, dia harus pergi
ke suatu tempat. Ibu tidak suka mendengarnya, siapa?
“Ahn-seobang.”
Celetuk Gyeong Sim.
Kontan
Ibu berlari keluar kamar Bong Soon untuk bersiap-siap menyambut kedatangan
calon menantunya. Tidak lama berselang, Min Hyuk sudah ada dihalaman rumah Bong
Soon menjemputnya. Ibu menyapa Min Hyuk dengan manis, dia menyuruhnya untuk
masuk ke rumah. Min Hyuk meminta maaf soalnya dia memanggil Bong Soon di hari
liburnya.
Ibu
sih malah seneng, boleh saja memanggil Bong Soon kapanpun bahkan 365 hari dalam
setahun, 24 jam sehari. Ia pun mengajak Min Hyuk untuk menunggu di dalam rumah
saja. Min Hyuk kikuk menolaknya namun Ibu tetap memaksa dengan manis. Anjing di
rumah Bong Soon menggonggong membuat keributan. Ibu yang nada bicaranya sedari
tadi lembut, seketika berubah galak membentak anjingnya. Wkwkw. Min Hyuk sampai
kaget sama teriakan Ibu.
Bertepatan
ketika Min Hyuk masuk ke rumah. Bong Soon baru turun dari kamar sambil
menggosok gigi. Dia sampai kaget dan buru-buru masuk ke kamar mandi, kesel
karena Ibu membawa Min Hyuk masuk rumah.
Min
Hyuk yang canggung memutuskan untuk pamit menunggu diluar saja. Ibu
melarangnya, mereka sarapan bareng saja. Min Hyuk coba menolak ajakannya, tapi
Ibu malah tanya, “Kau bukan bermaksud, kalau kau tidak makan makanan di
sembarang tempat, kan? Apa mungkin kau hanya makan makanan mewah di rumah yang
bagus?”
“Tidak,
bukan itu. Jangan beranggapan seperti itu.” Min Hyuk menjadi tidak enak hati.
Dia
pun ikut acara sarapan dirumah Bong Soon. Ibu pun menyambut kedatangannya
dengan menyiapkan satu meja penuh makanan. Bong Soon sampai heran sendiri,
untuk apa mereka menyiapkan lauk sebanyak itu? Ibu mengomelinya, selama ini kan
dia sudah mengajarkannya supaya tidak membuat tamu kelaparan.
Ibu
mengedipkan mata pada Ayah. Ayah bijak meminta Min Hyuk supaya tidak tertekan,
kalau memang tidak mau makan, tidak apa-apa. Min Hyuk mengelak, dia pun
bergabung makan bersama keluarga Do.
Mereka
makan sambil berbincang-bincang dan memberikan lauk satu sama lain. Min Hyuk
tersenyum menyaksikan kehangatan di keluarga ini. Ia pun akhirnya bisa berbaur
bersama mereka dengan lebih santai.
Namun
suasana tempat makan yang hangat dirumah Bong Soon sungguh berbanding terbalik
dengan acara makan dirumah keluarga Han. Semua duduk dengan tegang, tak ada
seorang pun yang berani mengucapkan apa-apa. Tuan Ahn tanya, apa yang membuat
Bong Soon menyukai putranya?
“Dia
tampan. Dia punya kepribadian yang baik.” Jawab Bong Soon kikuk.
Wus!
Suasana semakin hening sampai suara angin bisa kedengaran. Bong Soon bingung
untuk memberikan reaksi. Dia akhirnya mengatakan hal yang sejujurnya, dia menyukai
Min Hyuk karena dia orang yang aneh. Sontak pengakuan Bong Soon mampu membuat
Tuan Ahn tertawa lantang.
Bong
Soon ikut cengengesan menepuk tangan Min Hyuk. Tuan Ahn meminum airnya karena
tertawa. Saudara dan Ibu tiri Min Hyuk bergegas meraih sendok mereka untuk
mulai makan. Namun Tuan Ahn kembali melanjutkan pembicaraannya dengan Bong
Soon, mereka berempat pun terpaksa membatalkan acara makannya. Keluarga yang
super formal.
Tuan
Ahn membawa Bong Soon untuk bicara berdua di balkon. Dia sebelumnya merasa
khawatir karena rumor yang bertebaran, tapi dia bisa lega setelah melihat Bong
Soon. Dulu, dia mengirimkan Min Hyuk ke luar negeri selepas Ibunya meninggal.
Dia punya banyak wanita, ia jadi mengkhawatirkannya.
Tapi
kemudian Min Hyuk malah berhenti menemui wanita dan rumor tentang dirinya mulai
berkembang. Tuan Ahn merasa bersalah dengan apa yang menimpa putranya. Ia
meminta Bong Soon untuk menjaga Min Hyuk dengan baik.
Sepanjang
perjalanan pulang, Bong Soon masih terus memikirkan ucapan Tuan Ahn. Dia juga
ingat ucapan orang-orang yang yakin jika Min Hyuk bukanlah seorang gay. Min
Hyuk ngoceh memuji kemampuan Bong Soon dalam mengucapkan kata dengan empat suku
kata. Sungguh sangat aneh? Ini adalah dampak dari latihan yang sudah ia berikan
pada Bong Soon.
Bong
Soon berniat memasang sabuk pengamannya, namun dia kesulitan menarik talinya
sehingga Min Hyuk membantu memasangnya. Mata keduanya tanpa sengaja saling
memandang satu sama lain. Min Hyuk pun tertegun menatap kedua manik mata Bong
Soon. Tapi dia buru-buru memalingkan wajah setelah menyadari apa yang ia
lakukan. Ia gugup mengatai Bong Soon, harusnya dia bisa memasang sabuknya
sendiri.
Bong
Soon protes saat Min Hyuk membawanya pergi entah kemana. Min Hyuk mengatakan
jika ia ingin membawa Bong Soon menemui wanita yang paling dia cinta. Masih
terus protes, Min Hyuk menegaskan jika dia sudah membayar gaji lemburnya.
Keduanya
sampai didepan pohon besar, Min Hyuk meletakkan buket bunga disana, “Hai Ibu.”
“Aku datang dengan seseorang yang ingin
kukenalkan padamu.” Lanjut batin Min Hyuk. Bong Soon tidak lagi protes
mengetahui Min Hyuk ingin pergi ke makam ibunya.
Mereka
berdua jalan-jalan ke tepi sungai didekat sana. Min Hyuk mengatakan jika Ibunya
sangat menyukai film When Harry Met Sally. Dialog yang paling dia sukai adalah,
“Tidak ada pria yang hanya ingin sebatas teman dengan wanita yang mempesona.”
Bong
Soon cemberut karena dia bukan wanita yang mempersona sehingga dia hanya bisa
berteman. Min Hyuk menegaskan jika teman Bong Soon sangat menyukainya, sungguh
sangat menyukainya. Menganggap Bong Soon sebagai teman adalah hal tersulit
dilakukan seorang pria. Hanya ada dua kemungkinan, temannya berbohong atau dia
tidak mau kehilangan Bong Soon.
“Tidak.
Kami berteman. Aku dapat meyakinkanmu itu.”
Min
Hyuk menatap Bong Soon, ada cara sederhana seorang teman menjadi kekasih. Salah
satu diantara mereka harus mengambil satu langkah. Min Hyuk mengambil satu
langkah mendekat pada Bong Soon, jarak diantara mereka sangat sedikit “Satu
langkah ini akan mengubah hubungan mereka. Seperti ini.”
Keduanya
bertatapan cukup lama sampai akhirnya Min Hyuk memilih untuk jalan-jalan ke
tepi sungai. Bong Soon masih terus menatap Min Hyuk, “Satu langkah. Gook Du dan
aku melewatkan satu langkah itu. Tapi, hari itu... Min Hyuk maju satu langkah
untuk lebih dekat padaku.” Batinnya.
Di
kantor polisi, para polisi daerah Dobong-dong bersemangat mengungkapkan kasus
ini. Mereka kesal soalnya Divisi Khusus menolak untuk membagikan informasi
mereka dengan pihak kepolisian daerah. Ketua Tim Yook bersemangat, “Itu adalah
dialog yang terkenal dari Kepala Inspektur Episode 86. Bahkan pelakunya mungkin
akan tertangkap, jika ada polisi yang memberinya tatapan.”
Mereka
memeriksa dashcam dan menemukan mobil pelaku menuju ke daerah pinggiran kota.
Gook Du tertegun mengingat ucapan Bong Soon, dia bilang mencium bau bensi
seperti saat sedang meratakan aspal. Kontan dia berlari, dia akan segera
kembali.
Polisi
juga mengintrogasi aktor yang sempat dicurigai. Namun aktor itu mengaku jika
sepatunya memang hilang, hal itu sudah lama terjadi. Polisi tanya apakah ada
seseorang yang dicurigainya. Aktor itu tak yakin, sebelumnya juga memang ada
pencurian di ruang ganti itu. Tapi tidak ada CCTV yang bisa mengungkapkan
pelakunya disana.
Gook
Du kembali mendatangi tempat mobil bekas. Dia memegang aspal di tempat itu
kemudian menciumnya. Dia menunjukkan ID polisinya pada pekerja disana dan menanyakan
keberadaan pemilik tempat mobil bekas itu. Pekerja mengaku jika atasannya
sedang pergi ke Sudan. Belakangan, suku cadang dalam negeri banyak dipesan di
Afrika. Gook Du kembali mengintrogasinya, berapa lama dia pergi? Apa dia sering
melakukan perjalanan keluar negeri?
“Dia
pergi minggu lalu. Belakangan ini, harga besi tua nya sangat rendah. Jadi stok
tempat pembuangan seperti ini berasal dari ekspor suku cadang kendaraan yang
bekas. Makanya, dia sering bepergian ke luar negeri.”
Gook
Du mengerti, dia pun pamit dari tempat mobil rongsok itu. Pekerja disana tampak
memperhatikan Gook Du pergi, aneh.
Para
gadis di Dobong-dong kini lebih suka untuk pulang bersama-sama. Dan beberapa
orang ronda mau mengantar mereka ke rumah. Selain itu, mereka jadi parno kalo
liat pria ber-hoodie dan tampak mencurigakan.
Sedangkan
di sebuah tempat, seorang pria tampak menyaksikan video CCTV yang terpasang di
kantor polisi. Lho kok bisa?
Rupanya
benar jika pelaku adalah seorang yang menjadi saksi dalam percobaan penculikan
pertama dan membuat korbannya meninggal. Dia datang ke kantor polisi menjadi
saksi waktu itu kemudian memasang kamera pengintai di sudut ruangan tanpa
sepengetahui polisi.
Ibu
Gook Du tengah membeli pie kenari di tempat Ayah. Keduanya saling berchit-chat
akrab seperti biasanya. Ayah yakin jika Gook Du belakangan ini pasti sangat
sibuk. Ibu Gook Du membenarkannya, dia khawatir dan agak menyesal mengirim putranya
ke akademi kepolisian. Ayah tidak sependapat, dia yakin kalau masa depan mereka
akan cerah jika mempunyai polisi seperti Gook Du.
“Salah
satu penulis favoritku, Alain de Botton, mengatakan ini. Sukses bukan tentang
menghasilkan banyak uang dan punya jabatan tinggi. Menurut perspektif orang lain,
itu dibilang bukan hidup yang sukses. Tapi menurut prespektif dirimu, kau harus
beranggapan kalau kau mempunyai hidup yang sukses.”
Ayah
memberikan pesanan pie Ibu Gook Du. Ibu memuji apron yang digunakan Ayah sangat
cocok. Ayah tersipun, dia mengaku pernah punya impian untuk menjadi koki.
Keduanya pun tertawa bersama. Tanpa disadari jika didepan pintu, sudah ada Ibu
yang memantai keakraban keduanya.
“Kau
bisa tertawa dalam situasi seperti ini? Selama kasus ini terjadi, sebagai
polisi Gook Du berbuat apa saja selama ini?” nyinyir Ibu.
Ibu
Gook Du jelas tersinggung. Lalu apa yang dilakukan oleh Bong Ki ketika ada
seorang pasien kanker yang sekarat. Ibu menegaskan jika anaknya itu dokter
spesialis ortopedi. Ibu Gook Du sungguh tidak bisa berkomunikasi dengan Ibu,
dia pun memutuskan untuk pergi saja dari sana.
Ibu
masih terus ngoceh sebal soalnya Ibu Gook Du sudah mengatakan hal bodoh, emang
apa hubungan dokter dengan kanker. Ayah menyalahkan Ibu, dia yang sudah
berbicara hal bodoh duluan. Ibu menyentak Ayah yang selalu tersenyum saat
berbicara dengannya. Ayah mengelak, dia tidak tersenyum. Kapan? Kapan? Kapan?
Bagaimana bisa dia bicara seperti itu?
“Kau
sudah banyak melawan.”
“Aku
tidak tahan lagi.” Bentak Ayah.
Ayah
ketakutan melihat ekspresi Ibu berubah geram. Dia melipir menuju ke pintu untuk
kabur. Tapi sayangnya, Ibu lebih sigap menarik baju Ayah. Dia mau pergi kemana?
Wajah
Ayah sudah dijadikan samsak oleh Ibu. Wajahnya lebam-lebam setelah mendapatkan
pelajaran dari istrinya. Duo Ahjumma melihat Ayah dengan kasihan, dia kadang
iba kalau melihatnya sedang begini. Ayah sendiri tengah sibuk memainkan ponsel mencari
nama Alain the Botton di mesin pencari, ia tersenyum mengingat nama itu.
Hyun
Dong berdiri diatas mimbar menjelaskan profil seorang pria bernama Charles Go.
Dia adalah otak dibalik pengembangan Industri Baek Tak. Ia pun
mempersilahkannya untuk maju memberikan presentasi.
Charles
Go membuka presentasinya dengan semangat. Dia menyadari jika belakangan ini
karyawan Baek Tak banyak mengalami masalah. Nasih sebuah organisasi adalah para
pekerjanya. Dia menunjukkan foto-foto para korban kebringasan Bong Soon. Mereka
sudah mengalami banyak sekali kerugian karena karyawan mereka rata-rata
mengalami kerusakan sebanyak 40%. Penyebabnya adalah wanita yang super small
size berusia 27 tahun.
Tapi
penyebab utamanya bukanlah Do Bong Soon melainkan Kang Bang Goo, neneknya. Dia pun
kemudian menerangkan panjang lebar kerugian yang sudah dialami pihak mereka.
Baek Tak menyuruh Cheol Su untuk berhenti ngoceh terlalu panjang. Charles
menolak dipanggil Cheol Su, namanya itu Charles.
Bodo
amat! Yang Baek Tak inginkan adalah caranya mengalahkan Do Bong Soon dan
mengembalikan nama baik mereka. Charles rasa seseorang yang dilawan menggunakan
pukulan maka harus dibalas dengan pukulan. Caranya adalah Da. Chi. Ma. Wa.
Kontan
Baek Tak berdiri sok keren. Dia tanya apakah mereka harus melawan Bong Soon
dengan cara keroyokan? Bagaimana mereka memancingnya kesana? Charles dengan
cerdas menyarankan untuk menggunakan Voice pishing.
Dia pun mempersilahkan dua
tiga orang yang tampak polos ke atas panggung. Baek Tak tampaknya puas dengan
ide mnggunekan voice phising.
Geng
anak SMA sedang berkumpul menonton video Bong Soon melempar tiga Ahjussi
berbadan besar. Salah satu diantara mereka menyarankan untuk memposting video
itu ke youtube, namun bos geng menolak. Nunim pasti akan melarangnya. Tapi..
“Akan
lebih baik jika banyak orang yang tahu kalau kita punya seseorang yang luar
biasa seperti dia yang membela kita, dia sangat menakjubkan.” Ucap Si Bos
kemudian.
Bong
Soon datang ke rumah sakit untuk menemui Bong Ki. Adiknya belakangan jarang
pulang ke rumah. Dia ingin uang sebagai ganti hadiah dari gaji pertamanya.
Sedangkan untuk Ibu dan Ayah, sudah ia belikan mereka hadiah. Bong Soon berniat
pergi setelah memberikan uang tersebut.
Bong
Ki menghentikannya, dia mengaku jika sebenarnya dia menyukai Hee. Tapi tidak
seharusnya dia berpacaran dengannya bukan? Bong Soon membenarkan, dia tidak
boleh melakukannya. Itu sangat tidak adil. Ia membelai rambut adiknya dengan
sayang, adiknya sudah tumbuh besar sekarang sampai punya cinta segitiga segala.
“Nuna
juga semoga beruntung!”
“Semoga
beruntung apa?”
“Aku
ingin kau berpacaran dengan seseorang.”
“Siapa?”
Ahn
Min Hyuk. Bong Ki rasa dia adalah seseorang yang cukup baik. Dan dari sudut
pandang seorang dokter seperti dirinya, ia percaya kalau Min Hyuk bukanlah gay.
Bong Soon tidak terlalu menggubris omongan Bong Ki, paling otaknya sudah dicuci
oleh Ibu.
Anak
buah Baek Tak sudah bersiap untuk melakukan penyerangan pada Bong Soon. Namun
sayangnya Bos Baek Tak tidak setuju kalau mereka menggunakan senjata untuk
melawan wanita. Gwang Bok berlutut dihadapan Baek Tak, mereka harus menggunakan
senjata kalau tidak mungkin mereka bisa mati. Baek Tak tidak mau tahu, dia tak
mengizinkan mereka menggunakan senjata.
Anak
buah mereka pun akhirnya meletakkan batangan besi yang sudah dipersiapkan. Dan
pergi menuju ke suatu tempat sedangkan Gwang Bok masih berlutut ditanah.
Ayah
menari-nari gembira dirumahnya dengan alunan musik kencang. Bong Soon ikut
bergabung joget dengan Ayah, apakah ayahnya sesenang itu bisa pergi piknik? Tentu
saja Ayah menyukainya, dia terus menari dan Gyeong Sim bergabung bersama keduanya.
Ponsel
Bong Soon berdering, dia menerima telepon dari Min Hyuk yang mengajaknya untuk
latihan sekarang. Bong Soon mengerti. Dia menoleh ke arah yang tengah menari,
ikut bahagia melihatnya.
Bong
Soon membuka laci berisikan uang dan surat pemberian neneknya. Ia membuka surat
dari nenek, “Cucuku tersayang, Bong
Soon! Seorang anak kecil telah menjadi seorang wanita dewasa. Dan bahkan
sekarang kau sudah dapat pekerjaan. Nenek sangat bangga padamu. Aku tahu kalau
kau tidak bisa hidup seperti orang lain. Orang lain mungkin tidak mengira kalau
punya kekuatan super sangatlah memalukan. Tapi dunia tidak seperti itu. Mereka akan menghinamu dan
menindasmu jika kau sedikit berbeda. Tapi Bong Soon! Aku selalu bilang padamu
untuk menghindari segala hal. Tapi kau tidak boleh malu dengan kekuatan yang
kau punya. Itu adalah hadiah dari para dewa, yang akan digunakan untuk
memperbaiki dunia. Aku mencintaimu, anjing kecilku.”
Bong
Soon membuka kotak berisikan hoodie merah muda yang tersimpan rapi di
lemarinya.
Dia
sudah bersiap untuk berangkat latihan. Ponselnya kembali berdering, Bong Soon
berkata jika dia akan segera datang kesana. Orang yang menelepon terkejut,
katanya dia sudah mau datang. Bong Soon jadi bingung mendengar suara orang
diseberang yang tadinya dia kira Min Hyuk.
Tiba-tiba
seorang wanita berteriak, dia menirukan suara Ibu mengatakan jika dia diculik. Wanita
itu berakting seperti tengah dibekap. Pria satunya menyuruh Bong Soon datang ke
alamat yang dia kirimkan. Dia memastikan supaya Bong Soon tidak menghubungi
polisi, atau ibunya akan mati.
Bong
Soon jelas panik, dia memberitahukan Gyeong Sim jika ibunya diculik. Gyeong Sim
ikut panik menyarankan supaya dia menelepon polisi. Bong Soon melarangnya,
pokoknya telepon terus nomor ibu. Jangan telepon polisi karena Ibu bisa bahaya.
Ayah
menuruti perintah Bong Soon untuk menghubungi nomor Ibu. Tak lama kemudian, Ibu
mengangkat teleponnya. Gyeong Sim tanya apakah Ibu diculi. Ibu memang baik-baik
saja, memangnya siapa yang mengatakannya. Tak mungkin ada yang menculiknya
karena dia akan memukuli mereka duluan. Gyeong Sim permisi mengakhiri telepon,
dia menyuruh Ibu supaya menikmati tamasya-nya.
Gyeong
Sim langsung curiga jika Bong Soon sudah terjebak voice phising.
Min
Hyuk menelepon Bong Soon karena dia belum kunjung datang. Dia akan memotong
gaji-nya 100ribu won setiap kali telat 10 menit. Bong Soon panik mengatakan
jika Ibunya diculik, dia pun segera mengakhiri teleponnya dengan Min Hyuk. Min
Hyuk panik memanggil namanya, dimana dia?
Sedangkan
ayah menelepon Gook Du untuk meminta bantuannya menemukan Bong Soon. Gook Du
mengerti, dia gerak cepat menghubungi kantor untuk melacak keberadaan Bong
Soon. Dia pun memacu mobilnya secepat mungkin untuk menemukannya.
Min
Hyuk juga menggunakan teknologi canggih miliknya sendiri untuk menemukan lokasi
keberadaan Bong Soon.
Bong
Soon masuk ke sebuah gudang dan memanggil nama ibunya. Namun ketika pintu
terbuka, Ibunya tidak ada disana. Yang ada hanyalah gerombolan pria berjas
hitam yang menatapnya sangar. Bong Soon tak takut diintimidasi tatapan mereka,
dia maju mempertanyakan keberadaan ibunya.
“Apa?
Ibumu?” tanya mereka mengejek.
Ponsel
Bong Soon kembali berdering, Gyeong Sim mengabarkan jika Ibunya baik-baik saja.
Bong Soon mengerti, dia menyuruh Gyeong Sim tak perlu mengkhawatirkan
kondisinya. Dia akan mengatasinya.
Baek
Tak dengan angkuh mengatakan jika dia ingin menantang Bong Soon secara resmi.
Dia sudah menurunkan martabat gengnya. Sebelum melakukan itu, dia ingin supaya
Bong Soon berlutut dihadapan mereka dan mengucapkan kata maaf. Mereka akan
memvideonya.
“Benarkah?
Tapi yang akan berlutut bukan aku, tapi kau.” Ujar Bong Soon meremas kenari
sampai remuk.
Orang-orang
dihadapan Bong Soon seketika ngeri dengan melihat Bong Soon, mereka langsung
memegangi burungnya. Takut nasibnya remek kaya dua kenari ditangan Bong Soon.
Bong Soon menantang mereka untuk memulainya.
=oOo=
Semangat ditunggu lanjutannya
BalasHapusKeren... Gomawo... Gak sabar nunggu minggu depan.. 🙆👍😁
BalasHapuskeren maki hari makin keren ceritanya jadi penasaran ama kelanjutannya ?.?
BalasHapushallo mba puji salam kenal, maaf yahh asay selalu jadi silent readers soalnya aku selalu bingung mau koment apa, tapi aku selalu ngujungin blognya mba kok entah itu blog yang lama atau yang baru
fighting yah mba nulisnyaa (y)
Emm,, kereen
BalasHapusMb'puji bnerkan yg jg saksi itu pelakuny bkan adk ny. Tpi mb'puji blog ny pindah ya. Pkok ny ttp semangat mb'puji🤗🤗🤗
BalasHapusItu kejadian di mobil min hyuk kayaknya bukan karena bong soon ga bisa narik sabuk pengaman awalnya. Tp karena dia lupa masang sabuk, jadi mobil bunyi dan harus berhenti dulu buat masang sabuknya. Gitu deh alhirnya min hyuk bantu bong soon masang...
BalasHapusGatau ya mereka ni ntar pacarannya kayak gimana. Berantem mulu kali hahahahaha
Makasih atas sinopsisnya.. Tetap semangat menulis ya..
BalasHapusAnyeong 😊