SINOPSIS Wednesday
3:30 PM Episode 1
Sumber gambar: SBS
Plus
Seorang
pria dengan dinginnya mengatakan pada wanitanya kalau dia tak menyukainya. Ia
minta untuk berpisah. Sudah barang tentu wanita dihadapannya tak bisa menahan
air mata kesedihan. Ditambah lagi, si pria, Bo Seung Kyu kemudian meletakkan
cincin pengikat mereka diatas meja dan pergi meninggalkannya begitu saja.
“Kisah cinta panjangku yang aku yakini
sebagai takdirku, disatu musim semi yang hangat, dia meninggalkanku pada hari
rabu 3:30 sore.”
Wanita
itu, So Eun Woo dengan berat hati melepaskan cincin yang tersemat di jari
manisnya. Dengan getir, ia memasukkan cincin pasangan itu kedalam cangkir kopi.
Dihari
berikutnya, Seung Kyu dan Eun Woo yang bekerja di perusahaan yang sama pun
saling canggung saat bertemu.
Disebuah
cafe, wanita cantik bernama Gong Na Yeon menyerahkan kontrak bangunannya pada
pria dihadapannya. Pria itu, Yoon Jae Won bertanya apakah dia tidak akan merasa
sedih? Dia akan menggantikannya untuk sementara dan mengurus cafe itu untuknya.
Na
Yeon pikir Jae Won mau bekerja keras kalau tempat itu miliknya. Menjalankan
bisnis bukanlah hal yang mudah. Jae Won jadi heran, dia pikir Na Yeon cuma
pergi sementara waktu untuk pelatihan. Kenapa dia bersikap seperti tak akan
kembali lagi?
Na
Yeon akan tinggal disana lebih lama kalau menyukainya, sungguh bebas. Dia akan
pergi besok pagi, Jae Won bisa mulai bekerja besok dan salah satu karyawan
disana akan melatihnya.
Jae Won melihat karyawan pria disana, dia kelihatan tak
bersahabat dengannya.
Na
Yeon kemudian meletakkan dua cincin dihadapan Jae Won. Kontan Jae Won
malu-malu, kenapa terlalu cepat? Lebih baik mereka memikirkannya matang-matang.
Noona besok akan mengalami jetlag.
“Ini
ditinggalkan oleh pelanggan. Aku pikir dia akan kembali lagi suatu hari untuk
mengambilnya. Jaga cincinnya dan berikan padanya saat dia kembali.”
Jae
Won meringis, “Baiklah.”
Saat
Jae Won sudah pergi, Karyawan cafe bertanya bagaimana Na Yeon bisa mengenal
pria barusan. Na Yeon berkata kalau mereka berdua pernah saling bergantung satu
sama lain saat mengalami kesepian dan kesulitan.
Mereka
belajar bersama di California untuk mendapatkan sertifikasi. Na Yeon senang ia
mengambil alih cafenya. Karyawan cafe meledek, ia rasa pria itu tak hanya
menginginkan cafenya. Ada hal lain yang ia inginkan.
Na
Yeon tersenyum, dia juga menyukainya. Dia menjual cafe-nya untuk sekarang tapi
dia akan memberikan hatinya juga suatu hari nanti. Saat ia kembali, ia akan
hidup bahagia selamanya dengannya di cafe yang ia jual ini.
“Au,
jadi kau akan segera kembali?”
“Baik,
aku akan mencobanya.” Na Yeon tersenyum, namun dibalik senyumnya tampak kerisauan.
Jae
Won pergi ke sebuah tempat dan melihat sebuah rumah. Rumahnya masih sama
seperti yang dulu. Disaat yang sama, Eun Woo berjalan dibelakangnya. Jae Won
menoleh dan memandangnya lekat-lekat.
Flashback
“Saat aku memikirkanmu, itu karena matahari
terbenam dan tiupan angin. Ini sangat biasa. Tapi, aku akan memanggilmu saat
kau kalah dari perjuanganmu.” Jae Won membaca sebuah puisi.
Jae
Won bertanya apakah puisi ini adalah puisi yang bertema kehidupan. Eun Woo
membenarkan. Jae Won tahu kenapa cintanya tak berakhir lama, harusnya dia bukan
menulisnya ‘sangat biasa’ tapi ‘fantastik’. Aish, tidak ada yang bisa ia
pelajari dari puisi ini.
Eun
Woo menggeplak kepala Jae Won, teruslah membaca. Jae Won sebal di pukul begitu,
dia akan segera menyesalinya. Eun Woo dengan percaya diri berkata kalau dia
akan menyesal setelah 50000 tahun.
Tapi
begitu Jae Won menunjukkan komik Strange Family yang cuma ada 1 di Gyeongju,
Eun Woo langsung kelabakan mengatakan kalau dia menyesal, ia mengusap kepalanya
dengan lembut.
Jae
Won tak memperdulikannya, ia pun sibuk membaca komik itu dan Eun Woo berusaha
bergabung membaca dengannya.
Flashback End
Eun
Woo excited, “Yoon Jae Won?”
Saking
semangatnya, Eun Woo tak sengaja malah terpeleset. Sigap Jae Won menahan tubuh
Eun Woo supaya tak jatuh berguling ditangga. Tapi karena menahan tubuh Eun Woo,
Jae Won malah lupa akan dirinya sendiri dan terpeleset menggantikannya.
Tubuh
Jae Won berguling sampai ke dasar tangga. Ia pun harus dirawat oleh Eun Woo. Jae
Won merutuk sebal, tangga itu dari dulu sampai sekarang memang berbahaya. Siapa
yang perduli kalau ada gambar bunga mataharinya?
“Jangan
lebay.”
Jae
Won mendelik, “Kenapa kau tidak berterima kasih kepadaku karena sudah menahanmu
sehingga kau tidak terjatuh? Jika kau jatuh terguling seperti itu, tulangmu
akan patah. Bukankah kau sudah cukup tua dan mengalami kesulitan untuk sembuh?”
Eun
Woo kontan meremas salep ditangannya sampai isinya muncrat semua. Jae Won
ketakutan dan langsung mengubah topik pembicaraan, dia menemukan komik Strange
Family yang sering mereka baca, dia masih menyimpannya?
“Aku
membacanya saat aku merasa sedih dan murung. Saat kau seumurku, hidup ini
menyedihkan. Setiap hari.”
“Benar.
Kau sudah berumur 30 tahun lebih. Tentu saja, hidupmu pasti menyedihkan. Kau
pasti sakit di sini dan di sana. Terlebih lagi, jika tulangmu patah dan tidak
akan sembuh. Betapa
menyedihkannya hal itu?”
Eun
Woo berjalan menuju keranjang pemukulnya. Mau pilih yang mana? Stick gold atau
pemukul baseball? Mereka sudah tak bertemu selama lima tahun, apakah dia teman
yang suka dipukuli?
Jae
Won merenges ketakutan. Itu bukan seleranya. Bertepatan saat itu, ponselnya berdering
dan Jae Won izin mengangkatnya dulu. Ah, waktunya sangat tepat. Ada apa? Entah
apa yang dikatakan oleh orang diseberang telepon, Jae Won tampak begitu kaget
mendengarnya.
Terdengar
sirine mobil pemadam kebakaran. Jae Won berlari kesana dengan panik, dia
seketika lemas menyaksikan cafe miliknya sudah hangus dilalap api. Eun Woo
mengikutinya dan melihat Jae Won tampak sangat sedih, bagaimana ini bisa
terjadi?
Mereka
berdua pun berakhir di kedai tenda. Jae Won menceritakan tentang Na Yeon pada Eun
Woo. Ia mencintainya dan ia tahu kalau Na Yeon sangat menyukai kafe itu. Dia ingin
mengurusnya dengan baik kemudian menyatakan cintanya saat Na Yeon kembali.
Ia
ingin hidup bahagia selamanya dengannya setelah membuat kopi. Tapi kenapa
kebakaran malah terjadi disaat ia baru saja mengambil alihnya. Dengan penuh
penyesalah, Eun Woo merasa kalau dia adalah penyebab kebakarannya. Jae Won
terkejut, apa kau yang membakarnya?
“Bukan!
Tapi, aku meninggalkan sesuatu yang ingin aku lupakan di kafe itu. Aku berharap
semuanya akan menghilang. Mungkin itu sebabnya terjadi kebakaran.”
Hmm.
Jae Won akan melepaskan Eun Woo karena buktinya tidak terlalu kuat. Tapi pria
macam apa dia?
“Takdirku.”
Jawab Eun Woo.
“Klise.”
Dalam
seminggu ini, Eun Woo bertambah tua dan berubah menjadi jelek tepat pada hari
Rabu jam 3:30 sore. Jae Won tak menyangka ada orang yang meninggalkan
pasangannya karena menjadi tua, lalu bagaimana bisa mereka menua bersama? Dia
harus melepaskan takdir yang seperti itu.
Eun
Woo menuangkan sojunya sambil tersenyum. Jae Won heran, kenapa dia tersenyum?
“Dari
semua orang, aku dihibur oleh dirimu.”
Mereka
berdua bersulang. Kalau hal semacam itu berlaku bagi pria, Jae Won rasa hari
ini adalah hari rabunya. Mereka tak bisa mengatakan siapa yang lebih terluka
saat ini. katakan saja mereka terikat.
Alarm
berdering nyaring. Eun Woo berjalan keluar kamarnya dengan mata masih setengah
tertutup. Tapi begitu melihat sosok Jae Won di rumahnya, ia kontan mendelik
kaget. Kenapa dia disana?
Kan
semalam mereka pulang bersama, ujar Jae Won membawa sup. Dia menyuruh Eun Woo
untuk sarapan sekarang. Eun Woo masih ngeri sendiri, jangan-jangan..jangan-jangan..
“Bermimpilah.
Aku tidur di sofa!”
Ah..
sup buatan Jae Won memang enak. Eun Woo melahapnya dengan semangat. Jae Won
bertanya apakah Eun Woo punya banyak waktu setelah makan. Eun Woo heran,
memangnya kenapa?
“Aku
pikir kau harus memperhatikan riasanmu hari ini. Meskipun kau minum banyak tadi
malam.. wajahmu.. Aku ingin memuji diriku sendiri karena makan di sampingmu.”
“Aku
mungkin terlihat seperti ini sekarang, tapi aku punya kekuatan untuk mengangkat
tongkat baseball.” Gertak Eun Woo kesal.
“Hehe..
angkat sendokmu saja.”
Saat
Eun Woo berangkat kerja, Jae Won pun pergi dari rumahnya. Mereka berpisah
disana.
Eih..
tapi kok setelah Eun Woo pergi, Jae Won malah balik lagi ke rumah Eun Woo. Dia
membersihkan seisi rumahnya. Dan menemukan foto Eun Woo bersama Seung Kyu, takdir
yang meninggalkannya di hari rabu 3:30 sore.
Malam
harinya, Eun Woo pulang kerja dan melihat lampu rumahnya menyala. Ia menggerutu
sebal mengingat tagihannya listriknya akan membeludak. Tapi begitu masuk rumah,
Jae Won menyambutnya. Mandilah kemudian makan malam bersama.
“Apa
maksudmu makan malam sudah siap? Dan.. pfft.. dari mana kau dapatkan celemek
itu?” Eun Woo menahan tawanya.
“Ah,
ini? Aku membawanya bersamaku. Aku membongkar barang-barangku hari ini. Aku
akan mendapatkan kiriman yang lebih besar dalam dua hari. Karena kita
memutuskan untuk hidup bersama, mari saling menghormati selera masing-masing.”
Eun
Woo memeriksa kamar tamunya dan sudah ada pakaian milik Jae Won yang tertata
rapi. Kontan ia mengambil tongkat baseball, tinggal bersama? Kapan dia pernah
mengatakan untuk tinggal bersama? Omongkosong!
“Kau
mengatakan omong kosong itu dengan mulutmu sendiri.”
Saat
mereka mabuk, Jae Won merengek kebingungan mau tinggal dimana. Dengan gagahnya,
Eun Woo merangkulnya dan menyuruh dia untuk tinggal bersamanya. Laki-laki
harusnya tidak menangis untuk hal semacam itu.
Jae
Won kecewa dengan sikap Eun Woo sekarang, kalau dia tak mengingat ucapannya
sendiri, harusnya dia berbohong sekarang. Saat itu dia sangat keren. Eun Woo
tak perduli dengan ucapannya, dia tarik kembali jadi Jae Won harus keluar
sekarang.
Tidak
bisa. Jae Won mau menggunakan uang sewa rumahnya untuk memperbaiki kafe. Dia
akan menyatakan cintanya saat Na Yeon kembali. Aku akan melakukan yang terbaik
untuk menghidupkan kembali kafe itu.
“Aku
mengerti. Aku harap cintamu menjadi kenyataan. Keluar!”
Jae
Won juga berharap cinta Eun Woo menjadi kenyataan bersama orang yang pergi hari
Rabu pukul 3:30 sore. Ia menunjukkan foto polaroid Eun Woo dan Seung Kyu yang
sudah ia satukan kembali, kalau Eun Woo mau memberinya ruang maka ia akan
memastikan pria itu kembali padanya. Project hari Rabu pukul 3:30 sore.
---oOo---
“Menurut
Jurnal Harian Inggris yang melakukan penelitian ekstensif tentang gaya hidup
modern, Dikatakan bahwa wanita modern tampak tua pada hari Rabu 3:30 sore. Ini
karena kelelahan dan stres dalam seminggu pada puncaknya pada hari Rabu pukul
3:30 sore. Semua wanita terlihat tua pada hari Rabu pukul 3:30 sore.”
Dan
saat seseorang pria mulai bertanya-tanya kenapa dia memutuskan pacarnya? Kenapa
dia memutuskan pacar yang sangat luar biasa? Jae Won memastikan kalau pria itu
akan kembali saat dia mulai bertanya begitu. Yang harus ia lakukan, hanyalah
menjadi cantik.
“Sayangnya...
itu tidak memungkinkan untuk semua orang.” Ledek Jae Won.
Hei!
Sentak Eun Woo. Jae Won tersenyum, jadi project mereka itu akan membuat Eun Woo
menjadi cantik dan energik disaat semua wanita lain didunia terlihat kelelahan.
Kalau dia terlihat bahagia, mana mungkin dia tak terlihat tidak cantik. Dia
harus menyerahkan hari rabu 3:30 sore-nya padanya.
Eun
Woo berada di kantor. Dia berpapasan dengan Seung Kyu yang tengah bersama
wanita lain yang lebih muda dan menarik. Wanita itu dengan polos memberitahunya
kalau mereka berdua mau membeli kopi. Apa dia mau ikut?
Eun
Woo ragu untuk memberikan jawaban. Bertepatan saat itu, ponselnya berdering,
rupanya Jae Won memintanya untuk bertemu dan menjalankan project mereka. Eun
Woo tersenyum kemudian menolak ajakan mereka, ada sesuatu yang penting.
Seung
Kyu kelihatan masih terus memperhatikan kepergian Eun Woo. Weeh, belum apa-apa
udah nyesel nih..
Eun
Woo berada ditaman bunga yang indah, angin semilir menerpa wajahnya. Anak-anak
TK berlarian ke arahnya untuk memberikan bunga. Eun Woo sungguh senang
mendapatkan kejutan itu.
Jae
Won muncul dan langsung memotret wajah bahagia Eun Woo. Apa yang dia lakukan?
“Kau
tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajah yang tulus. Kau benar-benar bahagia
saat ini? Lihat, kan? Kau terlihat jauh lebih muda dari wanita lain saat ini.”
Jae
Won mengupload fotonya ke instagram dan menambah caption, “Rabu pukul 3:30
sore. Di lapangan rapeseed, anti penuaan, meningkatkan sisi kompetitif. Menyambut
Rabu 3:30 sore dalam hidupku. Ini adalah permulaannya.”
Buehehe..
Seung Kyu melihat postingan itu dengan wajah.. menyesal.
Drama nya bagussss ditunggu lanjutannya fighting eonni
BalasHapusDrama nya bagussss ditunggu lanjutannya fighting eonni
BalasHapusDrama nya bagussss ditunggu lanjutannya fighting eonni
BalasHapusDrama nya bagussss ditunggu lanjutannya fighting eonni
BalasHapusWhoaaa... Daebak.. Sinopsisnya keren mba puji..
BalasHapusLanjuuut d tunggu next episodenya
Fighting unni
BalasHapus