SINOPSIS Chicago
Typewriter Episode 2 Bagian 1
Sumber gambar: tvN
Tangan
Seol mulai gemetaran saat ia memegang pistol. Pria dihadapannya menyadari Seol
mulai lengah, ia berusaha untuk meraih stick golf. Namun Seol menyadari gerakan
pria itu dan menembak stick golfnya. Se Joo sampai tercengah melihat kemampuan
Seol dalam menggunakan senapan.
Kilatan
masa lalu Seol kembali muncul, tangan Seol semakin bergetar kuat. Pria tadi
menggunakan kesempatan itu untuk meraih stick golf dan coba memukulnya. Namun
Seol lebih sigap dari pria itu, dia meraih tangannya kemudian membantingnya ke
lantai. Memelintir tangannya dan mengunci pergerakan pria itu, dia menyuruh Se
Joo untuk menelepon polisi.
Setelah
polisi menggiring pria penguntit ke kantor polisi, Se Joo ingin mendapatkan
penjelasan dari Seol. Seol tampak lemah dan pusing, bisakah mereka bicara
didalam? Se Joo tidak mungkin mengijinkannya sebelum dia memastikan kalau Seol
bukanlah kaki tangan pria penguntit barusan.
“Jawab
aku, bagaimana kau bisa masuk?”
Seol
tadi masuk melalui pintu depan, pintunya terbuka karena mungkin penguntit itu
yang membiarkannya. Se Joo akan memastikan ke-valid-an ucapan Seol nanti melalui
CCTV. Lalu, kenapa dia kembali ke rumahnya dan tahu kalau dia dalam bahaya?
Seol menyangkal, dia kembali kesana karena anjingnya menyalak dan berlari
kemari. Ia hanya mengikuti anjing itu.
Perlahan,
Seol yang pusing tak bisa menahan tubuhnya dan jatuh. Untungnya Se Joo sigap
menahan tubuhnya sehingga dia tidak jatuh ke lantai. Dia menggoncang tubuh Seol
namun Seol tak merespon.
Anjing
yang diikuti oleh Seol sudah pergi. Dan saat sampai di tempat sepi, makhluk
astral tampak keluar dari tubuh anjing itu. Makhluk itu terbang dan masuk ke
dalam mesin ketik dirumah Se Joo.
Seol
tersadar dari pingsannya. Mengetahui dia tengah berada di kamar Se Joo, Seol
tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Tepat saat itu, Bang Jin menelepon Seol
yang seharusnya mengetik untuknya. Kenapa dia tidak datang? Apa bayaran yang ia
berikan masih kurang?
Seol
meminta maaf dengan suara pelan, dia tidak bisa membantu sekarang. Ia berada di
kamar penulis Han Se Joo saat ini. Bang Jin kaget dan meminta penjelasan kenapa
dia bisa berada disana.
Seol sendiri tidak tahu secara pasti, ia pun buru-buru
mengakhiri teleponnya dengan Bang Jin. Bang Jin masih melongo tidak percaya,
sepertinya kalau seseorang menginginkan sesuatu setengah mati pada akhirnya
bisa memilikinya juga.
Seol
bangun dari tempat tidurnya untuk menemui Se Joo. Melihat ruangan di rumah Se
Joo membuatnya terpukau, banyak sekali koleksi buku-buku Se Joo yang ada
disana. Saat Seol melewati ruang kerja Se Joo, pintu ruangannya secara mistis
terbuka.
Seol yang menaruh rasa penasaran pun masuk kesana dan tidak sengaja
mesin ketik chicago yang terpajang di rak. Ia tertarik untuk melihatnya lebih
dekat.
Seketika Seol mendapatkan
penglihatan kejadian masa lalu dimana seorang wanita (Seol masa lalu) masuk ke
sebuah ruangan, dia mengarahkan pistolnya pada pria yang sibuk mengetik
menggunakan mesin ketik chicago.
Seol ragu untuk menarik pelatuknya senjatanya.
Sedangkan pria yang akan ditembak Seol, entah yang mana karena scene terus
berganti menunjukkan pria bertopi dan pria tak bertopi.
Namun
saat Seol tengah menantikan pria itu menoleh, tiba-tiba saja Se Joo datang dan
menyeretnya keluar dari ruang kerjanya. Kenapa dia terus-terusan masuk ke
ruangannya tanpa izin? Seol membungkuk minta maaf, pintunya tadi terbuka.
Se
Joo menanggapinya nyinyir, memangnya siapa Seol sebenarnya? Dia gadis lift yang
selalu masuk saat pintunya terbuka? Kenapa bisa pintunya selalu terbuka saat
dia kemari?
Seol
senang mengira Se Joo sudah bisa mempercayainya. Apa sekarang dia akan masuk ke
rumahnya seenaknya kalau dia percaya? Apa sekarang Seol sudah pecah kongsi
dengan anjingnya? Tanggap Se Joo.
Seol
menunduk kecewa, rupanya dia belum mempercayainya. Se Joo heran karena Seol
begitu menaruh perhatian pada mesin ketik itu, apa jangan-jangan dia memasangi
kamera tersembunyi disana. Masuk akal sih, soalnya dia yang mengirimkan paket
itu. “Ah lupakan saja. Kau berpura-pura pingsan seolah kau tidak akan bangun
selama jutaan tahun. Kenapa kau ke sini?”
Seol
ingin memberikan jawaban, namun perutnya sudah komplain duluan karena
kelaparan. Dia mengelus perut keroncongannya sambil cengengesan. Walhasil, Se
Joo membiarkannya makan ramyeon disana. Se Joo sibuk mengetik, dia
memperingatkan Seol untuk tidak menatapnya terus. Makan saja ramyeon-nya dan
jangan berisik.
Seol
menawarkan supaya mereka bisa makan ramyeon bersama-sama. Jangan mimpi, Se Joo
tidak akan mau, dia memperhatikan Seol sebatas karena khawatir dia akan
berkeliaran melakukan hal yang tidak-tidak. Seol mencoba menjelaskan pada Se Joo
lagi kalau dia bukanlah stalkernya. Se Joo tetap pada keyakinannya, dia masih
mencurigai Seol sampai saat ini.
Seol
kecewa, padahal dia sudah menyelamatkan nyawanya tapi Se Joo masih bersikap
dingin padanya. Se Joo meluruskan ucapan Seol, dia tidak menyelamatkannya sama
sekali karena tanpa bantuan darinya pun dia bisa mengalahkan penguntit itu. Dia
lihai dalam kemampuan beladirinya.
Lalu
kenapa Se Joo tidak membawanya ke rumah sakit dan membiarkannya dirawat disana?
Seol yakin jika Se Joo punya sedikit rasa khawatir. Tentu saja tidak, Se Joo
hanya tidak ingin dirinya menjadi headline koran besok pagi. Seol mendengus
sebal, Se Joo ternyata lebih panikan daripada Barisan Demarkasi Militer.
Se
Joo hati-hati bertanya apakah Seol pernah berlatih menembak? Caranya memegang
pistol tampak seperti penembak jitu. Seol kelihatan enggan untuk membahas
masalah itu, dulu sekali dia pernah mempelajarinya. Se Joo ingat dengan wajah
wanita masa lalu yang dilihatnya dan dia sangat mirip dengan Seol, “Apa
maksudmu dulu sekali? Kapan memangnya?”
Saat
SMA kelas dua dan menjadi anggota tim penembak nasional, tapi Seol sudah
menyerah saat itu. Dia memperhatikan Se Joo, dia yakin jika Se Joo mulai
menaruh ketertarikan padanya. Se Joo menegaskan ia tidak pernah menaruh
ketertarikan pada orang lain. Tapi.. kenapa juga dia keluar dari tim nasional?
Seol
melabel hal itu sebagai rahasia terbesarnya. Dia tidak akan mengatakannya
karena biasanya seseorang akan pergi setelah mengetahui rahasianya itu. Ia akan
menceritakannya jika mereka sudah dekat. Sayang sekali, Se Joo tidak akan
pernah tahu jawabannya. Dia pun mempersilahkan Seol untuk pergi setelah
menyelesaikan ramyeonnya.
Tangan
Se Joo yang terluka membuatnya harus mengetik sambil meringis kesakitan. Seol
melihatnya dan menawarkan supaya dia bisa mengetik untuk Se Joo. Dia punya
sertifikat mengetik, dia bisa mengetik 700 sampai 900 kata dalam semenit.
Seol
mengetik super cepat dengan wajah excited, membaca naskah mentah Se Joo saja
sudah membuatnya sangat bersemangat. Se Joo tidak mau mendengarkan ucapan Seol,
itu mengingatkannya pada Myseri. Ah, Seol makin semangat “Oh, benar. Ada satu
kalimat dari Myseri, orang yang bisa membaca naskah awalku adalah editorku, perwakilan
resmiku, dan seseorang yang sudah menyelamatkan nyawaku. Astaga.
Kupikir-pikir, aku sepertinya memang menyelamatkan nyawamu..”
Se
Joo menyangkalnya, soalnya dia bisa menjaga dirinya sendiri tanpa bantuan Seol.
Lagipula, apa dia tidak bisa bernafas kalau diam. Seol tertawa mengira ucapan
Se Joo cuma candaan, tapi sayangnya Se Joo sama sekali tidak bercanda.
Seol
akhirnya memfokuskan diri untuk mengetik. Saking fokus dan mendalami apa yang
diketikanya, sesekali Seol cekikikan sendiri. Kemudian senyumnya perlahan
memudar dan berubah penuh kesedihan. Se Joo yang duduk dihadapannya bisa
melihat perubahan ekspresi Seol, ia terkesan menikmatinya dan tanpa sadar mulai
tersenyum kecil.
Perlahan, suara
ketikan diruang kerja Se Joo mulai terdengar menggema. Setting seketika berubah
menjadi adegan tahun 1930, dimana wanita yang berpakaian pria (Seol masa lalu)
tengah mengetikkan naskah dengan secepat mungkin. Namun Se Joo masala lalu masih
saja komplain karena dia terlalu lelet dalam mengetik.
Si wanita enggan
disalahkan, salah siapa juga tulisan tangannya sulit dibaca dan memperlambatnya
mengetik? Siapa suruh juga mabuk-mabukan dan melukai tangannya sendiri padahal
tenggat waktu tulisannya sudah menipis. Si Wanita pun mengabaikan omelan Se Joo
dan melajutkan untuk mengetik.
Se Joo masa lalu
sudah dalam perjalanan menggunakan sepeda untuk mengantar naskah tulisannya. Namun
naasnya, karena tangannya yang terluka membuat sepeda yang dikemudikannya oleng
dan menabrak gerobak jerami. Wanita yang membantunya mengetik melihat kejadian
itu dan menertawakannya.
Se Joo tidak
memperdulikan ejekannya dan menyuruh dia mengantarkan naskahnya ke penerbit. Namun
wanita itu jual mahal, untuk apa juga dia mau melakukan permintaannya. Pria itu
berjanji akan memberikan setengah upahnya untuk si wanita. Wanita menerima tas Se
Joo dan menaiki sepeda.
Namun si wanita
kembali melemparkan tas yang baru saja diterimanya pada Se Joo, “Sudah kubilang
tulislah sesuatu yang luar biasa. Novelmu itu novel kelas 3. Buang-buang kertas
saja.”
Se Joo berteriak
marah, “Hei, Yoo Su Yeon!” namun Su Yeon mengabaikannya dan terus tertawa
meninggalkan Se Joo. Perlahan kemarahan Se Joo mulai hilang dengan sendiri, ia
terdiam memperhatikan wajah ceria Su Yeon. Ia tampak terpesona akan senyumannya
itu.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^