SINOPSIS Chicago
Typewriter Episode 4 Bagian 2
Sumber gambar: tvN
Seol
tak yakin ketika harus menghidangkan hotdog untuk Se Joo. Se Joo mengangguk
yakin, dia tahu Seol ragu mentraktirnya makanan seperti ini karena sebelumnya
dia bilang tidak ingin kembali ke masa 10 tahun lalu. Seol excited, apa dia
sudah mengingatnya?
Se
Joo mengangguk, dia sudah ingat dengan pekerja paruh waktu yang selalu
memberikan cokelat hangat untuknya. Penggemar gila yang sering memotretnya
diam-diam. Apa yang Seol tahu selain wajahnya?
“Aku
mungkin saja tahu yang lain tentangmu. Penulis itu mengungkapkan pikirannya
dengan menulis, tahu.”
“Aku
adalah seorang penulis tak dikenal waktu itu.”
“Sebenarnya,
aku membacanya loh.” Aku Seol.
Waktu
itu, saat ia masih jadi pekerja paruh waktu, ia membersihkan restorannya yang
sudah mau tutup. Iseng, dia memungut kertas berserakan yang dibuang oleh Se
Joo. Ketika Se Joo kembali, Seol buru-buru. Seol pun balik ke meja pelayan, dia
kembali membaca kertas lecek yang sudah dibuang oleh Se Joo.
Se
Joo tak percaya Seol bisa mengetahui sifatnya hanya dengan sekedar membaca
tulisan saja. Tidak, Seol mengaku pernah juga berbicara dengan Se Joo. Se Joo
tidak mempercayainya namun Seol mengangguk yakin.
Flashback
Seol
menghidangkan cokelat panas untuk Se Joo. Seol kemudian duduk disampingnya, ia
mempertanyakan apakah Se Joo adalah seorang penulis. Se Joo agak aneh dengan
kehadiran Seol, untuk sekarang, dia hanyalah orang yang bercita-cita menjadi
penulis. Seol makin penasaran, apakah dia menikmati menulis? Ia tampak
tergila-gila dalam menulis.
“Itu
hinaan atau pujian, ya?”
“Kenapa
kau menulis seolah-olah kau akan mati kalau tidak menulis?”
“Kalau aku tidak
menulis untuk mengosongkan pikiranku. Aku akan gila.”
“Lord
Byron.” Ucap Seol dan Se Joo berbarengan.
Se
Joo menebak kalau Seol juga rajin membaca. Seol mengatakan kalau dunia ini
memanglah kejam dan buku adalah satu-satunya yang bisa menghibur. Sama halnya
dengan Se Joo, ia mendapatkan hiburan dengan menulis. Seol tanya, apakah hidup
Se Joo sulit?
Untuk
saat ini, iya, Se Joo masih merasa kesulitan. Untuk sebuah usaha, menulis
kelihatannya cukup keren. Daripada menggenggam tangan orang lain yang mungkin
mengkhianatinya, lebih aman untuk menulis. Kalau cukup beruntung, dia juga bisa
menjadikannya sebagai profesi. Dia akan lebih bahagia kalau bisa hidup dengan
menulis.
Seol
kembali bertanya, penulis seperti apa yang Se Joo inginkan? Se Joo mengaku
ingin menjadi penulis yang tak bisa ditiru orang lain. – quote Chateaubriand.
Flashback end
Se
Joo tidak percaya cerita Seol itu bahkan sekalipun Seol berusaha keras
meyakinkannya kalau dia sama sekali tidak mengarang cerita. Mana mungkin Se Joo
tersenyum 10 tahun yang lalu. Seol jadi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi
padanya waktu itu.
Se
Joo menolak menjawab, dia tidak mau membuat orang lain merasa kasihan dengan
ceritanya. Seol jadi yakin kalau Se Joo punya masalah waktu itu. Malas
menjawabnya, Se Joo mau pergi saja. Tapi Seol menarik perhatiannya saat dia
berkata bahwa protongan novelnya yang dia buang 10 tahun yang lalu itu jadi fenomenal.
Menurut Seol, itu bahkan jauh lebih baik dari semua novel yang pernah Se Joo
tulis selama ini.
"Aku
tahu sejak saat itu. Aku berpikir, 'Dia akan jadi penulis sukses
nantinya'."
Seol
mengaku sudah mendukung Se Joo sejak saat itu. Dia berharap keputusasaan Se Joo
saat itu akan berubah menjadi sesuatu yang kokoh. Dia berharap Se Joo akan
hidup dengan tulisannya. Dia mendoakan Se Joo, berharap hidup Se Joo yang berat
tidak mematahkannya.
Dia
berharap semua itu akan menjadi batu loncatan baginya yang harus dia lewati
untuk jadi seorang penulis fenomenal. Dia berharap semua penderitaan Se Joo
hanyalah sebuah masa latihan dan sebuah proses untuknya. Karena sekarang sudah
10 tahun berlalu, jadi dia mau tanya, apakah sekarang Se Joo bisa hidup dengan
tulisannya?
Se
Joo mengiyakannya, lebih dari itu malah, dia bisa membeli apapun yang dia mau.
Jadi apakah Se Joo sudah berhasil menjadi penulis yang tidak akan bisa ditiru
penulis lain? Kali ini Se Joo langsung terdiam, teringat pada ghost writer-nya.
Seol mengerti arti diamnya Se Joo, dia belum berhasil di tahap itu.
Se
Joo mengalihkan topik dengan mengajaknya pergi. Seol tanya apakah Se Joo marah
padanya. Kenapa Se Joo marah. Kalau dia menulis novel dengan cara seperti ini,
bisa-bisa pembacanya Se Joo akan mengkritiknya sebagai penulis lebai.
Se
Joo terus saja diam sampai membuat Seol frustasi. Langkahnya terhenti seketika
saat melihat iklannya Se Joo dan Tae Min di TV toko elektronik dan berkomentar
kalau Tae Min aslinya jauh lebih tampan daripada di layar. Se Joo yang tadinya
hendak pergi, sontak berbalik dan bertanya apakah Seol sudah pernah bertemu Tae
Min.
Tentu
saja, bahkan tadi mereka baru saja minum bir bareng, Tae Min benar-benar
seorang pria yang baik. Se Joo kontan cemburu dan meragukan klaim Seol yang
katanya penggemar pertamanya. Jika dia beneran penggemar maka seharusnya dia
setia padanya. Loh, kan Se Joo sendiri yang tidak mau dia jadi penggemar lagi.
"Aku
akan dengan senang hati menerimamu kembali." (Pfft)
Seol
yang tidak mau jadi penggemarnya Se Joo lagi. Dia berbalik pergi. Tapi Se Joo
menuntut pendapat Seol tentang dirinya, lebih tampan mana antara dirinya yang
ini dengan yang ada di TV.
"Tentu
saja kau terlihat lebih tampan di TV, setampan aslinya." Teriak Seol.
Sepertinya
Se Joo tersanjung mendengarnya walaupun dia tetap sok cool. Tapi tepat saat itu
juga, mereka melihat ada paparazi yang sedang memotret mereka. Se Joo langsung
menggenggam tangan Seol dan membawanya melarikan diri dari sana.
Di
tengah jalan, jam sakunya Seol terjatuh... persis seperti kejadian di masa lalu
yang Se Joo impikan. Segala yang terjadi kemudian pun sama persis, Seol kembali
untuk mengambil jam sakunya lalu menariknya melarikan diri dari sana, mereka
bersembunyi di balik tembok hingga Seol mengecek keadaan.
Se
Joo menatapnya dengan penasaran sebelum kemudian memojokkannya dan bertanya
siapa Seol sebenarnya. "Kenapa kau terus muncul di depanku? Kenapa kau
terus-terusan muncul di mimpiku, di kepalaku, dan didalam novelku?
Kenapa?!" Perlahan dia mengangkat kepalanya dan menatap Seol yang
tercengang, lalu melepaskan diri dan pergi.
Begitu
pulang, Se Joo langsung mengecek ruang kerjanya, mungkin mengira Jin Oh ada di
sana tapi tempat itu kosong. Dia berpaling menatap lukisan Uegene O'Neill
sejenak sebelum akhirnya keluar.
Tapi
tepat saat itu juga, Jin Oh keluar dari balik rak buku sambil menggumamkan
maaf, dia akan tinggal di sini beberapa saat karena dia tidak punya tempat
tujuan. Dia lalu duduk santai di kursinya Se Joo sambil bersiul-siul.
Seol
menatap jam sakunya sambil senyam-senyum teringat kemarahan Se Joo yang
kedengarannya romantis tadi. Sementara di kasur sebelah, Bang Jin mesam-mesem
sendiri teringat pria tampan yang mengaku bernama Yoo tadi.
Seol lalu membuka
jam sakunya dan langsung tercengang mendapati jam saku yang tadinya rusak itu
sekarang menyala dan seketika itu pula dia mendapat kilasan-kilasan
penglihatan.
Keesokan
harinya, Seol dan Bang Jin sama-sama tak ada yang nafsu sarapan. Seol menyela
pertengkaran Bang Wool dan Bang Jin untuk bertanya tentang masa kecilnya, saat
ibunya Seol datang dan bertanya apakah Seol akan jadi peramal karena Seol
sering mengatakan hal-hal aneh.
Bang
Wool mengklaim tak ingat. Tapi ia penasaran, apakah Seol mendapat penglihatan
lagi. Seol menyangkalnya. Percakapan mereka tak sempat berlanjut karena Seol
ditelepon Dae Han yang bertanya sambil menangis patah hati. Apa benar Seol
pacaran dengan Se Joo.
Mendengar
itu, Bang Jin langsung mengecek internet dan mendapati foto Seol bersama Se Joo
semalam sekarang sudah viral. Berita itu mengatakan kalau mereka semalam
berkencan dan wanita itu adalah mantan dokter hewan yang sekarang bekerja di
agen layanan publik.
Dia
pula wanita yang berada didalam rumah Se Joo saat si pembunuh masuk kedalam
rumah Se Joo dan wanita yang bersama Se Joo saat dia mengalami kecelakaan.
Berita itu bahkan berspekulasi bahwa Seol adalah ghost writer-nya Se Joo.
Tentu
saja berita itu adalah kerjaannya si Reporter Son. Begitu melihat berita itu,
Nyonya Hong langsung menelepon Reporter Song dan mengkritik foto yang terlihat
amatiran itu, kalau begini wanita itu hanya akan terlihat seperti kekasih Se
Joo dan bukan ghost writer-nya. Dan menyarankan agar mereka mendapatkan foto
kedua orang itu di ruang kerja Se Joo.
Reporter
Son sendiri sedang berada di restoran tempat kerjanya Bang Jin. Dia menyajikan
pesanan Reporter Song tepat saat Reporter Son mengajukan usul agar dia pasang
kamera pengintai di ruangannya (Se Joo). Bang Jin terheran-heran mendengarnya.
Tapi
karena keamanan rumah itu sangat ketat, Nyonya Song menyarankan agar dia suruh
Seol saja yang melakukannya dan wawancarai Seol, rekrut Seol jadi agen rahasia.
Setelah menjadikan bayaran besar untuk Reporter Song, Nyonya Hong pun menutup
teleponnya, tanpa menyadari suaminya mendengarkan segalanya dari balik pintu.
CEO
Gal langsung menelepon Se Joo perihal gosip itu. Tapi Se Joo sendiri
santai-santai saja, dia sudah terbiasa dengan semua gosip tentang dirinya sejak
awal debut. CEO Gal senang mendengarnya dan mengingatkan Se Joo untuk
melanjutkan tulisannya, jangan sampai dia berhenti atau tulisannya jadi
membosankan karena publik akan mengira kalau Se Joo terpengaruh gosip itu.
Setelah itu, CEO Gal memerintahkan anak buahnya untuk menyelediki Seol.
Se
Joo lalu duduk di depan laptopnya, terdiam cukup lama menatap lembar kerja
kosong itu sebelum akhirnya mulai mencoba menulis. Tapi kemudian dia
menghapusnya dan menulis ulang. Tapi lagi-lagi dia menghapusnya dan mengerang
frustasi.
Teringat
saat Jin Oh mengetik dengan mesin ketik kuno itu, Se Joo memutuskan untuk
mencoba pakai cara itu. Dia langsung menempatkan mesin ketiknya di meja,
memasukkan kertasnya dan mulai mengetik. Tapi sedetik kemudian, dia meremas
kertasnya dan membuangnya dengan kesal.
Dia
terus mencoba lagi dan lagi hingga tak berapa lama kemudian, ruangan itu penuh
dengan bola-bola kertas yang berserakan. Se Joo langsung menjerit frustasi
sebelum akhirnya keluar untuk menenggelamkan wajahnya di wastafel. Melihat
bayangan dirinya di cermin, Se Joo teringat pertanyaan Seol tentang apakah dia
menikmati menulis.
Sekarang
Se Joo menjawab tidak. Teringat pertanyaan Seol, dia mau jadi penulis seperti
apa. Se Joo sekarang menjawab "Penulis yang tidak pernah mengalami
kebuntuan ide."
Se
Joo lalu kembali ke ruang kerjanya, tapi malah mendengar suara mesin ketik
lagi. Kontan dia membuka pintu dan mendapati Jin Oh sedang mengetik lagi. Jin
Oh langsung canggung, "Apa aku tertangkap basah lagi?"
Kesal,
Se Joo langsung maju mau menyerangnya. Jin Oh kontan mundur menghindarinya,
jadilah mereka kejar-kejaran keliling meja. Se Joo menuntut apa yang Jin Oh
lakukan ini. Jin Oh berkata kalau dia mengetik ulang naskah yang Se Joo
robek-robek waktu itu karena sepertinya dia tidak suka dengan naskah itu.
"Siapa
yang menyuruhmu?!"
"Aku
yang menyuruh diriku sendiri. Hatiku yang memintaku melakukannya karena aku
merasa ingin menolongmu."
Se
Joo tambah kesal dan menyuruh Jin Oh mendekat biar dia bisa menarik kerah baju
Jin Oh. Jin Oh mengingatkan kalau dia tidak akan bisa menjawab pertanyaan Se
Joo kalau Se Joo mencekiknya. Baiklah, Jin Oh duduk saja kalau begitu.
Jin
Oh menurutinya. Se Joo tanya bagaimana Jin Oh bisa masuk kemari. Jin Oh mengaku
kalau dia menyelinap saat Se Joo pulang semalam. Sepertinya Se Joo sedang
merenungkan sesuatu semalam sampai tidak sadar saat dia masuk. Jadi maksudnya,
Jin Oh menginap di sini semalam?
"Itu...
karena aku tidak tahu mau kemana lagi."
Berusaha
menahan kesal, Se Joo tanya bagaimana caranya dia masuk pertama kali. Jin Oh
mengaku kalau dia pernah terlibat dalam dunia gelap jadi membuka pintu yang
terkunci gampang saja baginya. Lalu siapa yang mengirimnya kemari? CEO Gal.
Tapi Se Joo sama sekali tidak mempercayai dan terus menuntut jawaban.
"Akulah
yang mengirim diriku sendiri kemari... padamu."
Habis
sudah kesabaran Se Joo, dia langsung mengambil hiasan keramik untuk menyerang
Jin Oh yang kontan melompat mundur sambil mengingatkan Se Joo kalau dia tidak
akan bisa menjawab pertanyaan Se Joo kalau Se Joo memukulnya dan pingsan.
Se
Joo akhirnya urung dan bertanya apa tujuan Jin Oh melakukan semua ini. Jin Oh
malah bingung harus jawab apa, memangnya dia harus punya tujuan? Tapi saat Se
Joo mau menyerangnya lagi, dia buru-buru berkata kalau dia akan mencari tahu
tujuannya sekarang juga.
Dia
berpikir sejenak lalu menjawab "Aku ingin jadi temanmu. Dan juga aku ingin
hidup denganmu."
Kesal,
Se Joo mengusirnya. Tapi Jin Oh sekali lagi berkata kalau dia tidak punya
tempat tujuan lain. Se Joo langsung mengancam mau memanggil polisi. Tapi Jin Oh
santai mengingatkan bahwa jika dia memanggil polisi maka Se Joo juga akan
bermasalah.
Jika
dia diinterogasi maka pastinya dia akan menjawab jujur kalau dia di sini untuk
menggantikan Se Joo menulis naskah. Apa Jin Oh mengancamnya? Jin Oh
menyangkalnya dan membuat Se Joo jadi tambah kesal. Dia langsung melempar
naskahnya Jin Oh dan menyeretnya keluar dari ruangannya.
Tapi
bel pintu berbunyi saat itu. Se Joo pun langsung mendorong Jin Oh kembali ke
ruang kerjanya dan melihat siapa tamunya. Tuan Baek lah yang datang, mau bicara
dengan Se Joo. Se Joo sebenarnya mau mereka bicara di luar saja, tapi Tuan Baek
bersikeras mau masuk sampai akhirnya Se Joo menyerah.
Se
Joo menyambutnya di depan pintu tapi tanpa menatap mata Tuan Baek. Tuan Baek berbasa-basi, tapi Se Joo menyela dan meminta Tuan Baek untuk to the point saja
karena dia yakin kalau Tuan Baek pasti harus menyelinap untuk datang kemari
agar tidak ketahuan istrinya.
Se
Joo sepertinya masih sangat marah pada Nyonya Hong. Se Joo mengklaim kalau dia
tidak marah pada Nyonya Hong. Dia bisa mengerti, mana mungkin ada wanita yang
mau membesarkan anak yang bukan darah dagingnya. Terlebih anak itu lahir dari
cinta pertama suaminya.
Justru
orang yang dia benci adalah Tuan Baek, "Orang yang paling kupercayai.
Orang yang kuanggap sebagai ayahku sendiri... menikamku dari belakang."
Di
dalam, Jin Oh membaca salah satu bukunya Se Joo. Saat dia hendak
mengembalikannya ke rak, dia melihat sesuatu tersembunyi dibalik buku-buku itu.
Dia langsung mengeluarkannya dan ternyata itu adalah draft awal novel berjudul
'Takdir' dan Se Joo lah yang menulisnya. Penasaran, dia langsung mengeluarkan
novel milik Tae Min yang berjudul 'Takdir'.
Jin
Oh langsung duduk dan membaca draft itu. Tapi saking asyiknya membaca, kursinya
sampai oleng dan membuatnya terjatuh. Tuan Baek mendengar suara yang datang
dari ruangan di belakangnya itu. Jin Oh baru saja bangkit saat dia melihat Tuan
Baek mau masuk. Dia buru-buru menaruh naskah itu di bawah meja lalu
mendudukinya, berusaha menyembunyikan diri.
Melihat
ruangan itu penuh bola-bola kertas, Tuan Baek menunduk untuk memungutinya. Saat
itulah dia melihat kebawah meja dan langsung mendelik. Perlahan dia mendekat.
Jin Oh langsung canggung... tapi tepat saat itu juga, Se Joo masuk dan langsung
kesal. Tidak seharusnya Tuan Baek masuk ke ruang kerjanya.
Tuan
Baek menatapnya tajam dan berkata bahwa Se Joo memiliki 'sesuatu' yang tidak
seharusnya dimiliki seorang penulis. Bukankah lebih baik menyingkirkan
'sesuatu' yang akan jadi masalah itu? Dia datang hanya untuk memastikan Se Joo
baik-baik saja setelah semua pemberitaan itu. Tapi sepertinya kunjungan ini
adalah sebuah kesalahan.
Begitu
Tuan Baek pergi, Se Joo langsung menarik Jin Oh dan sekali lagi menuntut apa
yang sebenarnya Jin Oh inginkan darinya. Apa Jin Oh berencana menghancurkan
hidupnya. Jangan mimpi, itu tidak akan terjadi.
"Aku
tidak akan hancur semudah itu. Apa kau bahkan tahu apa saja yang sudah kulalui
hingga aku bisa berada di sini sekarang? Aku tidak akan hancur hanya karena
kunyuk sepertimu!" Teriak Se Joo sambil membanting Jin Oh ke lantai.
Jin
Oh menatapnya beberapa saat lalu bertanya, "Apa kau juga pernah jadi ghost
writer? Apa kau juga pernah menjadi ghost writer untuk novelnya Baek Tae Min
yang berjudul 'Takdir'? Apa kau ghost writernya?"
Se
Joo hanya menjawabnya dengan menyuruh Jin Oh keluar. Dia lalu mengambil lembaran
naskah yang Jin Oh ketik dan berkata "Aku lebih baik membiarkan seseorang
mencuri tulisanku, daripada mengakui tulisan orang sebagai tulisanku."
Dia
lalu membakar kertas-kertas itu lalu melemparnya ke udara.
Bak puji g nulis sinopsis ini lg??? Kik g lanjutin bak.... Pliiiiiis donk,,, suka gaya penyampaiannya bak puji,srasa nonton lgsung filmx.
BalasHapusBak puji g nulis sinopsis ini lg??? Kik g lanjutin bak.... Pliiiiiis donk,,, suka gaya penyampaiannya bak puji,srasa nonton lgsung filmx.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBak puji g nulis sinopsis ini lg??? Kik g lanjutin bak.... Pliiiiiis donk,,, suka gaya penyampaiannya bak puji,srasa nonton lgsung filmx.
BalasHapus