SINOPSIS Radiant
Office Episode 9 Bagian 1
Sumber gambar: MBC
Kang
Ho mengambil ponsel dari tangan Ki Taek. Tapi ia tersentak kaget melihat
seseorang mengangkat telepon Ho Won. Bingung, Kang Ho mencoba menenangkan diri
kemudian pura-pura tidak tahu kalau ada orang lain yang mengangkat telepon Ho
Won.
Dia
pura-pura menceramahi Ki Taek supaya tidak menirukan adegan drama kalau sedang
mabuk. Ia kemudian menutup teleponnya, menyuruh Ho Won memahami jika Ki Taek
memang selalu bicara omong kosong saat mabuk.
Aish..
Kang Ho mendesah kesal, mereka mendapat masalah lagi sekarang.
Sedangkan
di kantor, Woo Jin –lah yang menerima teleponnya. Ia tertegun mengingat ucapan
Ki Taek barusan.
Ho
Won berdecih melihat Hyo Ri yang tidur dengan selimut tersingkap dan buku
menutupi wajahnya. Ia pun membenahi selimut Hyo Rim kemudian mengambil buku
yang dibacanya. Melihat judul buku itu, Ho Won penasaran dan mulai membacanya. Matanya
berkaca-kaca meresapi setiap kata motivasi dalam buku itu.
“Karena banyak hal yang ingin kulakukan maka
hari ini hari bahagia. Tapi waktuku tidak banyak tersisa, padahal ada begitu
banyak hal yang ingin kulakukan.” Kutipnya.
Woo
Jin berdiri didepan gedung tempat tinggal Ho Won. Dia masih tidak habis pikir
mengingat ucapan Ki Taek barusan, jadi dia mau mati? Apa mereka bercanda? Tidak
masuk akal. Tapi kalau ingat dengan Ho Won yang kemarin tiba-tiba pingsan, Woo
Jin mulai mengkhawatirkan kondirinya. Ia pun turun dari mobil, menatap ke atap
gedung tempat Ho Won tinggal.
Ho
Won keluar menghirup udara malam, “Aku
akhirnya tahu hukum kebahagiaan yang sangat sederhana ketika tiba saatnya aku
mati. Satu hari ini. Mari kita bahagia hari ini. Jika aku senang hari ini,
semua hari apapun aku akan bahagia. Karena kemarin adalah hari ini dan besok
adalah hari ini juga. Jadi hari ini adalah hari yang baik.”
Ho
Won melongok ke bawah, dia melihat Woo Jin memasuki mobilnya. Tapi dia sendiri
tidak terlalu jelas melihatnya sehingga ia pikir kalau dia cuma berhalusinasi.
Esok
harinya, Woo Jin sudah ada diruang Dirut Han untuk memprotes keputusannya.
Kenapa mereka harus mengganti produk utama mereka? Atas otoritas apa tim
penjualan harus mengganti produk utama? Woo Jin tidak terima karena Tuan Park
mengingkari ucapannya sendiri, katanya dia akan menyerahkan kewenangan produk
baru padanya.
“Aku
yang memberi dia izin.” Ujar Dirut Han.
Woo
Jin terkejut, produk Hauliz menargetkan fashion untuk seseorang yang tinggal sendiri.
Memangnya dia pikir produk usang yang disarankan Tim Penjualan akan berhasil?
Tim Penjualan sendiri belum bisa menutup target titik impas mereka.
Dirut
Han menengahi, dia menyuruh mereka untuk melakukan survei di blog resmi. Mereka
akan mendiskusikan hasilnya dan tim kalah tidak akan menangani produk baru
mereka. Woo Jin protes menolak keputusan itu. Sedangkan Tuan Park, dia
setuju-setuju saja malah mendukung.
Seusai
rapat, Manager Heo menduga kalau Dirut Han sengaja akan mendorong produk
subkontraktor yang punya koneksi dengannya. Sepertinya dia sudah memulai
hubungan backdoor ini sejak pengangkatan Dirut Han.
Woo
Jin sudah bisa menduga, Dirut Han sudah meraup keuntungan sejak dulu. Tapi entah
kenapa, Woo Jin tidak terlalu khawatir. Toh mereka akan melakukan voting dan
pada akhirnya semua orang punya selera yang sama.
Ki
Taek terkejut mengetahui kalau ada orang yang mengangkat teleponnya semalam.
Kemungkinan Ho Won bisa dipecat kalau sampai berita penyakitnya menyebar. Kalau
begitu, Kang Ho menyarankan supaya mereka mencari orang yang mengangkat telepon
semalam. Setidaknya, mereka bisa meminta bantuan orang itu agar tidak
menyebarkannya. Tapi kira-kira siapa?
Ki
Taek pikir kalau Manager Heo yang mengangkatnya, tidak akan menjadi masalah. Bagaimana
kalau Manager Jo? Kang Ho yakin Manager Jo tidak akan menyebarkannya, meskipun
dia dingin, tapi dia bukan orang semacam itu. Jadi tersangka yang mereka duga
tinggal 4 orang.
Saat
tengah membeli pesanan kopi, Hyun tiba-tiba muncul disamping Ho Won. Keduanya pun
duduk santai bersama. Hyun heran, apa membeli kopi adalah bagian dari tugasnya?
Ho Won tersenyum, bukan masalah untuknya. Karena dia yang paling muda, ya
beginilah tugasnya.
Ho
Won memperhatikan wajah Hyun dengan seksama, apa terjadi sesuatu padanya.
Wajahnya kelihatan pucat. Hyun mengaku kalau ia akan segera menutup rumah
sakitnya. Ho Won semakin khawatir, apa dia sakit?
Hyun
menepuk dadanya, hatinya yang sakit. Ia selalu bertanya-tanya, kenapa mereka
tidak menyukainya? Kenapa mereka tidak mempercayainya? Kenapa mereka tidak mau
melihatnya? Ada orang yang bilang begitu padanya, dan itu membuat hatinya
sakit.
Ho
Won juga sama, dia sangat profesional dalam masalah sakit hati semacam itu. Pertanyaan
yang dilontarkan Hyun pun selama ini selalu ada dibenaknya. Tapi apakah orang
lain menyukainya bukanlah hal terpenting, yang terpenting adalah apakah dia
menyukai mereka atau tidak. Kalau pandangan semacam itu melekat di pikiran,
semuanya akan berubah perlahan-lahan. Hauline juga seperti itu.
“Ho
Won, kau sudah jadi seperti orang Hauline saja.”
“Entahlah.
Lagipula aku tak punya banyak waktu.” Ujar Ho Won sedih.
Woo
Jin datang ke rumah sakit untuk menemui Hyun, namun resepsionis mengatakan jika
dia sedang mengambil cuti sampai hari kamis. Woo Jin pun hendak meneleponnya,
tapi ia kelihatan ragu.
Hyun
berpisah dengan Ho Won. Bertepatan dengan itu, dia menerima telepon dari Hyung-nya.
Hyung-nya mengabarkan kalau Ayah sudah memberikan persetujuan. Hyun yakin kalau
Ayah sangat kecewa karena Hyung-nya bilang tidak mau hidup seperti Ayah. Tapi
bagaimana pun, Hyun akan selalu mendukung keputusan Hyung-nya.
Hyun tersenyum penuh makna, "Kenapa mudah sekali?"
Ki
Taek dan Kang Ho sedang menyelidikan siapa orang yang mengangkat telepon Ho
Won. Kang Ho mendapatkan info kalau sabtu kemarin adalah hari ulang tahun
anaknya Manager Jo, jadi dia tidak mungkin masih di kantor. Ki Taek juga sudah
berbicara dengan Manager Heo, sepertinya bukan dia orangnya.
“Jadi
tinggal Asisten Ha, Pembungkuk, Tuan Park dan GM Seo.”
Woo
Jin memerintahkan agar Ji Na memilih foto-foto terbaik produk mereka dan
mempersiapkannya untuk survei. Woo Jin juga membawa Ho Won pergi ke toko untuk mengambil
gambar produk mereka. Mereka harus memeriksa setiap display dan pastikan
memotret produk di setiap toko.
Dengan
hati-hati, Woo Jin bersiap menanyakan sesuatu pada Ho Won.. namun ucapannya
langsung terpotong saat Ho Won tiba-tiba kegirangan melihat kampusnya. Sudah lama
sekali dia tidak mampir kesana.
Mereka
berdua akhirnya masuk ke kampus Ho Won. Apa tidak apa-apa datang kesana selama bukannya
ke toko? Yah, meskipun sebenarnya dia senang sih. Woo Jin berkata jika mereka
harus tetap bekerja, tapi kan mereka belum makan siang, jadi bisa sekalian
makan siang disini. Ho Won semakin girang, dia akan mentraktir Woo Jin.
Ditengah
pembicaraan mereka, seorang mahasiswa sedang berlarian dan tanpa sengaja
menyenggol lengan Woo Jin. Kontan mahasiswa itu ketakutan, dia membungkuk
memohon maaf dan memanggil Woo Jin dengan sebutan Pak Dosen.
Pfft!
Ho Won tidak bisa menahan tawanya. Woo Jin menyuruh Ho Won berhenti tertawa,
dia tidak setua itu untuk disebut Pak Dosen. Mungkin karena efek pakaian yang
ia kenakan. Ho Won tidak memperdulikan omongan Woo Jin dan kembali meledeknya, “Selamat
siang, Pak Dosen.”
Mereka
berdua berkeliling sambil ngobrol kehidupan masa kuliah mereka. Namun tidak
disangka, Ho Won malah bertemu dengan Sunbaenya. Ho Won dan Sunbaenya ngobrol
sendiri, sempat melupakan eksistensi Woo Jin. Beberapa saat kemudian, Ho Won barulah
sadar dan mengenalkan Sunbaenya.
Kang
Tae Yang, dia kakak kelasnya dulu. Woo Jin pun membiarkan mereka berdua untuk
ngobrol. Melihat keakraban mereka berdua membuat Woo Jin mengernyit. Tae Yang
tampaknya cukup dekat dengan Ho Won, dia berani memegang tangannya dan
memujinya yang semakin cantik.
Ho
Won cekikikan bahagia. Sedangkan Woo Jin langsung memandang Tae Yang nyinyir,
kayaknya dia tipe-tipe playboy. Sadar sudah meninggalkan Woo Jin cukup lama, Ho
Won pun berpamitan pada Tae Yang dan menghampiri Woo Jin.
“Apa
dia mantan pacarmu atau apa?”
Bukan,
Ho Won mengaku jika ia pernah jatuh cinta pada Tae Yang Sunbae saat jaman
kuliahnya. Woo Jin penasaran, berapa umur Tae Yang? Dia masih kuliah sampai
sekarang, sepertinya dia bodoh.
Ho
Won membela Tae Yang, dia adalah anak terpintar seangkatannya. Dia sudah lulus
dan sedang mempersiapkan ujian PNS. Ho Won masih memandangi kepergian Tae Yang,
ah, dia tampan seperti biasanya.
Ho
Won memberikan sandwich untuk Woo Jin, selamat datang ke kampusnya. Keduanya duduk
di bangku tepi danau, Woo Jin heran melihat kondisi kampus sangat sepi padahal
sekarang awal semester baru.
Ho
Won pikir anak-anak sedang sibuk belajar mempertahankan nilai mereka dan
bekerja paruh waktu. Selama musim panas, mereka akan sibuk magang pekerjaan. Dulunya,
ia berfikir kalau kehidupan akan terbuka setelah masuk kuliah. Tapi kenyataannya,
kuliah itu soal perjuangan mendapatkan pekerjaan.
Anak
orang kaya akan sibuk mempertahankan nilai dan memperbaiki CV. Dan anak miskin
akan sibuk bekerja paruh waktu. Meskipun begitu.. itu adalah saat yang paling
bahagia. Woo Jin bisa melihat kepedihan tersirat di wajah Ho Won, bukankah
sebelumnya dia mengatakan jika hidup itu sulit?
“Tetap
saja. Dulu, aku masih punya harapan.” Ucap Ho Won dengan senyum miris.
Episode 10nya mana?
BalasHapus